Connect with us

iMusic

“Lightcraft” terbawa nostalgia di single teranyar mereka “Dream Dancer”.

Published

on

iMusic – Inilah pesan yang ingin disampaikan oleh lightcraft di single teranyar mereka “Dream Dancer”, seiring dengan perjuangan mereka dalam terus menyebarkan sinar harapan dan nilai-nilai positif ke penjuru bumi melalui musik mereka.    

“Kami telah sampai pada titik dimana hal-hal nostalgia cukup sering hadir di keseharian kami. Ini menyadarkan kami bahwa hidup dengan membawa satu atau dua kenangan masa lalu bukanlah sesuatu yang buruk. Hal tersebut justru memberikan kekuatan serta menumbuhkan nilai-nilai positif. Jadi saya mencoba menuangkan beberapa kenangan indah saya ke dalam “Dream Dancer”, di mana ‘dance’ merupakan simbolik dari mengekspresikan pergerakan ke arah yang lebih baik. Dengan harapan ini dapat memberikan orang-orang sebuah pandangan yang lebih cerah dan positif,” ujar Imam.

Tetap mempertahankan sound yang cinematic dengan beat dan isian synth 80an, “Dream Dancer” menjadi single ketiga yang diambil dari album keempat lightcraft yang akan datang, dan dikemas agar menjadi sebuah soundtrack untuk perayaan pergantian tahun bagi para pendengar.

Tetap konsisten dalam mengusung tema penuh harapan, “Dream Dancer” menambah satu lagi persembahan arah musik baru yang diusung band ini untuk menghadirkan karya ciamik dan asyik untuk berdansa. “Dream Dancer” kembali mengawinkan nuansa 80an dan sentuhan pop moderen, dengan karakter bernyanyi Imam yang khas dan diikuti oleh isian gitar Fari Febrian yang catchy. Untuk urusan cover artwork lagu ini dikerjakan oleh duo perancang grafis Meidina Rizki dan Rizka Wardhana.

“Kami ingin menutup tahun ini dengan penuh kesan sebelum kembali melangkah di 2022. Dengan menyisakan satu lagi single sebelum album keempat  dirilis, kami rasa ‘Dream Dancer’ sangat pas untuk itu karena menawarkan atmosfer yang positif. Kami berharap lagu ini dapat menjadi soundtrack bagi siapa saja saat pergantian tahun,” tambah Fari. 

Proses produksi dan mixing lagu ini ditangani oleh Wisnu Ikhsantama, yang juga telah mengerjakan beberapa rilisan dari .feast, Hindia, Lomba Sihir, Reality Club, dan lain sebagainya, di Soundpole Studios. Untuk urusan mastering masih tetap dipegang oleh Marcel James (Jerman). “Dream Dancer” dirilis melalui Wander Digital Music di semua platform musik digital, termasuk Spotify, Apple Music, JOOX, Resso, dan banyak lagi, pada tanggal 10 Desember 2021.

Video lirik “Dream Dancer” menampilkan seorang penari balet bertalenta Tathya Inggita dan diproduksi oleh Wander Creative Lab dan disutradarai oleh Reksa Fajar. Video lirik ini dapat ditonton di kanal YouTube resmi lightcraft.

Band anthemic indie-rock lightcraft mengusung misi menebarkan cahaya harapan melalui setiap notasi dan melodi yang mereka kreasikan. Menggabungkan lirik yang penuh pengharapan serta nilai-nilai positif, kwartet asal Jakarta ini dikenal dengan ciri khas sound yang melankolis nan penuh semangat yang pas untuk disuguhkan di stadion besar. Setiap nada yang disampaikan mampu meresap cepat ke dalam hati yang langsung menghadirkan senyuman lebar bagi para penikmatnya. 

lightcraft terbentuk pada tahun 2005, tepat ketika Imam Surataruna, Fari Febrian, and Enrico Prabowo bertemu saat melangsungkan studi di kampus yang sama di Selangor, Malaysia. Setelah menorehkan reputasi baik di negeri jiran lewat aksi panggung apik nan energetik dibarengi hangatnya sambutan atas rilisan-rilisan mereka, dimana majalah musik lokal ROTTW menahbiskan mereka sebagai “Coldplay dari Asia Tenggara”, mereka pun kembali ke tanah air di tahun 2011. Sang drummer, Yopi SS, sendiri bergabung di 2012.

Mengangkat tema seputar kemanusian dan ragam fenomena global, lightcraft telah menelurkan beberapa rilisan sejak awal dibentuk, termasuk debut EP “The Modern Seasons” (2006), album debut “Losing Northern Lights” (2008), album kedua “Colours of Joy” (2014), EP kedua “Another Life”, dan album penuh ketiga “Us Is All” (2019).

Pada September 2020, tepat di ulang tahun band yang ke-15, lightcraft melakukan perubahan besar dalam arah bermusik mereka lewat single “Run Away”, lagu dari hasil kolaborasi dengan produser musik Singapura DSML yang terinspirasi oleh musik elektronik 80-an dan pop modern. Versi akustik lagu ini pun dilepas kemudian pada Februari 2021. Kedua rilisan ini diluncurkan oleh label Amerika Serikat, Circulate Music.

Di Juni 2021, lightcraft kembali menggebrak dengan single “Life” sebagai penanda era baru dengan bunyian dan tampilan yang lebih segar dan inovatif. Pada September 2021, mereka bekerjasama dengan penyanyi/penulis lagu an produser musik kenamaan Petra Sihombing, yang memproduksi single teranyar mereka “Don’t Fight This Feeling”, yang mendorong batas bermusik mereka. Dan untuk menutup tahun, lightcraft merilis “Dream Dancer” pada awal Desember, single ketiga yang diambil dari album keempat mereka yang akan datang.

Selama berkarir baik di dalam maupun luar negeri, lightcraft banyak mempertontonkan gabungan sound yang catchy dengan energi kuat nan magis saat tampil di atas panggung. Perpaduan ini telah membawa mereka ke berbagai penjuru dunia, termasuk tampil di festival musik internasional bergengsi dan panggung-panggung ternama di Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Jepang, Korea Selatan, Taiwan, India, kanada, Amerika Serikat, Rusia, Tiongkok, Mongolia, and Inggris. Festival musik bergengsi yang pernah mereka sambangi meliputi SXSW, Liverpool Sound City, V-Rox, Taihu Midi Festival, MUSEXPO, Monsoon Music Festival, Big Mountain Music Festival, Bangkok Music City, We The Fest, Canadian Music Week, Indie Week Canada, Music Matters Live, Zandari Festa, Baybeats Music Festival, B Festival, Playtime Festival, SONIK Philippines, Kansai Music Conference, Music Lane Festival Okinawa, dan Sakurazaka Asylum.

Sebagai sebuah band yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusian, kelestarian lingkungan hidup, dan masa depan dunia, lightcraft ditunjuk menjadi duta bagi organisasi nirlaba peduli lingkungan Bersih Nyok! dan juga turut serta memberikan dukungan terhadap The Borneo Orangutan Survival Foundation dan Sahabat Anak Foundation.

Karir musik lightcraft bertujuan untuk menciptakan sebuah momentum untuk melangkah lebih jauh lagi; mendobrak batasan dan mewujudkan petualangan yang penuh arti dalam hidup. (FE)

iMusic

Kenang alm Carlo Saba, Kahitna rilis single “Sejauh Dua Benua”

Published

on

iMusic.idKahitna merilis single remake berjudul “Sejauh Dua Benua” pada 19 April 2024 tepat 1 tahun Carlo Saba berpulang menghadap Sang Pencipta. Pihak Musica Studios selaku label yang manaungi dan merilis single tersebut menyelenggarakan launching bertajuk “Afternoon Talk Kahitna New Single Sejauh Dua Benua” pada Senin, 22 April 2024 di bilangan Kemang, Jaksel.

Acara perilisan yang dihadiri oleh personel Kahitna lengkap, Ibu Indrawati Widjaja selaku Eksekutif Produser serta para Soulmate (fans Kahitna) berlangsung hangat dengan beberapa momen kaharuan terutama Ketika para personal Kahitna berbagi cerita tentang keterlibatan alm Carlo Saba dalam single tersebut tahun lalu.

“Sebenarnya kita sudah punya 2 single baru, namun single “Sejauh Dua Benua” dirilis duluan sebagai bentuk penghargaan dan tanda kasih kami kepada alm Carlo Saba karena lagu ini direkam dan melibatkan Carlo Saba, lagu ini juga merupakan lagu favoritnya Alm. Carlo,” Tutur Yovie Widianto.

“Lagu “Sejauh Dua Benua” sebelumnya pernah dibawakan oleh Arsy Widianto dan Brisia Jodie, namun kita mencoba mendaur ulang dengan gaya musik yang berbeda disbanding versi Arsy dan Jodie”, tambah Yovie lagi.

Jika pada versi Arsy dan Jodie dikemas dengan gaya kekinian yang terpengaruh oleh gaya musik Korea, maka kali ini Kahitna hadir dengan menyuguhkan lebih banyak nuansa musik khas Barat yang kuat, namun tetap mengetengahkan ciri khas Kahitna, baik dari progresi, dan harmonisasi vokal dari para vokalisnya.

“Lagu ini menceritakan tentang jarak yang jauh tidak akan membuat hati menjadi lupa, cerita lagu ini memberikan semangat pada Kahitna bahwa walaupun Carlo sudah tidak ada tapi dia tetap membawa semangat untuk kita semua, termasuk saya pribadi berjuang sampai sekarang hampir menjelang 38 tahun bersama, Kahitna tetap eksis di seluruh lapisan pecinta musik tanpa adanya gap,” Jelas Yovie.

Sementara itu ibu Indrawati Widjaja yang kerap di panggil dengan sebutan bu Acin menjelaskan kedekatannya dengan alm Carlo Saba semasa hidup,

“Carlo Saba adalah pribadi yang baik dan menyenangkan, orangnya unik dan saya sangat dekat dengan dia, oleh karena itu saya sangat mendukung di rilis nya lagu “Sejauh Dua Benua” sebagai bukti eksistensi Kahitna dan penghargaant terhadap keterlibatan alm Carlo Saba di kahitna”, tutur ibu Acin.

Kahitna berharap lagu “Sejauh Dua Benua” ini dapat menjembatani kepada target perilisan mini album / EP terbaru mereka yang akan segera dirilis sesudah single “Sejauh Dua Benua” ini,

“Semoga kami selalu memberikan jejak indah buat musik Indonesia, memberikan warna indah dan terbaik buat seni dan budaya negeri kita, amin,” ucap para personal Kahitna.

Sejauh Dua Benua dari Kahitna sudah bisa didengarkan di seluruh platform musik digital yaitu Spotify, Apple Music, Langit Musik, Youtube Music, Trebel dan TikTok Music. Untuk Music Video nya dapat disaksikan di YouTube Musica Studios . (FE)

Continue Reading

iMusic

D’CINNAMONS Rilis Single “Kartini” Kolaborasi dengan White Orchestra.

Published

on

iMusic.id – Tak ingin berlama-lama berdiam diri, D’Cinnamons kembali menelurkan karya lagu rekaman baru. Hanya berselang sekitar tiga bulan, sejak merilis lagu tunggal berjudul “Ma..” yang diperdengarkan di berbagai platform digital pada 20 Desember 2023 lalu.

Kali ini, trio pop akustik asal Bandung, Jawa Barat ini mengambil momentum peringatan Hari Kartini sebagai pijakan untuk melepas lagu barunya. Walau bertitel “Kartini”, tapi tentu saja D’Cinnamons tidak bercerita tentang sosok pahlawan wanita tersebut secara gamblang. Hanya berupa simbolisasi, dimana D’Cinnamons justru kembali mengekspresikan kekaguman mereka terhadap kehebatan perempuan bernama “ibu”.

Kurang lebih senada dengan “Ma…”, single mereka sebelumnya. Hanya, kali ini vokalis/gitaris Diana ‘Dodo’ Widoera, gitaris Ismail ‘Bona’ Bonaventura dan bassis Riana ‘Nana’ Mayasari melantunkan perjuangan sosok ibu yang lebih universal.

Tak pernah ada kata usai untuk menggambarkan kehebatan seorang ibu. Dan di lirik lagu “Kartini (Perempuan Hebat)” ini, Dodo dkk mengisahkan tentang pengharapan akan masa depan seorang anak yang diselimuti kasih ibunya. Tanpa perlu berada di samping anak tersebut, kasih ibu mengalir deras dalam setiap tarikan nafasnya, dalam setiap perasaan, dalam setiap langkahnya.

Tuturan “… sejak terbit mentari, sampai akhir hari nanti…” di awal liriknya adalah sebuah kiasan dari kini sampai meninggalnya nanti, kasih ibu akan selalu melindunginya.

“Walau seberat apa pun tantangan kehidupannya, kasih itu sendiri yang menolongnya untuk menjadi wanita yang kuat. Dan di sini, ia berharap anaknya pun akan menjadi wanita kuat, hebat, dan tangguh masa depan,” ujar Dodo mengulas makna lirik yang ia tulis.

“Lirik terakhir ‘… masa depanmu adalah milikmu, jadilah sesuatu yang kau tuju’ adalah pengingat untuk ibu itu sendiri, supaya dia tidak mencampuri urusan Tuhan akan tujuan hidup anaknya, sambil merawat dan membimbingnya dengan kasih sampai dengan dia dewasa seutuhnya nanti,” kata Dodo lagi. 

White Orchestra

Satu yang istimewa di rilisan kali ini, D’Cinnamons mencoba keluar dari pakem musik mereka selama ini. Format pop akustik dibuat lebih leluasa bereksplorasi, dimana isian instrumen drum serta keterlibatan White Orchestra menjadi elemen yang memperkaya komposisi serta aransemennya. Lebih ekspresif sekaligus dramatis.

Ide untuk melibatkan drum dan orkestra sendiri muncul ketika Dodo, Bona dan Nana melakukan jamming di proses awal penciptaan lagunya. Ternyata pada awalnya, cikal bakal lagu “Kartini (Perempuan Hebat)” terasa sangat ‘gelap’. Apalagi diaransemen secara gitaran, seperti yang biasanya dilakukan D’Cinnamons.

“Makanya waktu workshop, kami coba bongkar ulang lagunya, langsung kepikirannya ini kayaknya kudu full string biar nggak terlalu gelap. Tetap ada unsur manis feminin mewakili perempuan, tapi juga bisa bold dan kuat, yang gambarannya diwakili sama perkusi dan drum yang ‘epic’ dan ‘cinematic’,” urai Nana mengungkap gagasan di balik garapan aransemennya.

“Senang, karena lagu ini lumayan gelap. Jauh dari yang biasa D’Cinnamons rilis… yang akustik, ringan, manis, romantis,” cetus Dodo kembali menambahkan.

“Lagu ini berat, gelap, bukan lagu untuk didengar di pagi dan malam hari, karena banyak teriakan. Sesuatu yang ‘fresh’, apalagi dikuatkan dengan orkestra dan minim gitar akustik. Tantangannya adalah, keberanian untuk berteriak… hahaha. Karena ada rasa khawatir dan pikiranku terkadang masih terperangkap dalam ‘keinginan industri’. Saat rekaman, aku buat dua versi, yakni versi ‘ringan’, ‘vokal pop’ dan versi ‘gelap’, sesuai saat lagu ini dibuat. Dibantu Nana, Dodo memilih untuk mengembalikan rasa seperti saat lagu ini dibuat. Lagu ini dibuat untuk lagu ini. Bukan dibuat-buat untuk keinginan pasar.”

White Orchestra sendiri adalah entitas baru yang dibentuk oleh Asri Dewi Lestari Hardjakusumah (Achi), mantan pemain biola di grup pop SHE, asal Bandung. Ia mengaku sangat senang dan bersemangat bisa ikut dilibatkan di penggarapan lagu “Kartini (Perempuan Hebat)”, yang ia anggap keren, majestik, tapi simpel, cantik tapi juga gagah dan to the point.

“Ide isian orkestranya aku buat sesuai ide yang aku rasain berdasarkan karakter di atas tadi. Aku prefer isian notasi yang kuat dan bold, instead of yang panjang mendayu, supaya feel ‘hebat’-nya bisa kerasa dari situ, tanpa menghilangkan feel feminin dari perempuannya,” ujar Achi meyakinkan.

Tidak tanggung-tanggung, untuk memaksimalkan pesan yang tertuang di “Kartini (Perempuan Hebat)”, secara bersamaan D’Cinnamons juga meluncurkan video musik yang digarap berbeda dan serius, dengan penonjolan alur cerita yang dramatis. Tidak hanya sebatas video audio atau video lirik.

Untuk penggarapannya, D’Cinnamons kembali berkolaborasi dengan Aji Aditya, sutradara yang sebelumnya sudah pernah menangani video klip lagu “Berlayar Lagi”, single dari album “Home” (2021). Selain itu, juga menggandeng rumah produksi Sinema Gerilya untuk mengeksekusi produksinya.

Dari sisi konsep besarnya, Aji yang pertama kali mendengar “Kartini (Perempuan Hebat)” saat masih berbentuk demo, langsung terbayang vidualisasi perjuangan seorang ibu, agar anak perempuannya bisa sekolah dan bisa menjadi orang yang lebih baik dari dirinya. Sejak awal, ia menyadari video ini bakal menjadi klip D’Cinnamons yang sangat berbeda dibanding sebelumnya.

“Sebelumnya, penuh ‘gula-gula’ dan warna-warni, sesuai dengan lagu-lagu D’Cinnamons. Tapi di video musik yang ini, semuanya tak ada, karena yang dikejar pesan betapa getirnya perjuangan seorang ibu demi masa depan anaknya. Yang saya sajikan justru gambar-gambar yang ‘anti-beauty’, gambar-gambar yang tidak ‘cantik’ atau indah. Karena pesannya tentang kepahitan hidup, dan agar pesan tersebut tersampaikan. Video ini menjadi lebih terasa ‘dark’, untuk mendukung emosi yang ingin diberikan kepada penonton,” beber Aji merinci konsep videonya.

Pada 19 April 2024, “Kartini (Perempuan Hebat)” yang direkam di Kitharra Studio, dengan penataan suara dipercayakan kepada Eko Sulistyo, sudah bisa didengarkan di berbagai platform digital. Termasuk video musiknya, di kanal YouTube resmi @DCinnamonsband.

Tentang D’Cinnamons

Saat lagu-lagu pop berkarakter folk bangkit dan lumayan mendominasi peta industri musik rekaman Indonesia belakangan ini, tentunya nama D’Cinnamons tak bisa diabaikan. Karena sebenarnya, mereka telah memulainya sejak 2007 silam – atau sekitar tiga tahun setelah resmi terbentuk – lewat album debut berjudul “Good Morning” (2007). Album ini antara lain melejitkan lagu “Loving You” dan “Kuyakin Cinta”.

Nama D’Cinnamons lantas semakin melambung ketika mereka sukses mendaur ulang “Selamanya Cinta”, lagu lama yang pernah dipopularkan Yana Julio pada 1995 silam. Versi D’Cinnamons sendiri termuat di album “OST Cintapuccino” (2007). Berkat lagu itu, D’Cinnamons memenangkan penghargaan di ajang Indonesian Movie Awards 2008 untuk kategori “Soundtrack Terfavorit”.

Sejauh ini, D’Cinnamons juga telah merilis album “Atlantis” (2012) dan “Home” (2021). Juga ada beberapa single seperti “Galih & Ratna” (2009), “Damai Tapi Gersang” (2010), “My Lovely Friend” (2012), “Silence of Christmas” (2021), “Matahari dan Bulan” (2022), “Kunang-Kunang” (2023) dan “Ma…” (2023). (FE)

Continue Reading

iMusic

“Navicula” dan “Endah N Rhesa” Rilis Single “Segara Gunung” di New York.

Published

on

iMusic.id – Dalam rangka menyambut Hari Bumi, duo folk Endah n Rhesa bersama dengan band rock Navicula, berkolaborasi dan meluncurkan lagu baru berjudul  ‘Segara Gunung’. 

Dengan memasukkan elemen suara-suara alam khas Nusantara, seperti hutan hujan tropis dan samudra, lagu ini mewakili Indonesia di inisiatif musik global, ‘Sounds Right’. Musisi internasional yang terlibat di inisiatif global ini antara lain adalah Ellie Goulding, AURORA, David Bowie x Brian Eno, UMI x V dari BTS, MØ, London Grammar, dan masih banyak lagi.

Inisiatif musik global ‘Sounds Right’ menjadikan Alam sebagai musisi resmi dengan profil yang dibuat dan terverifikasi di Spotify dengan nama ‘NATURE’. Dengan mendengarkan lagu-lagu dari ‘NATURE’, para pecinta musik akan turut membantu menggalang dana untuk konservasi alam dan rehabilitasi ekosistem.

Inisiatif ini diluncurkan di New York, Amerika Serikat oleh The Museum for the United Nations – UN Live menjelang Hari Bumi yang bertujuan untuk mendorong percakapan global tentang pentingnya peran alam dan mendukung jutaan pecinta musik untuk ambil tindakan nyata dalam melindungi planet kita. Selain Indonesia, berbagai musisi dari berbagai negara juga terlibat di gerakan global ini, seperti Kolombia, Norwegia, Venezuela, Kenya, Denmark, Inggris, Amerika Serikat, dan India.

Sederet artis internasional yang tergabung dalam ‘Sounds Right’, termasuk Navicula dan Endah N Rhesa, merilis lagu baru dengan menampilkan suara Alam dan menyebutnya sebagai musisi kolaborator di lagu tersebut – ‘Feat. NATURE’. Selain lagu kolaborasi dengan musisi, para pendengar juga dapat menikmati suara Alam. Sebagian besar royalti dari lagu-lagu dan suara oleh ‘Feat. NATURE’ nantinya akan dialokasikan untuk inisiatif konservasi lingkungan..

“Inisiatif ‘Sounds Right’ sangat penting bagi Indonesia. Negara kita adalah negara kepulauan terbesar di dunia, dengan area hutan hujan terbesar ketiga di dunia, dan salah satu ekosistem yang paling beragam secara biologis di bumi. Namun, deforestasi, perubahan iklim, dan polusi merusak alam dan membawa kepunahan bagi banyak makhluk hidup,” ujar Gede Robi, vokalis dari Navicula.

Navicula dan Endah N Rhesa menampilkan suara hutan hujan tropis dan laut Indonesia di lagu ‘Segara Gunung’. Lagu ini sarat akan makna budaya dan lingkungan, terinspirasi dari sebuah mantra dan kidung klasik Bali yang dinyanyikan untuk pemujaan dan perayaan saat alam subur dan melimpah, lewat hubungan harmonis yang setara dan seimbang antara manusia,  alam,  dan Sang Pencipta. Bahwa alam bukan hanya latar belakang dari aktivitas manusia, tetapi entitas hidup yang perlu dihormati dan dilindungi.

“Segara Gunung adalah penjelajahan puisi dan musik tentang interaksi dinamis antara energi maskulin dan feminin yang diwakili oleh gunung dan laut. Lirik lagu ini adalah kisah cinta antara keduanya dan merupakan metafora penciptaan kehidupan dan pentingnya keseimbangan alam,” jelas Endah.

Tujuan dari inisiatif ‘Sounds Right’ adalah untuk mendorong percakapan global tentang bagaimana kita menilai alam dan mendorong pecinta musik untuk mengambil tindakan nyata dalam melestarikan alam dan mengadopsi berbagai perilaku berkelanjutan. Inisiatif ini ditargetkan akan menjadi sebuah gerakan yang lebih besar dan berdampak, menghasilkan lebih dari US$ 40 juta untuk konservasi alam dan melibatkan lebih dari 600 juta pendengar individu dalam empat tahun pertamanya.

Navicula dan Endah N Rhesa dapat berpartisipasi dalam inisiatif ini melalui gerakan global Music Declares Emergency (MDE) yang menyatukan musisi dan pecinta musik dalam merespon krisis iklim dengan slogan ‘No Music on a Dead Planet’. Indonesia adalah negara pertama di Asia yang tergabung dengan MDE global, di bawah naungan Indonesian Climate Communications Arts & Music Lab (IKLIM). IKLIM memproduksi musik, seni, dan konten lainnya untuk mendidik, menginspirasi, dan memobilisasi individu dan komunitas untuk mengambil tindakan iklim.

“Masalah lingkungan dan krisis iklim disebabkan oleh ketidakseimbangan antara apa yang kita ambil dari alam dan apa yang kita berikan kembali kepada alam. Music Declares Emergency Indonesia diluncurkan pada Hari Bumi tahun lalu (22 April 2023). Setahun kemudian, Hari Bumi tahun ini, kami bangga menjadi bagian dari ‘Sounds Right’ yang secara resmi mengakui alam sebagai seorang seniman yang memiliki haknya sendiri”, ujar Robi.

Navicula

Navicula, band rock yang didirikan di Bali tahun 1996, konsisten menyuarakan isu sosial dan lingkungan. Banyak lagu mereka menjadi theme song bagi gerakan aktivisme di Indonesia, seperti lagu ‘Busur Hujan’, ‘Mafia Hukum’ tentang korupsi dan ‘Lagu Sampah’ mengenai polusi plastik, yang juga menjadi lagu soundtrack di film Pulau Plastik (Visinema Pictures 2021, rilis di Bioskop XXI dan Netflix).

Musik Navicula dipengaruhi kuat oleh alternatif rock 90-an (Soundgarden, Pearl Jam, Nirvana), tapi yang membuat musik mereka menjadi sedemikian unik adalah pekatnya pengaruh budaya Bali saat ini sebagai melting-pot dunia (tempat bercampurnya berbagai budaya, termasuk budaya klasik Bali hingga budaya modern internasional), dan kesempatan untuk berkreasi di suatu kondisi yang sangat kontras ini.

Navicula telah rilis 11 album, dengan album terakhir tahun 2022 berjudul ‘Archipelago Rebels’. Single dari album tersebut, ‘Dinasti Matahari’, menerima penghargaan Video Klip Terbaik AMI tahun 2022. Navicula sedang mengerjakan album ke-12 yang rencana rilis tahun 2024. Navicula adalah:  Gede Robi (vocals, guitar), Dadang Pranoto (guitar), Krishna Adipurba (bass), Palel Atmoko (drums). (FE)

Continue Reading