iMusic – Telkomsel telah mempersiapkan daftar film horor berkualitas yang akan rilis di tahun 2023 untuk memberikan pengalaman digital lifestyle terbaik khususnya bagi penggemar film horor Tanah Air.
MAXstream telah mempersiapkan empat film bergenre horor yang akan tayang di tahun depan, yaitu Perjanjian Ghaib, Tulah 6/13, Jin Qorin, dan Anak Titipan Setan.
Langkah tersebut merupakan wujud komitmen MAXstream sebagai ‘home of entertainment’ yang konsisten menghadirkan konten orisinal berkualitas dan dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia.
Kualitas konten orisinal MAXstream pun telah teruji dan mampu mendukung kemajuan industri film tanah air dengan berhasil tayang di bioskop-bioskop baik di dalam maupun luar negeri.
Telkomsel melalui platform video MAXstream terus berupaya menghadirkan konten orisinal berkualitas guna memenuhi kebutuhan hiburan digital yang terus relevan bagi seluruh lapisan masyarakat Indonesia.
MAXstream sebagai ‘home of entertainment’ konsisten menjalin kolaborasi bersama sineas lokal setiap tahunnya untuk merilis berbagai konten orisinal, baik dalam bentuk series maupun film dari berbagai genre yang dapat dinikmati oleh seluruh tingkatan usia.
Sebagai langkah memperkuat komitmen tersebut, MAXstream telah mempersiapkan deretan konten orisinal yang siap rilis di bioskop di sepanjang tahun 2023 untuk menghibur masyarakat, khususnya para penggemar film bergenre horor Tanah Air.
Vice President Digital Lifestyle Telkomsel Nirwan Lesmana mengatakan, “Telkomsel terus meningkatkan kualitas dan kapabilitas MAXstream sejak diluncurkan pada tahun 2016 guna memberikan pengalaman digital lifestyle terbaik kepada seluruh pelanggan, dan untuk mendukung perkembangan industri film Indonesia melalui pemanfaatan teknologi digital terdepan.
Untuk itu, kami senantiasa produktif menghadirkan beragam konten orisinal dengan tetap mengedepankan kualitas dan berpangku pada prinsip customer -centricity.
Sebagai wujud komitmen tersebut, MAXstream telah mempersiapkan setidaknya empat film bergenre horor yang akan menebar ketakutan yang sangat dirindukan bagi para penggemar film horor Indonesia di sepanjang tahun 2023.”
Nirwan lebih lanjut menjelasakan, Indonesia merupakan salah satu negara dengan kreasi film horor berkualitas yang cukup banyak dan telah diakui oleh dunia sejak lama.
Hal tersebut juga didorong penggemar film horor di Indonesia yang semakin tumbuh dan memiliki ekspektasi untuk peningkatan kualitas baik sisi cerita maupun teknis film di setiap tahunnya. Guna memenuhi kebutuhan ceruk pasar tersebut, MAXstream kini telah mempersiapkan empat film bergenre horor berkualitas yang akan tayang di 2023, antara lain Perjanjian Ghaib, Tulah 6/13, Jin Qorin, dan Anak Titipan Setan.
Film “Perjanjian Gaib”
Perjanjian Ghaib merupakan film yang berkisah mengenai pasangan muda bernama Andry dan Wati yang baru saja menerima pekerjaan untuk merawat seorang nenek yang sebentar lagi berulang tahun. Namun siapa sangka, nenek tersebut justru tiba-tiba saja mati di hari pertama Andry dan Wati merawatnya. Usai kematian itu, rupanya Andry dan Wati harus menghadapi teror nenek yang ternyata memiliki sebuah rahasia terselubung.
Dibintangi oleh Ayu Laksmi, Dennis Adhiswara dan Della Erawati, Perjanjian Ghaib akan menjadi film horor pembuka persembahan MAXstream yang berkolaborasi dengan Cakra Film dan Maxima Pictures.
Film “Tulah 6/13”
Berkolaborasi dengan Her’s Production, film ini bercerita tentang lima remaja yang memutuskan untuk pergi berlibur pada tanggal 13 Juni sebelum semakin disibukkan dengan tugas akhir kuliah. Namun rencana liburan indah mereka berubah mencekam usai mobil yang mereka kendarai terlibat kecelakaan tunggal. Gilang yang tersadar seorang diri di dalam mobil berusaha menemukan keempat temannya yang lain, tapi di saat bersamaan ia pun mendapatkan teror bertubi-tubi yang membuatnya ketakutan. Teror-teror tersebut membuatnya teringat lagi akan trauma masa kecilnya saat merayakan ulang tahunnya yang jatuh di tanggal 13 Juni.
Film “Jin Qorin”
Jin Qorin merupakan film horor ketiga yang akan dihadirkan oleh MAXstream bersama RA Pictures. Konten orisinal MAXstream ini berkisah tentang kehidupan rumah tangga Seno dan Alya yang menyimpan satu rahasia besar. Rahasia itu perlahan mulai terbongkar ketika Abdi yang merupakan sahabat sekaligus kakak ipar Seno mulai menyelidiki Seno. Penyelidikan itu dimulai karena Abdi curiga Seno memiliki hubungan spesial dengan rekan kerjanya, Wina. Namun penyelidikan Abdi justru membawanya menemukan hal-hal janggal di dalam diri Seno. Beberapa di antaranya membuat Abdi melihat berbagai penampakan makhluk halus yang menyeramkan dan kejadian janggal hingga menggiringnya menguak rahasia masa lalu seseorang yang pernah melarikan diri demi mendapatkan kesaktian.
Film “Anak Titipan Setan”
Film horor berikutnya yang akan menyajikan keseraman adalah Anak Titipan Setan, hasil kolaborasi MAXstream bersama Film Negara dan Jaman Studio. Film ini berkisah tentang Eyang Susana yang membuat perjanjian pesugihan dengan iblis bernama ‘Jaran Penoleh’. Perjanjian itu membuatnya harus menyiapkan tumbal berupa anak-anak berusia 10 tahun kepada sang iblis. Bila tidak sanggup, maka nyawa Eyang Susana yang dipertaruhkan. Dibintangi oleh Inggrid Widjanarko dan Gisella Anastasia, film ini akan menyajikan ragam ketakutan yang dihadirkan, khususnya oleh penampakan ‘Jaran Penoleh’.
Melalui deretan konten orisinal horor tersebut, MAXstream ingin turut mendongkrak kualitas film horor Tanah Air sekaligus memenuhi ekspektasi penggemar horor di Indonesia. Nantikan tanggal main seluruh konten orisinal horor MAXstream yang akan hadir di tahun 2023 dan bersiap untuk menyaksikan di bioskop -bioskop kesayangan di Indonesia.
Tak hanya film genre horor, MAXstream juga berhasil membawa film Tanah Air dengan genre lainnya tayang di bioskop baik di dalam maupun luar negeri, di antaranya Merindu Cahaya de Amstel, Akad, Mengejar Surga, dan Marley.
“Semoga deretan konten orisinal genre horor yang siap tayang di tahun depan ini dapat semakin memperkaya daftar film horor berkualitas yang sudah diproduksi oleh MAXstream, serta dapat diterima dengan baik oleh seluruh masyarakat Indonesia.
Ke depan, MAXstream akan terus membuka peluang lebih luas bagi insan kreatif Tanah Air untuk berkarya melalui aksi kolaborasi dalam menghadirkan beragam konten orisinal berkualitas lainnya, sebagai langkah untuk menjadikan MAXstream sebagai platform video terdepan pilihan masyarakat, khususnya penggemar film di Tanah Air,” pungkas Nirwan. (FE)
iMusic.id – Setelah sukses menggelar penayangan perdana di Indonesia di JAFF20, film produksi BASE Entertainment, Beacon Film, Refinery Media, dan didukung oleh Singapore Film Commission (SFC) dan Infocomm Media Development Authority (IMDA), Film “Esok Tanpa Ibu” (Mothernet) merilis official trailer & poster yang mengharukan dan hangat.
Menggambarkan dinamika hubungan keluarga kecil Cimot atau Rama bersama kedua orangtuanya, official trailer “Esok Tanpa Ibu” menampilkan kedekatan anak remaja bernama Cimot (Ali Fikry) dengan Ibunya (Dian Sastrowardoyo). Semua kegelisahan dan keceriaan, selalu Cimot bagikan ke sang Ibu. Sementara, Cimot lebih memilih rapat-rapat menyimpan rahasia hidupnya dengan sang Bapak (Ringgo Agus Rahman).
Namun, kejadian tragis membuat hari-hari bahagia Cimot berubah. Ibunya mengalami koma. Ia pun kehilangan kasih sayang yang selalu merangkulnya. Sementara hubungannya yang canggung dengan sang Bapak, justru semakin merenggang dan menimbulkan konflik relasi anak-orangtua.
Lagu “Jernih” dari Kunto Aji dan “Raih Tanahmu” dari hara & Nosstres yang ada di official trailer “Esok Tanpa Ibu” juga mampu memberikan dimensi emosi yang semakin menyentuh. Momen dramatis terjadi saat Ibu yang tengah koma, kini kembali bisa berinteraksi dengan Cimot dan Bapak, namun dalam wujud kecerdasan buatan (AI). Mampukah wujud baru itu menggantikan kasih Ibu selamanya?
Di official poster, dengan indah ditampilkan Dian Sastrowardoyo, Ali Fikry, dan Ringgo Agus Rahman berbaring dalam sebuah taman bunga putih, dengan bingkai serupa layar gawai yang menjadi representasi film ini, antara kasih sayang yang tumbuh secara manusiawi dan imitasi yang mencoba mensubstitusi.
Disutradarai oleh sutradara Malaysia Ho Wi-ding dari naskah yang ditulis oleh Gina S. Noer, Diva Apresya, dan Melarissa Sjarief, film “Esok Tanpa Ibu” Ibu diproduseri oleh Shanty Harmayn dan Dian Sastrowardoyo. Film ini juga menjadi kolaborasi internasional.
Selain Ali Fikry, Dian Sastrowardoyo, dan Ringgo Agus Rahman, film ini juga dibintangi oleh Aisha Nurra Datau dan Bima Sena.
Produser Shanty Harmayn mengungkapkan film “Esok Tanpa Ibu” melewati perjalanan yang cukup panjang. Dimulai dari ide yang dibawa oleh Gina dan Diva, film ini akhirnya siap tayang di bioskop Indonesia mulai 22 Januari 2026.
Ikuti perkembangan terbaru film “Esok Tanpa Ibu” melalui akun Instagram @base.id & @filmesoktanpaibu. Tonton film Esok Tanpa Ibu (Mothernet) mulai 22 Januari 2025 di bioskop Indonesia.
iMusic.id – Film drama keluarga terbaru yang dinanti-nantikan, “Dalam Sujudku”, secara resmi diperkenalkan melalui penayangan khusus yang diadakan oleh Project 69 di Queens Head Kemang, Jakarta, pada Jumat (12/12/2025).
Meskipun baru akan tayang serentak di bioskop seluruh Indonesia pada tahun 2026, antusiasme sudah terasa, terutama karena film “Dalam Sujudku” ini menjanjikan narasi yang sangat kuat dan dekat dengan realitas kehidupan sehari-hari, berpusat pada badai yang menguji fondasi sebuah rumah tangga.
Kisah “Dalam Sujudku” ini dengan lugas menyoroti bagaimana goncangan terbesar dalam hubungan suami istri dapat merusak kebahagiaan yang telah dibangun, memaksa pasangan tersebut untuk bergumul dengan keputusan sulit demi mempertahankan ikatan keluarga.
Inti dari cerita “Dalam Sujudku” ini berfokus pada dinamika kehidupan rumah tangga Farid, yang diperankan oleh Marcell Darwin, dan Aisyah, yang dibintangi oleh Vinessa Inez, sepasangan suami istri yang awalnya hidup harmonis bersama dua buah hati mereka. Titik balik dramatis terjadi ketika karir Farid menanjak pesat dan mengharuskannya pindah ke Jakarta, sebuah momentum yang seharusnya menjadi pencapaian namun justru menjadi pemicu keretakan. Di kantor barunya, Farid bertemu dengan rekan kerja, Rina (Naura Hakim), yang lambat laun memikat hatinya setelah sering terlibat dalam proyek kerja bersama, menciptakan sebuah chemistry terlarang yang mulai mengikis kesetiaan dalam pernikahannya.
Walaupun tak selalu mendampingi suaminya di Jakarta, Aisyah di rumah merasakan firasat kuat bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan Farid, mengisyaratkan bahwa ikatan batin mereka masih terhubung meski jarak memisahkan. Sayangnya, kecurigaan Aisyah berujung pada kenyataan pahit, ketika Farid memilih untuk menikahi Rina, meninggalkan Aisyah dalam keadaan luka batin yang mendalam.
Vinessa Inez, yang memerankan Aisyah, menggambarkan peran ini sebagai tantangan emosional yang besar. Mengenai karakternya, ia menyampaikan, “Aisyah berusaha tegar meskipun hatinya diguncang situasi yang rumit. Aku ingin penonton bisa merasakan pergolakan itu, terutama saat ia harus berdamai dengan dirinya sendiri.”
Rico Michael selaku sutradara tertarik menjadikan alur yang rumit ini sebagai film drama yang kuat karena juga ingin menampilkan karakter Rina, orang ketiga, dengan latar belakang trauma psikologis yang mendalam, sehingga “penonton nggak sekedar ‘terima jadi’ karakternya sebagai perebut suami orang,” namun dapat memahami dimensi kemanusiaannya.
Rico Michael menegaskan bahwa film ini lahir dari keinginan untuk mengangkat cerita yang aktual dan relate dengan kehidupan masyarakat, sebuah komitmen yang akan ia lanjutkan pada proyek film berikutnya yang akan mengangkat isu teror video asusila di media sosial. Hal ini menunjukkan ambisi Project 69 untuk menyajikan karya yang tidak hanya menghibur, tetapi juga memicu refleksi sosial.
Keunikan lain dari “Dalam Sujudku” adalah lokasinya yang beragam, meliputi Cimahi, Jakarta, dan Garut, yang turut memperkaya visualisasi dan nuansa cerita, menjauhkan kesan studio semata.
Meskipun judul dan posternya mungkin menyiratkan cerita drama religi, Rico Michael secara spesifik menjelaskan bahwa film ini tidak bermaksud menonjolkan aspek religius, melainkan lebih menekankan pada “usaha mempertahankan keluarga” dalam kondisi yang sangat sulit. Penekanan ini mengarahkan fokus cerita pada nilai-nilai universal tentang komitmen, pengorbanan, dan proses pemulihan. Salah satu adegan yang berhasil membalikkan emosi penonton adalah saat Farid merasakan frustrasi mendalam atas kehancuran keluarganya, momen yang sukses mengubah rasa gemas dan sebal penonton terhadap karakter tersebut menjadi rasa iba.
Sementara itu, Mamu Black Sweet sebagai pengarah musik memberi sentuhan emosional mendalam di film ini. Kontribusi Mamu Black Sweet dalam menggarap musik menjadi elemen krusial yang menyempurnakan atmosfer dramatis film ini.
Film “Dalam Sujudku” diperkuat juga oleh jajaran aktor ternama seperti Riyuka Bunga, Dominique Sandra, Chika Waode, Momo Mariska, hingga Dennis Adhiswara.
iMusic.id – Disutradarai Hadrah Daeng Ratu, film “Musuh Dalam Selimut” menghadirkan cerita tentang pengkhianatan yang muncul dari lingkar paling dekat, mengangkat fenomena yang kerap terjadi di kalangan anak muda dan pasangan pengantin baru masa kini, ketika sosok “teman” justru menjadi ancaman dalam rumah tangga.
Trailer “Musuh Dalam Selimut” memperlihatkan Gadis (Yasmin Napper) dan Andika (Arbani Yasiz) yang sedang membangun rumah tangga dengan rasa percaya yang tampak kokoh di awal. Namun kedekatan pertemanan yang masuk ke wilayah personal perlahan menggeser batas, terutama ketika Suzy (Megan Domani) semakin sering berada di pusat kehidupan mereka.
Hadrah Daeng Ratu menegaskan bahwa “Musuh Dalam Selimut” tidak berdiri sebagai kisah cinta segitiga konvensional. Menurutnya, penguatan latar karakter dan storytelling tiap tokoh menjadi kunci agar penonton memahami alasan di balik keputusan yang diambil setiap karakter.
“Background karakter yang kuat di “Musuh Dalam Selimut” menjadi penting agar penonton tahu alasan yang dilakukan oleh mereka. Kisah perselingkuhan bukan hanya sekadar cinta segitiga biasa, tapi menceritakan trauma-trauma yang dihadapi karakter dalam menjalani hidupnya setelah melewati banyak luka,” ujar Hadrah.
Ia menjelaskan, konflik inti film ini dibangun secara bertahap melalui kedekatan pertemanan yang terasa wajar terlebih dahulu. Dari sana, hubungan itu perlahan masuk ke dalam circle kehidupan tokoh utama, menanamkan berbagai informasi yang memantik kecurigaan hingga mendorong pencarian bukti tentang pengkhianatan yang terjadi.
“Dimulai dari membangun hubungan yang akrab dulu dari sebuah pertemanan, pelan-pelan sahabat itu masuk ke dalam circle kehidupan tokoh utama, membangun banyak planting informasi kecurigaan yang mengarah pada pencarian bukti kebenaran,” katanya.
Hadrah menambahkan, pada akhirnya penonton akan dibawa pada kejelasan posisi konflik, termasuk siapa yang protagonis dan siapa yang antagonis di penghujung cerita.
Poster resmi yang dirilis bersamaan dengan trailer mempertegas nuansa intim sekaligus mencekam, mengisyaratkan bahwa ancaman terbesar tidak selalu datang dari luar, melainkan bisa bersembunyi di balik kehangatan relasi yang selama ini dipercaya.
Dengan tensi psikologis dan emosi yang dibangun perlahan, Musuh Dalam Selimut menawarkan pengalaman menonton yang lebih berlapis tentang cinta, loyalitas, luka, dan batas pertemanan yang bisa berubah menjadi bencana.
Film “Musuh Dalam Selimut” ini akan tayang di bioskop mulai 8 Januari 2026.