iMusic – Penyanyi cantik bertalenta tinggi. Marion Jola akhirnya merilis debut albumnya yang diberi tajuk namanya sendiri. MARION Album penuh ini menjadi penantian Marion Jola yang selama setahun belakangan telah merilis empat single. Album perdana milik penyanyi jebolan Indonesian Idol 2018 ini dirilis di bawah label musik Universal Music Indonesia.
Sebelumnya.
Marion Jola telah merilis empat single masing-masing adalah “Jangan”,
“So In Love’. “Pergi Menjauh”. dan “Tak Ingin Pisah Lagi”.
Keempat lagu tersebut juga ada dalam album MARION bersama dengan 7 Iagu
Iainnya. Total ada 11 Iagu yang disajikan oleh Marion Jola dalam album MARION
Nino
dari RAN. llman dan Lale dari Maliq & D’Essentials, yang tergabung dalam
proyek Laleilmanino. menjadi nama-nama yang ada di belakang terciptanya
lagu-lagu terbaik Marion Jola yang ada di album MARION. Laleilmanino bertindak
sebagai produser. composer, arranger. sekaligus pencipta lagu untuk semua lagu
yang ada di album MARION
Seperti
yang sudah disajikan dalam beberapa single yang telah dirilis. lagu-lagu di
album MARION ini secara keseluruhan merepresentasikan warna musik Pop Rn’B yang
memang sengaja diusung oleh Marion Jola. mengingat karakter suaranya yang seksi
dan mumpuni menjadi nilai lebih untuk dipadukan da|am variasi genre musik
tersebut.
Aransemen
di semua track album MARION juga dibuat easy listening, simple. tanpa bunyian
yang berlebih. namun juga tidak murahan. Sungguh sangat nyaman di telinga siapa
pun yang mendengar. Berkelas!
Album
MARION mengambil tema kisah cinta sebagai benang merahnya. Kesebelas lagu yang
ada di album MARION menceritakan tentang cerita cinta dari sisi yang berbeda.
Bukan suatu kisah cinta yang sulit untuk dimaknai. namun lebih karena cinta
yang mudah untuk dipahami. umum terjadi dalam suatu hubungan banyak pasangan.
Rindu.
cemas, marah. dan perasaan lain tentang cinta dijabarkan dalam tiap lirik di
semua lagu yang ada di album MARION. Pemilihan diksi yang sederhana juga
menjadi nilai lebih dalam memaknai isi pesan dari lagu-lagu yang ada di album
MARION. Awesome!
Di
album MARION, Marion Jola juga banyak berkolaborasi dengan beberapa penyanyi.
Seperti Rayi Putra di lagu “Jangan”. Lalu ada rapper Tuan Tigabela$ di
lagu “Favorite Sin”. la juga berkolaborasi dengan Rizky Febrian di Iagu
“Tak lngin Pisah Lagi”. Dan. terakhir adalah Laleilmanino itu sendiri
yang tak luput untuk berkolaborasi bersama Marion Jola di lagu “Rayu’.
Sedikit
informasi saja setelah rilis di semua digital platform tanggal 19 Juli 2019.
dalam waktu beberapa jam saja album “MARION” ini langsung menempati
posisi puncak. dengan menjadi #1 album di chart iTunes Indonesia.
Album
MARION menjadi penegas eksistensi Marion Jola di industri musik dan hiburan
Tanah Air. Bukan tidak mungkin sebutan the next diva akan disandang olehnya.
Buat kamu para penggemar Marion Jola. kini saatnya kamu menikmati sajian
terbaik dari si cantik Marion Jola. ENJOY!
Profil
singkat Marion Jola
Marion
Jola lahir pada 12 Juni 2000 di Kupang. Nusa Tenggara Timur. Pemilik nama
lengkap Marion Rambu Jola Pedy ini mulai dikenal masyarakat sejak mengikuti
audisi ajang pencarian bakat Indonesian Idol 2018. Bahkan. video audisinya
mampu mencapi belasan juta viewers di laman YouTube. Tak heran parasnya yang
cantik dan suaranya yang seksi menjadikan dirinya salah satu kontestan favorit
di ajang tersebut.
Selain
sebagai penyanyi. Marion juga tercatat sebagai model. Di akun instagram
pribadinya, terdapat banyak foto yang memperlihatkan dirinya bergaya dalam
balutan busana yang indah. Gadis cantik yang biasa disapa Lala Marion ini juga
sering muncul di YouTube. la muncul dengan mengkover Iagu dari para musisi.
Marion sangat mengidolakan aktor asal Amerika Serikat. Cole Sprouse. Selain
mengidolakan Cole. Lala juga menyukai musik K-Pop. Ia mengaku menggemari dua
penyanyi R&B asal negeri gingseng. yaitu Zion T dan Dean. Hal tersebut ia
ungkapkan dalam biografi di instagramnya.
Prestasi
terbaik diraih Marion Jola dengan mendapat penghargaan Anugerah Musik Indonesia
(AMI) 2018 dalam kategori “Pendatang Baru Terbaik” berkat single yang
berjudul “Jangan” yang diselenggarakan di Ecovention Ancol. Jakarta.
September 2018 lalu. Di AMI Award 2018 lalu. Marion Jola juga berhasil masuk
dalam daftar enam kategori nominasi. jumlah yang sangat banyak bagi seorang
penyanyi pendatang baru jebolan Indonesian Idol 2018 itu. Enam kategori
nominasi itu adalah; Karya Produksi Terbaik Terbaik, Pendatang Baru Terbaik
Terbaik. Duo/GrupNokal Grup/Kolaborasi Pop Terbaik, Penata Musik Pop Terbaik.
Karya Produksi Kolaborasi Terbaik. serta Bidang Penunjang Produksi Produser
Rekaman Terbaik.
Kesuksesan tidak hanya diraih di Indonesia saja. Marion Jola juga mencatat prestas membanggakan di level internasional, khususnya Asia. Marion Jola sukses menyabet penghargaar “Best New Artist” di ajang Mnet Asian Music Awards (MAMA) 2018. yang diadakan di Dongdaemu: Design Plaza. Seoul, 10 Desember 2018 Ialu. (FE)
iMusic.id – “Long live ‘70s Indonesian rock, this is Baby Rock by SAS”, begitu suara DJ Cotter Phinney saat siaran khusus satu jam di radio KPiss FM, Brooklyn, New York pada akhir, minggu lalu. Cotter, pemilik label rekaman, Psychic Reader, memutar 9 lagu koleksi dari SAS dan AKA sebagai penanda atas peluncuran album koleksi Piringan Hitam SAS di New York.
Nama SAS, band legendaris asal Surabaya bukan nama asing bagi fandom psychedelic rock
Amerika. Band yang terbentuk pada tahun 1975, dengan personel Soenatha Tanjung (gitar,vokal), Arthur Kaunang (bass, keyboard) dan (alm) Syech Abidin (drum, vokal), sebelumnya bergabung dalam AKA (Anak Kali Asin) bersama Ucok Harahap, hingga akhirnya memutuskan untuk berpisah.
Trio SAS dipengaruhi oleh aliran rock era itu, seperti Emerson Lake & Palmer, Deep Purple, Pink Floyd dan Grand Funk.
“Tahun 1975, SAS merilis debut album dengan hit “Baby Rock”, sebagai sumbu ledak kelahirannya di panggung dan rekaman musik rock Indonesia”, tutur Denny MR, jurnalis dan kritikus musik Indonesia.
Bukan hanya “Baby Rock”, sejumlah lagu SAS seperti “Space Ride, Bad Shock” dan “Tatto Girl” disukai puluhan ribu fans millennial dan gen Z. Mereka memburu koleksi kaset dan piringan hitam lebih dari 15 album SAS di berbagai toko reseller.
Video lirik “Baby Rock” ditonton ratusan ribu di halaman YouTube, menunjukkan bahwa musik SAS mampu menembus semua zaman. Sejak album terakhir pada tahun 1991, untuk pertama kalinya koleksi album SAS Group, Bad Shock kembali di release dalam bentuk piringan hitam, oleh label rekaman Psychic Reader, New York.
“Dibandingkan musik dari negara lain, entah mengapa musik Indonesia seolah terabaikan, padahal banyak karya musik yang bagus”, ujar Cotter Phinney, produser Psychic Reader.
“SAS adalah band yang sangat bagus dan mereka seharusnya mendapatkan lebih banyak pengakuan. Merupakan suatu kehormatan bagi saya untuk memproduksi rekaman SAS pertama di luar Indonesia, tepatnya di New York, dan saya harap ini akan membuka pintu bagi audiens global”, tambah Cotter yang juga dikenal sebagai gitaris dan vokalis dari post punk band asal Brooklyn, Medium.
“Bagi saya, SAS reborn ini adalah suatu gebrakan kebangkitan musik Rock ‘70an. Saya tidak pernah bermimpi kalau musik SAS masih bisa hadir dan disukai hingga kini. Apalagi, album ini direlease di New York, dan bertepatan dengan anniversary SAS ke 50 tahun. Ini Mukjizat Tuhan yang besar bagi kami bertiga”, ucap Arthur Kaunang yang mengikuti proses produksi dari awal.
Sementara, beberapa bulan sebelum album ini diluncurkan. pre-order piringan hitam datang dari distributor musik di Jepang.
“Seluruh kurasi, digitalisasi-analog dan distribusi dilakukan di New York. Kami sedang memproses distribusi untuk pasar di Indonesia”, ujar Naratama, pengarah kreatif New York yang menjadi co-produser album ini.
Naratama, berharap agar peluncuran album ini akan membuka jalan bagi musisi Indonesia lain untuk masuk ke pasar Amerika.
Totok Tewel, yang dikenal sebagai gitaris rock legendaris asal Surabaya dengan permainan gitar yang liar, mentah dan penuh karakter ini pada 8 November 2025 merilis single lagu yang berjudul Kidung Rakyat, lagu ini bercerita tentang kritik penulis untuk kegelisahan yang terjadi pada kondisi sosial dan politik Indonesia, menjadi menarik karena single ini melibatkan grup pemusik Ondel-Ondel khas Betawi, “jadi saya ada keinginan untuk kolaborasi dengan grup Ondel-Ondel, kebetulan materinya ada, langsung hubungi teman teman salah satunya Pipit, kemudian mengajak Bob Marjinal juga, yawes process se simple itu” ucap Totok Tewel. “Waktu itu saya lagi di Jerman, di telpon suruh bantu aransemen lagu, kebetulan sebelumnya saya ketemu mas Totok di project bareng Anto Baret, saya langsung block studio tatonya Pendul di Hamburg kebetulan lagi kosong untuk saya pakai buat produksi ini” tambah Bob, di depan Kandang Ayam punya Mas Toro Gilbol, tempat syukuran perilisan single ini.
Kritik dan Rencana Album
Meskipun lagu ini kritik untuk pemerintah tetapi menurut Vokalis dan salah satu penulis lagu ini, Pipit, lagu ini tidak dirilis sengaja untuk kejadian politik saat ini, “Ngga ada hubunganya dengan politik praktis, kalau kritik emang iya, ini lagu jadi ya kita rilis, gitu aja” kata Pipit. Dalam wawancara dengan Pipit yang juga merangkap sebagai Executive Producer ini mengungkapkan jika ada rencana untuk membuat lagi 5-6 lagu baru dengan karakter yang mendekati, untuk produksi album baru Totok Tewel, dan rencana ini dikuatkan oleh Bob Marjinal. “Iya dong, saya ngomporin mas Totok terus tentang ini, harus ada album baru dengan konsep ini, selain ini materinya menarik juga sebagai semangat band band baru yang lain untuk membuat album, jadi jangan single saja” tambah basis yang juga membuat artwork single ini.
Market Lagu
Di project ini, Promotor dan Produser Rock legendaris Log Zhelebour berperan sebagai distributor digital platform, melalui label rocknya “Logiss Record”. “Saya tertarik di single ini, selain pertemanan juga yang menarik adalah adanya kolaborasi musik rock punk ini dengan musik tradisi betawi, menjadi baru untuk era sekarang’’ Jelas Log. Masih dalam suasana tumpengan single, Log bercerita tentang kondisi pasar musik khususnya rock, “jujur untuk musiknya Totok Tewel ini ga ada pasarnya, hehe, terutama di marketnya Logiss Record ya. Tapi ini harus kita release karena kita (Logiss Record) juga butuh pendengar baru, untuk memperluas target market baru. Pendapat ini diperkuat oleh gitaris kawakan dan legendaris Ian Antono yang turut hadir dalam acara ini, “Musiknya saya suka, ini hal baru ya mix dengan tradisional Betawi, bikin terus Tok, ga mungkin kita cuma main satu lagu, hehe” ungkap gitaris God Bless ini.
Peran Media Dalam Industri Rock
Tim iMusic mencoba mewawancarai Erwiyantoro biasa disapa Toro, seorang wartawan kawakan juga produser dan promotor musik. Menurutnya era digital sekarang merubah industri musik, media (pers), dan juga ritme pemberitaan, “menurut saya media sekarang untuk musik rock khususnya sangat tidak berpengaruh dan tidak penting, teman teman musisi yang sudah veteran ini harusnya turut larut dalam arus medsos, jadi kita tahu sejauh mana kita punya pangsa pasar dan komunitas kita sendiri, dan juga kita jadi tahu dimana saja daerah yang suka dengan musik kita, di Jawa Timur kah atau di mana, semua tergantung algoritma kan akhirnya”, tutup Toro di teras tempat syukuran Kidung Rakyat.
Credit
Vocal Fitriansyah Pipit, Toto Tewel, Fany Mailoa
Gitar/Lead : Toto Tewel
Rhythm gitar : Bob Marjinal
Bass : Bob Marjinal
Drum : Yose Kristian
Musik ondel-ondel : Sanggar Wara Wiri
Lirik : Fitriansyah Pipit
Lagu : Fitriansyah Pipit, Toto Tewel, Alfred Mailoa
Executive Producer : Fitriansyah Pipit
Management : TOPI (Toto Tewel – Pipit)
Music Director : Bob Marjinal
Recording : Taringbabi, Yose Music Course, OVM studio.
Operator : Bob Marjinal
Mixing & Mastering : Yohanes Mbasa
Layout/Design : Bob Marjinal
Distributed : Logis Music
Lagu ini sudah bisa didengarkan di seluruh DSP dan juga video klipnya sudah bisa dinikmati di platform Youtube
iMusic.id – Dua maestro musik Indonesia, Ebiet G. Ade dan Iwan Fals, kembali menggetarkan hati pendengar dengan kolaborasi istimewa yang sarat makna. Setelah sukses merilis lagu “Titip Rindu Buat Ayah” pada 2 September 2025, keduanya kembali bersatu dalam lagu “Ibu” yang dirilis pada 3 November 2025 di bawah naungan Musica Studios.
Kedua karya Ebiet G. Ade dan Iwan Fals ini menjadi persembahan mendalam tentang cinta, rindu, dan penghormatan terhadap orang tua (Ayah dan Ibu) dua sosok yang menjadi sumber kasih dan kehidupan.
“Titip Rindu Buat Ayah” lahir dari inisiasi Musica Studios dan menghadirkan dua sosok legendaris dalam satu harmoni. Lagu yang ditulis oleh Ebiet G. Ade ini dihadirkan kembali dengan nuansa baru, di mana suara Iwan Fals menambah kedalaman emosional seperti dialog hangat antara dua sahabat lama.
Ebiet G. Ade mengungkapkan, “Lagu ini sangat personal bagi saya. Ia lahir dari kerinduan mendalam kepada orang tua, terutama Ayah. Sejak SMP saya harus berpisah dengan mereka, dan perasaan rindu itu saya tuangkan dalam lagu ini.”
Sementara Iwan Fals menambahkan dengan nada syukur, “Bercandaan saya dengan Mas Ebiet, kolaborasi ini seperti ‘lebar-lebaran jidat’ karena rambut kami sama-sama sudah habis. Tapi saya benar-benar bersyukur bisa berduet dengan beliau. Alhamdulillah masih diberi kesehatan untuk bernyanyi bersama.”
Kolaborasi ini juga mendapat sentuhan istimewa dari David dan Lukman NOAH sebagai Music Producer. Keduanya menjaga esensi orisinal lagu sambil menambahkan aransemen yang lebih segar dan relevan lintas generasi.
Executive Producer Musica Studios, Indrawati Widjaja (Ibu Acin), menyebut proyek ini sebagai momen bersejarah bagi musik Indonesia, dan berharap karya ini menjadi pengingat akan kehangatan keluarga.
Lagu ini telah dibawakan secara langsung di panggung Pestapora 2025 pada 5 September 2025, menjadi momen bersejarah bagi penikmat musik lintas generasi.
Melengkapi kisah cinta untuk Ayah, duet ini berlanjut lewat lagu “Ibu” karya Iwan Fals yang pertama kali ditulis pada tahun 1977. Lagu ini menjadi simbol penghormatan kepada sosok Ibu sebagai penjaga kehidupan dan sumber kasih tanpa batas.
“Ini lagu lama sebenarnya, dari tahun ’77 saya buat. Lagu ini tercipta karena ada satu momen saya kangen banget sama Ibu,” kenang Iwan Fals.
“Lagu ini merepresentasikan betapa sosok Ibu rela berkorban untuk memperjuangkan anak-anaknya,” tambah Ebiet G. Ade, yang mengenang mendiang ibundanya dengan penuh haru. Kedua musisi sepakat bahwa tema keluarga selalu relevan lintas generasi.
“Ibu itu sumber energi kehidupan,” ujar Iwan Fals, sementara Ebiet menegaskan, “Kesederhanaan yang diajarkan Ibu adalah nilai yang tidak pernah habis.”
Melalui “Ibu”, keduanya ingin mengingatkan generasi masa kini untuk selalu menyayangi dan berbakti kepada orang tua.
Dalam rangka merayakan perilisan dua karya monumental ini, Ebiet G. Ade dan Iwan Fals bersama Musica Studios menggelar Press Conference pada Jumat, 7 November 2025. Acara ini menjadi momentum bersejarah di mana kedua legenda berbagi cerita di balik proses kreatif, makna personal dari lagu-lagu tersebut, serta visi mereka dalam menghadirkan karya yang menyentuh hati lintas generasi.
Kehadiran dua karya “Titip Rindu Buat Ayah” dan “Ibu” menjadi bukti nyata bahwa musik bukan hanya hiburan, melainkan doa dan pesan kasih yang abadi. Melalui dua suara besar, Ebiet G. Ade dan Iwan Fals, publik diajak untuk kembali merenungkan cinta yang paling tulus, cinta orang tua. Kedua lagu ini telah tersedia di seluruh platform musik digital, dan official music video-nya dapat disaksikan di YouTube Channel Musica Studios.