Connect with us

iMusic

Kolaborasi MLDSPOT dan Irama Nusantara Luncurkan Mini Album “Lagu Baru Dari Masa Lalu – Volume 1”.

Published

on

iMusic – MLDSPOT berkolaborasi dengan Yayasan Irama Nusantara meluncurkan mini album bertajuk “Lagu Baru dari Masa Lalu Volume 1”. Dalam mini album tersebut, terdapat lima lagu legendaris era 80an yang diaransemen dan dinyanyikan ulang oleh musisi Indonesia masa kini seperti Andien, Aya Anjani, Dhira Bongs, Kurosuke, Vira Talisa, Mondo Gascaro dan jawara MLDJAZZPROJECT musim perdana, Adoria.

Perwakilan MLDSPOT Goardan Saragih, menuturkan bahwa mini album “Lagu Baru Dari Masa Lalu Volume 1” merupakan upaya nyata dari MLDSPOT dan Irama Nusantara guna melestarikan dan mempopulerkan kembali lagu-lagu legendaris yang pernah berjaya di Indonesia. Diharapkan, melalui peluncuran mini album ini dapat menjadi momentum untuk memberi apresiasi terhadap pencipta musik lawas, memperkuat ekosistem, memperkaya khazanah musik yang ada di Tanah Air serta menginspirasi para pecinta musik di Indonesia.

“Kami sangat bangga bisa ambil bagian dalam upaya melestarikan serta mempopulerkan kembali karya-karya musisi legendaris Indonesia. Hal ini bisa menjadi pesan bagi generasi yang lebih muda bahwa Indonesia memiliki warisan musik yang sangat banyak dan juga dapat menjadi referensi untuk menciptakan karya berkualitas di masa mendatang. Ke depannya, kami juga berharap dapat bekerjasama dengan berbagai pihak demi turut menginspirasi dunia musik Indonesia,” ujar Goardan.

Selama ini, lanjut Goardan, MLDSPOT senantiasa mendukung dan menginspirasi perkembangan musik Indonesia melalui berbagai kegiatan. Diantaranya dengan berpartisipasi dalam hampir seluruh rangkaian tahunan event jazz nasional dan juga penyelenggaraan MLDARE2PERFORM, yakni sebuah ajang kompetisi pencarian musisi jazz muda berbakat Indonesia yang telah memasuki season keempat.

Adapun kolaborasi MLDSPOT dengan Irama Nusantara juga tak lepas dari rekam jejak Irama Nusantara sebagai lembaga nirlaba yang konsisten melakukan pengarsipan digital rilisan musik populer Indonesia sejak yayasan ini berdiri pada 2013 silam. Irama Nusantara memiliki impian bahwa data-data digital musik legendaris Indonesia kelak dapat diapresiasi dan diselebrasi oleh generasi yang lebih muda. Mimpi ini akhirnya diwujudkan bersama MLDSPOT dalam bentuk mini album.

“Kami membuka ruang untuk berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk mewujudkan visi dalam hal mengolah arsip digital musik populer yang kami miliki. Bersama MLDSPOT tercetuslah ide membuat rilisan dalam bentuk mini album yang nantinya bisa menjadi upaya berkesinambungan dalam melestarikan musik-musik Indonesia yang berasal dari masa lalu. Rilisan ini akan memberikan dampak nyata, bukan hanya terhadap operasional Irama Nusantara tapi juga berbagai entitas musik yang terlibat di dalamnya,” tutur Gerry Apriryan selaku Program Manager of Irama Nusantara.

Mini album “Lagu Baru Dari Masa Lalu Volume 1” bertema Indonesian City Pop. Tema ini tercetus dari temuan di berbagai digital streaming platform yang sejak beberapa tahun terakhir menunjukkan adanya fenomena bahwa pecinta musik di Indonesia sering memutar lagu-lagu yang diklasifikasikan sebagai Indonesian City Pop yang berisi lagu-lagu populer Indonesia dari akhir era 1970-an hingga paruh awal 1980-an. Fenomena ini yang diangkat oleh MLDSPOT dan Irama Nusantara dalam memilih lima lagu andalan yang merepresentasikan gaya musik di era tersebut lalu diaransemen ulang dan dibawakan kembali oleh generasi muda yang memiliki musikalitas yang sesuai.

Di nomor pertama terdapat “Walau Dalam Mimpi” ciptaan David Mesakh yang sebelumnya dipopulerkan oleh Ermy Kulit. Kali ini, tembang lawas tersebut dinyanyikan ulang oleh musisi beraliran Explorative Pop asal Bandung, Dhira Bongs. Pada lagu kedua, single “Senja dan Kahlua” milik grup band Transs yang digawangi oleh nama – nama tenar seperti Fariz RM dan Erwin Gutawa kini dibawakan kembali oleh Kurosuke. Baik Dhira maupun Kurosuke sangat antusias dalam proyek ini sehingga hasilnya pun sangat mengejutkan, Balutan gaya musik elektronik kontemporer Dhira dan Kurosuke memberikan kesegaran untuk lagu yang populer di dekade 1980-an ini.

Selanjutnya, di nomor ketiga terdapat lagu “Terbanglah lepas” kepunyaan Yockie Suryoprayogo. Menariknya, karya pentolan God Bless itu dinyanyikan ulang oleh sang buah hati yakni Aya Anjani feat. Parlemen Pop dengan tetap mempertahankan nuansa kemegahan yang ada di lagu aslinya. Lalu, pada lagu keempat, giliran kolaborasi Vira Talisa dengan jawara kontes MLDJAZZPROJECT musim perdana, ADORIA, berbuah apik dalam membawakan “Dunia Yang Ternoda”-nya Jimmie Manopo. Kemudian ada Mondo Gascaro dan Andien yang sukses mengemas duet masyhur, Chrisye – Vina Panduwinata dalam “Kisah Insani”.

Kiara, salah satu personel ADORIA yang terlibat di mini album ini pada nomor “Dunia Yang Ternoda” menuturkan, ada tantangan tersendiri bagi bandnya dalam membawakan kembali lagu legendaris karya Jimmie Manopo tersebut. “Di lagu ini kami berkolaborasi dengan Vira Talisa. Untuk aransemen musik, kami dibantu oleh music director agar menjadi jembatan yang menyatukan karakter bermusik ADORIA dan Vira. Tantangan terbesarnya adalah karena lagu ini sudah bagus dari sana nya, dan kami harus membawakannya lebih fresh dan sesuai dengan gaya bermusik kami. Semoga dapat diterima oleh para pecinta musik,” jelas Kiara.

Tak main-main, proses mastering mini album ini dilakukan di Abbey Road Studios, London oleh Frank Arkwright. “Karena saat ini semuanya serba online, kami mengambil kesempatan untuk melakukan mastering di studio terbaik di dunia yakni Abbey Road Studios dan ditangani oleh Frank Arkwright dikarenakan kesesuaian portfolio kerja dia yang bisa dibilang memiliki korelasi dengan gaya musik yang tertuang di mini album ini,” tutur Gerry.

Sementara itu, visualisasi mini album ini dipercayakan kepada (Lab) Rana, sebuah laboratorium fotografi analog yang bermarkas di Kemang Raya, Jakarta yang didirikan oleh Fadli Aat, salah satu dari duet disc-jockey kenamaan ibu kota, Diskoria, Ditemani empat fotografer lainnya yaitu Syahril Zulkarnain, Sava Arum, Yassereno Omar H, dan Arief Wahyudi, masing-masing menginterpretasikan ulang setiap lagunya melalui karya fotografi analog. Karya-karya fotografi ini juga akan dipamerkan di A3000 Creative Compound, Jl. Kemang Raya no. 8B selama 3 hari yakni 16 Juni – 18 Juni 2021.

“Melalui kerjasama dengan MLDSPOT dan berbagai pekerja seni yang terlibat ini, kami mengajak publik untuk mendukung operasional pengarsipan musik populer Indonesia. Irama Nusantara juga mengajak untuk publik untuk mengenal lebih banyak #LaguBaruDariMasaLalu sehingga kelak lagu-lagu lawas akan tetap populer di masa mendatang. Untuk distribusi digital yang mumpuni maka kami bekerjasama dengan demajors” tandas Gerry.

Irama Nusantara lahir atas wujud kecintaan dari beberapa orang terhadap musik populer Indonesia, diantaranya David Tarigan bersama Christoforus Priyonugroho, Toma Avianda, Alvin Yunata, Norman Illyas, Mayumi Haryoto, dan Dian ‘Onno’ Wulandari. Sebagai pekerja dan penikmat musik, mereka merasa prihatin sayang jika musik Indonesia tempo dulu hilang begitu saja dalam kenangan, dan tidak terdapat satu pun dokumentasi modern yang dapat diakses oleh publik.

Mereka lantas menggagas sebuah gerakan pengarsipan musik populer Indonesia, mengubah dari format piringan hitam dan kaset menjadi berkas data digital. Secara swadaya, sejak tahun 2013, para penggagas Irama Nusantara, yang juga hobi mengoleksi rilisan musik ini, mulai melakukan digitalisasi piringan hitam musik populer di Indonesia, tidak hanya musiknya, tetapi juga salinan digital sampul album yang juga sarat nilai seni dan berbagai informasi yang terdapat di dalamnya,, ke dalam situs www.iramanusantara.org yang dapat diakses secara gratis cuma-cuma oleh masyarakat luas untuk tujuan edukasi dan pelestarian. (FE)

iMusic

Patrick Lesmana tawarkan komposisi apik di single kedua bertajuk “Yabai”

Published

on

iMusic.id – Sempat setahun hiatus, solois gitar ‘Patrick Lesmana’ kembali memperkenalkan karya musik keduanya yang berjudul “Yabai”. Dalam bahasa Jepang, “Yabai” mengandung arti tentang sesuatu yang ‘berbahaya, gila’ dan bahkan ‘keren’ tergantung konteksnya, gitaris muda asal Malang, Jawa Timur tersebut mengungkapkan keunikan kata ‘Yabai’ tersebut sebagai konsep dari komposisi musik yang dia tulis.

“Yabai” merepresentasikan sisi spontan, eksperimental dan energi tak terduga dalam musik yang saya tulis. Saya memilih konsep Jepang karena saya sangat terinspirasi oleh kultur dan estetika mereka dari anime, seni visual, sampai cara musisi fusion Jepang seperti Casiopea, T-Square, dan Dezolve membentuk sound yang khas tapi tetap “tightt” dan teknikal”, terang Patrick Lesmana tentang single keduanya tersebut.

Tumbuh dewasa dengan mendengarkan dan terpengaruh oleh musik Progessive-Rock/Jazz-Rock medio 60-80an seperti King Crimson, Frank Zappa, Yes, Genesis, Weed, Kansas, I.O.U (Allan holdsworth) dan lainnya, Patrick Lesmana tertarik untuk menggabungkan musik – musik prog-rock diatas dengan elemen musik Jazz-Fusion dan musik – musik game Jepang ke single “Yabai” tersebut.

“Yabai” adalah judul EP saya yang sudah rilis di tahun 2023 lalu dan di dalam mini album saya tersebut juga ada lagu yang berjudul “Yabai” yang saya perkenalkan sebagai single ke 2 setelah “Paradise Of Inner Fire”. Kalau disimak secara keseluruhan, EP saya itu tidak berusaha menampilkan gitar sebagai instrumen utamanya melainkan semua instrumen bermain dengan porsi yang sama. Dalam hal ini, komposisi adalah yang saya coba tonjolkan dalam lagu – lagu di dalam EP tersebut termasuk “Yabai”,tandas Patrick Lesmana.

“Secara komposisi, “Yabai” menggabungkan elemen progressive rock, jazz fusion, dan nuansa Japanese contemporary fusion. Ada banyak permainan time signature, harmoni kompleks, dan improvisasi yang tetap punya alur emosional”, jelas Patrick lagi.

Dalam proses produksi single “Yabai”, gitaris yang sangat menggemari gitaris – gitaris dunia seperti Allan Holdsworth, Al di meola, Eric johnson, Ritchie blackmore dan lain – lain ini mengaku tidak menemui kendala yang berarti. Proses rekaman yang dilakukan di studio pribadinya “Suara Wibu Production” ini terbilang lancar.

“Tantangan terbesarnya justru menjaga keseimbangan antara teknikalitas dan feel, karena di genre seperti progressive fusion, mudah sekali terjebak dalam permainan rumit tapi kehilangan rasa”, terang Patrick.

Sementara itu, Fransiscus Eko dari Cadaazz Pustaka Musik yang berperan sebagai co-producer mengaku cukup lega bisa merilis lagu “Yabai” ini sebagai single kedua Patrick Lesmana.

“Patrick ini sibuk banget, proyek musiknya banyak dan dia juga ikut bergabung dengan beberapa band berbeda genre di Malang. Bisa merilis single kedua ini sudah membuat saya cukup lega. Yang masih nge-ganjel adalah video musik nya belum sempat di buat karena Patrick sendiri masih belum punya waktu luang ke Jakarta”, terang Fransiscus Eko.

Setelah merilis single “Yabai” ini, Patrick Lesmana berencana menampilkan komposisi musik dengan genre yang berbeda pada karya EP berikutnya,

“Saya tidak ingin terpatok satu genre saja, saya ingin menjadikan karya – karya solo saya sebagai sebuah kolase untuk menunjukan banyaknya repetoar yang saya dengarkan sehari – hari dan tidak berhenti di satu genre saja”, ujar Patrick.

Single dan EP “Yabai” karya Patrick Lesmana sudan bisa di simak diseluruh Digital Store Platform serta seluruh media sosial seperti Instagram feed dan story, Tiktok, Facebook dan lain – lain, sementara itu video visualizer nya bisa di tonton di Cadaazz Pustaka Musik Official Youtube Channel.

Credit Title

Single : Yabai

Artis : Patrick Lesmana

Song : Patrick Lesmana

Production by Cadaazz Pustaka Musik & Patrick Lesmana

Executive Producer : Patrick Lesmana

Producer : Patrick Lesmana

Co Producer : Fransiscus Eko & Christian Wibisono

Music Recorded at Suara Wibu Production Studio by Patrick Lesmana

Guitar. Bass, Keys, Drums played & recorded by Patrick Lesmana

Mixing by Bayu Randu at Musicblast / Greenland Studio

Mastering by Bayu Randu at Musicblast / Greenland Studio

Patrick Lesmana Artist Management & Contact Person : Fransiscus Eko (081277666468)

Artwork by Christian Wibisono

Media Relation : Eny Handayani (0812-9776-547)

Continue Reading

iMusic

Band Jogja, Shakey rilis single baru “Yang Ada Padamu”

Published

on

iMusic.id – Shakey adalah adalah band asal Yogyakarta yang terbentuk pada 5 Maret tahun 2000. Dalam perjalanan musiknya, Shakey sudah mempunyai dua album kompilasi dimana salah satunya membawa mereka menjadi band yang me-nasional dengan lagu “Miliki Aku” dalam album kompilasi Indie Ten 2 tahun 2002.

Perjalanan panjang itu juga yang membuat mereka mempunyai dua album musik berbentuk kaset dan CD pada tahun 2004 dan 2008. Shakey saat ini adalah format ke 3 dengan beranggotakan empat personil yaitu Dinno (vocal), Opik (Bass), Dionn (keyboard), Andrie (drum).

Genap perjalanan 25 tahun mereka. Shakey meluncurkan single “Yang Ada Padamu” yang menjadi kerinduan tersendiri bagi penggemarnya. Single yang begitu lama ditunggu ini tetap mempertahankan warna dan corak musik Shakey. Rasa otentik timbre vokal Dinno menjadi ciri khas setiap lagu yang dikeluarkan. Nuansa Pop-Rock pada single “Yang Ada Padamu” ini juga tetap memberi sentuhan Shakey tahun 2000-an awal dimana kental dengan distorsi dan ketukan drum yang tight,

Di tahun 2025 ini Shakey, juga merilis album-album terdahulunya di kanal musik digital yang memberikan nafas baru bagi Shakey untuk kembali berkarya. Dinno, vokalis dari Shakey juga adalah penulis lagu dalam single baru shakey dimana ia adalah pencipta lagu-lagu beberapa artist ternama seperti Rossa, Rio Febrian, Nagita Slavina dan memproduseri lagu-lagu seperti Anneth, Armand Maulana, Ruth Sahanaya dan beberapa artist lainnya. Opik, bassis dari band ini juga punya peran bermusik bersama Seventeen, Armada dan banyak musisi lainnya.

“Yang Ada Padamu” jadi lagu pertama yang dirilis Shakey untuk menjadi momentum lahirnya band ini. Di produseri oleh Sasi Kirono, Shakey menunjuk Sasi karena kiprahnya tak main-main dalam memproduseri musisi Jogja seperti Putri Ariani.

“Yang Ada Padamu” bercerita tentang seseorang yang mengagumi seorang lain. Dimana ia belum dapat memilikinya namun dalam hati kecilnya ia akan bisa mendapatkan hati seseorang itu nantinya.

Kali ini, Shakey merilis single ini dengan konsentrasi promo di Radio. Radio adalah platform musik yang membersamai Shakey dalam berkarya sejak dulu. Mereka betul-betul besar di Radio, khususnya di Yogyakarta. Dimana karya pertama mereka di perkenalkan pertama kali oleh Radio di Yogyakarta. Karenanya, bagi Shakey, Radio adalah partner yang sangat berarti bagi perjalanan mereka.

Selamat menikmati “Yang Ada Padamu”

Continue Reading

iMusic

Stand Here Alone kolaborasi dengan Tresno Tipe X di single “Kura – Kura”

Published

on

iMusic.id – Sulit rasanya menutup mata dari lagu ini. Ada kejujuran yang berdesir pelan di balik nada riang “Kura-Kura”, kolaborasi antara Stand Here Alone (SHA) dan Tresno, sang vokalis legendaris Tipe-X. Lagu ini bukan sekadar kisah patah hati yang dibungkus jenaka, tapi semacam pengakuan halus bahwa cinta memang kerap berakhir dengan cara yang tidak gagah-gagah amat. Kadang lucu, getir, bahkan absurd. Seperti kisah pria yang ditinggal kekasihnya demi seseorang yang, entah kenapa, “berwajah seperti kura-kura.”

Namun justru di situlah letak keindahannya. “Kura-Kura” adalah cara Stand Here Alone dan Tresno mengubah duka jadi tawa, mengubah kecewa jadi bahan bakar untuk bernyanyi lebih kencang. Mereka seperti ingin bilang: jangan gentar meskipun ditikung reptil, sebab bahkan orang dengan paras hewan melata pun kadang bisa mengajari kita cara menerima nasib dengan elegan, patah hati tidak lagi tentang meneteskan air mata, tapi menghasilkan nada-nada yang membuat dada sesak dan bibir tersenyum di waktu yang sama.

Lagu kolaborasi Stand Here Alone dengan Tresno ini, dengan segala kesederhanaannya, mengingatkan bahwa kita tak berhak untuk dibuat sedih. Dunia sudah terlalu riuh untuk ditambahi keluh kesah yang tidak perlu. “Kura-Kura” hadir seperti kawan lama yang menepuk bahu, berkata pelan: sudahlah, tidak semua janji harus ditepati, tidak semua cinta harus berakhir bahagia, dan tidak semua luka harus disembuhkan, beberapa cukup ditertawakan.

Melalui proyek Album Nusantara, Stand Here Alone menunjukkan bahwa punk dan ska tak melulu soal pemberontakan, tapi juga tentang kelapangan hati. “Kura-Kura” menjadi semacam pernyataan lembut bahwa kehilangan bisa seindah pertemuan, bahwa humor adalah selimut terbaik bagi hati yang pernah robek, dan bahwa hidup, betapapun kejamnya, masih pantas ditertawakan, terutama ketika cinta pergi bersama seseorang yang bahkan kura-kura pun mungkin enggan bercermin padanya.

Single “Kura-Kura” sudah tersedia di seluruh platform digital dan video musiknya dapat disaksikan di kanal YouTube resmi Stand Here Alone.

Continue Reading