iMusic – Festival Film
Indonesia 2020 mengumumkan daftar film cerita panjang yang lolos
kurasi. Dalam tahapan awal ini, komite seleksi dan penjurian yaitu Nia
Dinata bekerja sama dengan tujuh kurator yang terdiri dari pekerja film,
akademisi dan jurnalis. Mereka adalah Nungki Kusumastuti, Prima Rusdi,
Hera Diani, Makbul Mubarak, Tam Notosusanto, dan Rangga
Wisesa yang melanjutkan tugas sebagai kurator seperti tahun
sebelumnya. Memperkuat nama-nama kurator tersebut, kini bergabung jurnalis senior
Leila S. Chudori.
Selama
3 setengah bulan, para kurator bersama komite seleksi dan penjurian menonton 65
film yang memenuhi persyaratan pendaftaran. Film Indonesia yang memenuhi
syarat dan berhak mengikuti seleksi adalah film cerita panjang yang sudah
pernah ditayangkan di Indonesia dalam periode 1 Oktober 2019 – 30 September
2020, baik tayang reguler di bioskop, pemutaran terbatas, screening
khusus undangan, peserta seleksi festival film dalam negeri, atau pun tayang
perdana di platform streaming (OTT) yang bisa diakses oleh
publik. Setiap minggunya para kurator bersama komite seleksi & penjurian
menonton dan berdiskusi mengenai film-film yang mendaftar.
Untuk
dasar penilaian utama di tahap seleksi masih berpegang teguh pada kualitas
teknis dan estetika. Berikutnya adalah profesionalisme kerja yang tercermin
dari filmnya sendiri. Lalu orisinalitas cerita. Nia melengkapi, “Kami juga
masih mengusung keberagaman, film-film yang akan terseleksi ada perspektif
keberagaman, Bhinneka Tunggal Ika. Apa yang terjadi secara sosial di Amerika
pasti mempengaruhi seperti Black Lives Matter, artinya kita sebagai
manusia harus menghormati manusia tidak dari warna kulit, latar belakang, agama
dan etnisitasnya. Keberagaman yang kita pertajam maksudnya adalah seperti itu.
Film-film yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan yang setara akan kami
pilih.”
DAFTAR PENDEK FILM LOLOS KURASI
1. ABRACADABRA – Sutradara: Faozan Rizal
– Produksi: fourcolours films
9. PEREMPUAN TANAH JAHANAM
– Sutradara: Joko Anwar – Produksi: Base Entertainment, CJ Entertainment, Rapi
Films, Ivanhoe Pictures
10. RATU ILMU HITAM –
Sutradara: Kimo Stamboel – Produksi: Rapi Films
11. SUSI SUSANTI LOVE ALL –
Sutradara: Sim F. – Produksi: Damn! I Love Indonesian Movies, Oreima Films,
East West Synergy
12. THE SCIENCE OF FICTIONS
– Sutradara: Yosep Anggi Noen – Produksi: Kawan Kawan Media, Angka Fortuna Sinema, Limaenam Films.
Selain
itu, tahun ini para kurator serta komite seleksi dan penjurian setelah
berdiskusi dengan persetujuan Ketua Komite Lukman Sardi memberikan rekomendasi
khusus untuk 10 film yang menonjol di kategori tertentu.
REKOMENDASI KATEGORI SPESIFIK
1. REKOMENDASI untuk Kategori
PENGARAH ARTISTIK
a.
LAMPOR: KERANDA TERBANG – Ananta Harshawardhana
b.
SI MANIS JEMBATAN ANCOL – Roni Mun’im
2. REKOMENDASI untuk Kategori
PENATA EFEK VISUAL
a.
HABIBIE & AINUN 3 – X.Jo
b.
MANGKUJIWO – Kotak Ide
c.
SEBELUM IBLIS MENJEMPUT AYAT 2 – Rabbit Studio (Satriyo P Utomo), Fire Post
Pro, (Lucas Adhityo), Blessink Studio (Kholish Abdulhaq)
3. REKOMENDASI untuk Kategori
PENATA SUARA
a.
MANGKUJIWO – Sutrisno, Mohamad Ikhsan
b.
SEBELUM IBLIS MENJEMPUT AYAT 2 – Arief Budi Santoso
4. REKOMENDASI untuk Kategori
PENYUNTING GAMBAR
a.
DARAH DAGING – Maulana Ali Ridho
5.
REKOMENDASI untuk Kategori PENATA MUSIK
a. NANTI KITA CERITA TENTANG HARI
INI – Ofel Obaja
6. REKOMENDASI untuk Kategori
PENCIPTA LAGU TEMA
a.
NANTI KITA CERITA TENTANG HARI INI – “FINE TODAY” – Musik/Lirik: Ardhito
Pramono
b.
TEMAN TAPI MENIKAH 2 – “TEMAN SAMPAI SURGA” – Lirik & Lagu: Ditto &
Ayudia, Musik: Jessilardus Mates
c.
TOKO BARANG MANTAN – “DARI KATA TURUN KE HATI” – Musik: Andi Rianto, Lirik:
Titien Wattimena
7. REKOMENDASI untuk Kategori
PENATA BUSANA
a. SI MANIS JEMBATAN ANCOL – Aldie
Harra
8. REKOMENDASI untuk Kategori
PENATA RIAS
a. HABIBIE & AINUN 3 – Aktris
Handradjasa, Teguh Widodo
9. REKOMENDASI untuk Kategori PEMERAN
PENDUKUNG PEREMPUAN
a.
LOVE FOR SALE 2 – Ratna Riantiarno
Berikutnya film-film yang masuk ke
dalam shortlist atau daftar pendek juga rekomendasi diserahkan kepada
perwakilan asosiasi sesuai kategorinya masing-masing untuk penentuan nominasi.
Mulai dari tanggal 5 Oktober sampai sebulan setelahnya, para perwakilan
asosiasi akan menonton film-film tersebut dan memilih nominasi. Pengumuman
nominasi akan dilangsungkan di awal bulan November.
Setelahnya kemudian pemilihan pemenang akan dilakukan dengan mengikuti mekanisme tahun lalu melalui sistem voting oleh Member FFI yang mengkonfirmasikan diri untuk ikut voting tahun ini. (FE)
iMusic.id – Rumah produksi Maxima Pictures bekerjasama dengan Rocket Studio Entertainment kembali menghadirkan karya terbarunya berjudul “Jangan Panggil Mama Kafir”, film yang manampilkan Michele Ziudith ini adalah sebuah film drama keluarga penuh haru yang dijadwalkan tayang serentak di seluruh bioskop Indonesia mulai 16 Oktober 2025.
Film yang digarap oleh sutradara Dyan Sunu Prastowo ini menghadirkan kisah tentang cinta, janji, perbedaan iman, hingga konsekuensi dari sebuah keputusan besar dalam hidup. Cerita berpusat pada sosok Maria (Michelle Ziudith), seorang perempuan Nasrani yang menikah dengan pria Muslim bernama Fafat (Giorgino Abraham).
Menurut Dyan Sunu Prastowo, “Jangan Panggil Mama Kafir” lahir dari kenyataan yang dekat dengan masyarakat kita. “Film ini lahir dari kisah nyata perjuangan seorang ibu (Michele Ziudith) lintas iman memperjuangkan hak asuh anaknya, sebuah perjalanan emosional yang hangat namun penuh tantangan, mengingatkan kita bahwa cinta tak pernah mengenal batas perbedaan, ruang, dan waktu meski pada akhirnya akan lebih utuh bila dijalani dalam satu keyakinan,” ungkapnya.
Bagi Michelle Ziudith, peran sebagai Maria menjadi tantangan tersendiri. Ia mengaku banyak belajar dari karakter yang diperankannya. “Tantangan terbesarku adalah menjadi ibu tunggal yang harus tegar demi anak. Pesanku sederhana, seorang ibu harus bisa mencintai dirinya sendiri lebih dulu agar kasih sayangnya kepada anak semakin penuh,” ujarnya.
Sementara itu, Giorgino Abraham menuturkan pentingnya karakter Fafat yang meski singkat tetap menjadi fondasi cerita. “Peran Fafat memang tidak banyak muncul, tapi justru menjadi pengantar penting bagi jalan cerita. Yang membuatku tertarik adalah bagaimana karakter ini menunjukkan cinta tanpa paksaan serta menghargai perbedaan dengan toleransi tinggi. Bagiku, sebesar apa pun agama, relasi keluarga terutama cinta seorang ibu dan anak tetap berada di atas segalanya,” katanya.
Elma Theana, yang memerankan Umi Habibah, juga menilai tokoh yang ia mainkan begitu dekat dengan kehidupan nyata. “Umi Habibah adalah representasi banyak orang tua yang keras karena ingin melindungi. Saya yakin penonton akan melihat sisi manusiawinya, meski caranya berbeda,” tuturnya.
Selain Michelle Ziudith, Giorgino, Humaira, dan Elma Theana, film ini juga menampilkan akting Kaneishia Yusuf, Indra Birowo, Tj Ruth, Dira Sugandi, Ence Bagus, Emmie Lemu, Gilbert Patiruhu, Pratiwi Dwiarti, hingga Runny Rudiyanti.
Kehadiran aktor lintas generasi ini menambah kekuatan cerita yang sarat akan konflik batin, nilai-nilai keluarga, dan ikatan emosional yang mendalam.
“Jangan Panggil Mama Kafir” sekaligus menjadi bagian dari perayaan Ulang Tahun ke-21 Maxima Pictures di industri perfilman Indonesia. Melalui kerjasama dengan Rocket Studio Entertainment, Maxima berharap dapat memberikan karya yang bukan hanya menghibur, tetapi juga membuka ruang empati serta refleksi bagi masyarakat dalam memandang perbedaan iman dan kehidupan keluarga.
Trailer resmi film ini sudah dapat disaksikan melalui kanal YouTube MaximaChannel8, sementara informasi tiket akan tersedia melalui berbagai aplikasi pemesanan bioskop. Dengan tema yang menyentuh dan deretan pemain yang kuat, Jangan Panggil Mama Kafir digadang-gadang menjadi salah satu film drama keluarga yang paling ditunggu di penghujung tahun 2025.
Jangan lewatkan kisah tentang cinta, janji, dan perbedaan ini di bioskop mulai 16 Oktober 2025.
iMusic.id – Film terbaru Adhya Pictures, Yakin Nikah, resmi merilis official trailer dan official poster dalam acara press conference yang berlangsung di Jakarta pada Selasa, 9 September 2025.
Acara ini dihadiri oleh jajaran penting di balik layar maupun depan layar, termasuk produser Shierly Kosasih, sutradara Pritagita Arianegara, serta para pemeran utama: Enzy Storia, Maxime Bouttier, Jourdy Pranata, Tora Sudiro, Amanda Rigby, dan Agnes Naomi Shivapriya.
Yakin Nikah hadir bukan sekadar sebagai film romance gemas biasa, melainkan juga mengangkat isu sosial yang begitu dekat dengan kehidupan sehari-hari: tekanan lingkungan untuk segera menikah, stigma “adik tidak boleh mendahului kakak” dalam pernikahan, serta ekspektasi masyarakat yang kerap membayangi anak muda di usia 20-an.
Film ini mengangkat perjalanan Niken (Enzy Storia), seorang perempuan yang dihadapkan pada tuntutan menikah dengan pasangannya, Arya (Maxime Bouttier). Namun keraguannya semakin diuji ketika Gerry (Jourdy Pranata), sosok dari masa lalu, kembali hadir dalam hidupnya.
Melalui dilema Niken, film ini mengajak penonton merenungkan bahwa pernikahan bukan hanya tentang mencari yang terbaik, melainkan juga tentang menjadi versi terbaik dari diri sendiri.
Trailer resmi menampilkan konflik Niken yang penuh warna: mulai dari tekanan keluarga, sindiran teman, hingga komentar tetangga yang terus menanyakan “Kapan nikah?”. Di tengah berbagai konflik tersebut, kehidupan percintaan Niken juga menjadi semakin rumit ketika Gerry hadir, cinta lama yang datang kembali dan membuat Niken semakin mempertanyakan hubungan yang ia miliki. Semua kerumitan dari lika-liku cinta modern itu dibalut dengan sentuhan humor segar dan nuansa kekeluargaan yang hangat, menjadikannya tontonan yang gemas, relatable, sekaligus penuh makna.
Kerumitan yang gemas dari cerita yang ditawarkan dalam Yakin Nikah juga terpapar melalui official poster yang turut dirilis dalam acara press conference. Poster dari film ini menampilkan ketiga karakter utama, dengan Niken berdiri di tengah dihimpit oleh kedua laki-laki dalam hidupnya, Arya dan Gerry. Manakah pilihan yang akan diambil Niken? Arya yang aman namun selalu sibuk, atau Gerry yang menyenangkan tapi tidak dapat diprediksi?
Shierly Kosasih, produser Yakin Nikah, menyampaikan antusiasmenya. “Banyak orang membayangkan pernikahan sebagai momen bahagia. Tapi proses menuju kesana sering penuh drama, dari keluarga, pasangan, hingga ekspektasi masyarakat. Lewat trailer dan poster ini, kami ingin menunjukkan dinamika itu dengan sentuhan humor dan rasa dekat, sehingga penonton bisa tertawa, baper, sekaligus merasa relate.”
Sebagai pemeran utama, Enzy Storia mengungkapkan, “apa sih pertimbangan kalian untuk menikah? Siapa tahu sama dengan dilema Niken di film ini. Penasaran? Sama! Makanya aku nggak sabar nunggu film ini tayang.”
Maxime Bouttier, yang berperan sebagai Arya, menambahkan, “film ini lucu, manis, tapi juga bikin mikir. Aku suka karena pesannya nggak sekadar soal relationship, tapi juga tentang menghargai diri sendiri dalam sebuah hubungan.”
Sementara itu, Jourdy Pranata mengaku senang terlibat dalam kisah yang begitu dekat dengan realita. “Menurutku, film ini bakal jadi bahan obrolan penting. Banyak orang muda ngalamin dilema ini: menikah karena cinta, atau karena tuntutan? Dan film ini mengemasnya dengan cara yang hangat dan menghibur.”
Diadaptasi dari web series YouTube yang telah meraih lebih dari 14,9 juta views, versi layar lebar Yakin Nikah menjanjikan pengalaman menonton yang lebih menyeluruh, dengan cerita yang lebih dalam, visual sinematik yang memikat, serta chemistry pemain yang menghidupkan dinamika keluarga dan cinta.
Yakin Nikah disutradarai oleh Pritagita Arianegara dengan naskah yang ditulis oleh Bene Dion Rajagukguk, Sigit Sulistyo, dan Erwin Wu, serta script development oleh IMAJINARI. Film ini akan tayang di bioskop seluruh Indonesia mulai 9 Oktober 2025. Ikuti update kisah cinta Niken melalui media sosial @filmyakinnikah dan @adhyapictures.
iMusic.id – Diangkat dari thread viral @kelanara di X berjudul “Kosan Berdarah”, Hitmaker Studios bersama Legacy Pictures dan Masih Belajar Pictures mengangkat cerita ini ke dalam layar lebar dengan judul “Rego Nyowo”.
Berbekal kisah nyata tentang kejadian-kejadian tidak nyaman bahkan mengerikan yang dialami di kehidupan kos-kosan berkaitan dengan gangguan makhluk halus, Rocky Soraya, sang produser mengajak sutradara Rizal Mantovani untuk mengeksekusi film “Rego Nyowo” ini ke layar lebar.
Mengambil set lokasi utama perkebunan pohon pisang yang luas, Hitmaker Studios mencoba memvisualisasikan secara nyata seperti aslinya. Proses syuting pun sangat terasa menyeramkan, ketika ingin mengambil gambar di lokasi aslinya karena banyak penunggu makhluk halus di kosan tersebut yang mengganggu, sehingga syuting “Rego Nyowo” pun harus berpindah lokasi.
Rocky Soraya memilih pemain untuk memerankan karakter – karakter di film “Rego Nyowo” dengan ketat dengan proses pendalaman karakter yang dilakukan lebih dari 2 bulan. Film horor yang memperlihatkan visual mewah yang memanjakan mata penonton ini melakukan proses syuting di Padalarang, Puncak, Malang, dan Cibubur.
Film “Rego Nyowo” memperkenalkan villain hantu yang merupakan terobosan baru di industri film horor dengan menampilkan hantu berupa pocong yang di setiap penampakannya terlihat ada tali yang mengikat lehernya seperti gantung diri.
“Saya dan Rizal berusaha membuat sesuatu yang baru di film “Rego Nyowo” ini, setelah melalui diskusi dan uji coba maka terciptalah hantu “Pocong Gantung” ini. Saya perhatikan, Pocong itu kalo digantung jadi tambah sere mya”, Ujar Rocky Soraya.
“Selain Pocong Gantung”, pocong disini berbeda dari film pocong lainnya karena si pocong punya lidah yang bisa menjulur panjang untuk menaklukan manusia”, tambah Rizal Mantovani.
Film “Rego Nyowo” dibintangi oleh sederet aktris serta aktor muda ternama Tanah Air seperti Sandrinna Michelle, Ari Irham, Diah Permatasari, Erwin Moron, Cassandra Lee, Rayensyah Rassy, Zayyan Sakha, Sheva Audrey, Sinyo Riza, Zoe Jireh, Zasa Zefanya, Robert Chaniago Timor dan Michael Russel. Walaupun ada kendala bahasa dimana Sebagian besar cast harus memerankan tokoh yang berbeda suku dengan kesehariannya, namun para cast mengaku senang melakukan proses syuting film ini.
Sinopsis :
Lena (Sandrinna Michelle) datang dari Jakarta ke Malang untuk kuliah bersama kakaknya, Benhur (Ari Irham). Mereka tinggal di kos milik sepasang suami istri, Bu Astri (Diah Permatasari) dan Pak Wiryo (Erwin Moron) yang baik dan ramah. Kos itu bagus, murah, nyaman, dan penuh kehangatan. Setiap minggunya Bu Astri mengundang seluruh penghuni kos untuk makan malam bersama. Tapi kos yang tenteram, berubah menjadi penuh kejanggalan ketika seorang anak kos mengalami mimpi aneh. Ia meyakini kos itu angker, bahkan menyebut ada pocong gantung. Awalnya, Lena dan yang lainnya tidak percaya, hingga ia sendiri melihatnya dan teror mengerikan terjadi. Kos ini bukan kos biasa. Ada harga yang harus dibayar. Bukan uang, tapi nyawa. Gimana kelanjutan kisahnya? Saksikan “Rego Nyowo” tayang di Bioskop Mulai 31 Juli 2025.