iMusic – Band selancar rock kontemporer “The Panturas” Meluncurkan Sebuah Karya Video Musik “Tafsir Mistik” guna mendukung kuatnya
unsur penceritaan dalam penulisan lirik lagunya. Kisah legenda teror seekor
kujang atawa leak aka vampirbetina yang menyerang suatu pemukiman Priangan di masa paska perang kemerdekaan
Indonesia.
Direksi
imajinasi dan visual diarahkan oleh sutradara Yustinus
Kristianto bersama Gerombolan
Struzzo, dengan peran istimewa dari aktor layar
lebar/teater kawakan Sha Ine Febriyanti dan musisi Sir Sandy Harrington sebagai antagonis-protagonis yang saling terjebak dan menjebak.
Adegan pun
tersaji klasik. Bak film laga kuno, kita disuguhi aksi sinema yang memikat ketika seteru sang vampir
dengan segenap warga akhirnya bertemu di tengah sebuah pesta yang telah
direncanakan. Taring mencabik kulit, bercak darah menciprat di mana-mana, dan
The Panturas mengiringi terciptanya teater pembantaian tersebut lewat alunan Melayu
rock & roll gipsi yang meletup-letup. Di sanalah Nyai Kuyang berdansa kekenyangan.
“Cerita kuyang
ini merupakan representasi sebuah gagasan atau ideologi yang enggak pernah
mati, dan bahkan secara struktural enggak bisa dibendung. Singkat kata, ada dua
makhluk berbeda dunia yang sama-sama punya niat utama melindungi diri
masing-masing. Namun, perbedaan kebutuhan membuat mereka akhirnya malah saling
mengancam dan memangsa satu sama lain,” ujar Yustinus Krtistianto.
Ini adalah kali
kedua baginya bekerja dengan The Panturas membuat video musik. Yang pertama
untuk lagu ‘Queen of the South’ di mana ceritanya
mengambil pokok juga dari legenda mitos lokal lainnya, yaitu Ratu Pantai Selatan. Bedanya terletak pada penanganan sinematik. Jika di video sebelumnya
tema yang diangkat berkesan urban, kali ini ia coba mengekplorasi film-film
Asia dari era 60-an sebagai preferensi.
Berpalet warna
hitam-putih, inspirasinya mengalir melalui beberapa karya milik Usmar Ismail, seperti Tiga Dara, Lewat Djam Malam atau Darah dan Doa, serta sineas asal Jepang, Akira Kurosawa. Dikawinkan kemudian dengan gaya slasher khas Quentin Tarantino di film Kill Bill.
Selain Sha Ine
Febriyanti dan Sir Dandy Harrington, video musik ‘Tafsir Mistik’ pula menghadirkan
sejumlah ekstra kameo yang merupakan musisi-musisi panutan The Panturas: Jon Kastella (Syarikat Idola Remaja), Eky Darmawan (Rock N’ Roll Mafia) dan Lucky Widiantara (Lucas and AB).
“Kami
menganggap video musik adalah bagian dari catatan sejarah. Dan penting buat
kami untuk bisa dinikmati secara visual, tidak hanya audio musikal,” kata bassis
Bagus ‘Gogon’ Patria.
Mengenai
intepretasi lirik, Yustinus Kristianto mengaku musik The Panturas berhasil
membawanya mengarungi rimba khayal yang otomatis mampu menghadirkan
fragmen-fragmen ajaib. “Misalnya,” ucapnya, “sedang menaiki mobil van Scooby
Doo sambil mendengarkan album Magical Mystery
Tour-nya The Beatles. Unik, penuh energi, dan yang pasti penuh dengan misteri yang bakal
membuat kita semua terkejut nantinya.”
Persona kuyang
menjadi pemaknaan pribadi sang sutradara terhadap lirik brilian single ‘Tafsir Mistik’ yang ditulis
vokalis/gitaris Abyan Zaki Nabilio. Frasa cantik, puitis dan orisinal yang ditangkap sebagai kritik kepada
para pemikir musiman yang bertebaran di jagat sosial
media.
Kata ‘mistik’ di sana dapat mewakili, entah itu hantu gaib maupun hantu ideologis. Single ini semakin menancapkan karakter otentik The Panturas sebagai unit surf rock jempolan yang berhasil menggabungkan elemen indie rock dengan pelbagai hibrida, dari punk hingga langgam tradisional lintas Nusantara, khususnya untuk album penuh kedua mereka nanti. (FE)