Connect with us

iMusic

“Nadya Fatira” Ungkap Sisi Lain Dirinya di Mini Album The Other Side.

Published

on

iMusic – Kabar gembira kembali datang untuk para penggemar Nadya Fatira. Penyanyi bertalenta tinggi ini kembali mengeluarkan sebuah karya dalam bentuk mini album yang ia beri nama The Other Side.

Ini menjadi album ketiga dari Nadya Fatira setelah sebelumnya ia merilis album penuh My Story (2010) dan Pisces (2020). Mini album The Other Side kembali dirilis di bawah bendera label rekaman Universal Music Indonesia, sama dengan album Pisces.

Mini album The Other Side berisikan lima buah lagu, empat diantaranya merupakan lagu lama yang di-remake atau diaransemen ulang, ditambah satu buah lagu baru berjudul “Come Walk With Me”.

Ide pembuatan mini album ini berawal dari Nadya Fatira yang ingin nge-remake empat lagu yang sempat dirilis dalam rentang waktu 2012-2013, dimana keempat lagu itu awalnya dibuat untuk kepentingan soundtrack film.

Lekas Pulang” dan “Bintang Yang Meredup” adalah OST dari film Radio Galau FM (2012), lalu “Kata Hati” dan “Bila” itu adalah OST dari film Kata Hati (2013).

“Karena empat lagu itu sudah bercerita tentang cinta, gue tulis satu lagu baru untuk menggenapi proyek mini album ini. Terciptalah “Come Walk With Me” untuk melengkapinya,” ungkap Nadya Fatira menceritakan materi mini album The Other Side.

Pemilihan nama The Other Side sebagai judul mini album bukan tanpa alasan, Nadya mengatakan hal itu dikarenakan dari album sebelumnya, Pisces, dimana ia sangat minim sekali berbicara tentang cinta, untuk itu di mini album kali ini semua lagu ia pilih dengan mengambil tema cinta.

“Selain lagu-lagu bertemakan cinta, gue juga berusaha untuk lebih menonjolkan sisi feminin gue di album ini, juga dari segi visualnya. Karena itu gue pilih nama album ini The Other Side. Karena ini merupakan sisi lain dari Nadya Fatira, sisi yang sebenarnya ada dari dulu, cuma jarang diperlihatkan,” tegasnya.

Enggak hanya itu, melalui mini album ini, Nadya Fatira juga ingin memberikan pesan yang positif terhadap konflik suatu hubungan yang terjadi dan atau dihadapi oleh banyak orang, dengan berharap semuanya akan menjadi lebih baik.

“Setahun lebih ini, gue melihat banyak sekali konflik  dalam hubungan di circle pertemanan gue, entah itu di pacaran, pernikahan, tunangan, atau lainnya. Gue berharap mini album ini bisa meng-capture sebagian dari isi hati mereka. Semoga bisa membuat hati ini lebih baik dari hari kemarin atau setelah mendengarkan mini album ini jadi terbantu tersalurkan emosi-emosi yang terpendam, mungkin,” harap Nadya.

Untuk kalian ketahui “Come Walk With Me” menjadi lagu jagoan di mini album The Other Side dengan alasan sederhana, karena lagu ini menjadi materi baru yang ia bikin di mini album ini, yang tentunya menjadi pembuka jalan buat empat lagu remake lainnya.

“Dan karena gue sangat yakin juga dengan lagu “Come Walk With Me” ini, dari segi lirik dan musik lebih fresh karena tercipta dari hasil pemikiran Nadya saat ini,” jelasnya tentang single lagu “Come Walk With Me”.

Lagunya sendiri menceritakan tentang suatu hubungan yang sangat memungkinkan adanya perbedaan. Namun perbedaan itu yang akhirnya saling menguatkan hingga terjadi hubungan yang baik.

“Karena kan ada dua kepala, dua hati, dua raga, enggak mungkin selalu selaras dan harmonis, jadi di lagu ini mereka saling menyadari adanya perbedaan itu, dan berusaha untuk menyatu,” tegas Nadya Fatira menjelaskan isi pesan dari lagu “Come Walk With Me”.

Dari departemen suara, untuk aransemennya, baik untuk single “Come Walk With Me” atau di materi mini album secara keseluruhan, Nadya kali ini meminimalisir dominasi gitar akustik yang biasanya sudah sangat melekat dengan karya-karya terdahulunya.

Nadya Fatira melakukan eksplorasi suara dengan banyak memainkan sound beat yang lebih modern. Nuansa suara gitar Stratocaster dengan penambahan bunyi synthesizer membuat aransemennya lebih kaya suara. Nadya melakukan penetrasi yang luas untuk menghasilkan karya yang lebih fresh dari dirinya di mini album ini.

Namun bukan berarti atmoster akustik hilang begitu saja, ia tetap memberikan unsur akustik di beberapa part, tanpa harus merusak esensi sound modern di lagunya. Contohnya di lagu “Come Walk With Me” dimana ia menggabungkan unsur akustik dan modern electronic dengan menempatkan suara dari instrument guitalele sebagai lead-nya. Hasilnya sangat brilian!

“Di album ini gue agak one man show, enggak terlalu melibatkan banyak orang. Seperti di lagu “Come Walk With Me”, itu serratus persen semua instrument gue yang mainin. Jadi lagu itu total hasil isi kepala gue,” jelas Nadya.

Jadi, tunggu apalagi, buruan dengarkan lagu “Come Walk With Me” dan semua lagu lainnya yang ada di mini album The Other Side di semua platform layanan musik digital. (FE)

iMovies

Lama menghilang dari dunia nyanyi, Marshanda tampil maksimal di OST “La Tahzan : Cinta, Dosa, Luka…”

Published

on

iMusic.id – MD Pictures merilis Ost dari film “La Tahzan : Cinta, Dosa, Luka…” Jumat (4/7/2025), perilisan OST yang dibarengi dengan peluncuran official poster film tersebut di gelar di MD Place, Jaksel yang juga merupakan headquarter dari MD Pictures. Acara ini di hadiri oleh Manoj Punjabi selaku Eksekutif Produser dan para cast film tersebut dari Marshanda, Ariel Tatum, Patricia Gouw, Reza Nangin, Elmandsipasi, hingga Asri Welas plus Andi Riyanto sebagai composer dan song writer.

Ost dari film “La Tahzan : Cinta, Dosa, Luka…” ini adalah sebuah lagu sedih berjudul “Segalanya” yang diciptakan Andi Rianto bersama Ria Leimena dan dinyanyikan oleh Marshanda. Musik dan lirik yang Andi dan Ria hasilkan berhasil menangkap esensi emosional dari film “La Tahzan : Cinta, Dosa, Luka…” itu sendiri.

“Walaupun Marshanda ini tidak aktif bernyanyi seperti sebelumnya, namun saya tahu bahwa Marshanda pasti akan all out di lagu ini dan saya yakin hasilnya pasti bagus”, terang Andi Riyanto ketika teman – teman media bertanya tentang proses rekaman suara Marshanda di lagu ini.

Sementara Marshanda sendiri mengaku bahagia bisa menjadi pengisi suara di lagu “Segalanya” ini, walaupun dia sudah lama tidak pernah melakukan lagi proses rekaman namun semangatnya tetap terjaga.

“Lagu ini catchy tapi sedih banget. It captured the whole feeling-nya Alina dan cerita filmnya. Aku ngerasa blessed banget bisa nyanyi lagu ini, apalagi setelah lama nggak rekaman,” ungkap Marshanda.

Lagu “Segalanya” ini menggambarkan perasaan mendalam sang tokoh utama, Alina (Marshanda), tentang cinta, pengkhianatan, dan kehancuran. Dengan melodi yang catchy tetapi penuh emosi, lagu ini menjadi cerminan perjalanan batin Alina dalam menghadapi pengorbanan dan kekecewaan.

“Lirik favorit aku adalah, “Hancurnya mimpi hidup, cinta, dan segalanya.” Bait tersebut merangkum kepedihan yang dialami tokoh utama dalam lagu ini”, tambah Marshanda.

Andi Riyanto sendiri mengaku terinspirasi dari saat dia menyaksikan adegan – adegan krusial di film “La Tahzan : Cinta, Dosa, Luka” tersebut,

“Lagu ini adalah segalanya, cinta, pengorbanan, dusta, ketidaktulusan, kesetiaan, dan pengingkaran, Semuanya ada di lagu ini,” ujar Andi Riyanto.

Lagu “Segalanya” memang berisikan curahan hati seorang istri yang menghadapi pengkhianatan oleh kekasih hatinya.

“Saya tuh paling susah untuk appreciate lagu, Lagu yang laku di platform dan enak didengar, belum tentu sesuai dengan layar lebar. Itu ada formulanya, dan pertama kali kerja sama untuk proyek besar ini, saya terima kasih Mas Andi Rianto sudah dapat formulany,” ungkap produser Manoj Punjabi.

“Lagu ini bukan hanya komunikatif, tapi juga bisa jadi soundtrack. Lagunya simple, menyentuh, dan dapat dramanya.” Tambah Manoj Punjabi lagi.

Sementara itu, Final poster “La Tahzan : Cinta, Dosa, Luka” menunjukkan kesinambungan dengan poster yang dirilis pada Februari silam. Pada poster pertama sebelumnya, hanya tampak pemandangan di bawah meja yang menampilkan adegan seorang wanita menggoda seorang pria dengan sebelah kakinya. Dalam poster final ini, adegan yang masih kabur dengan sosok-sosok yang masih misterius tadi diperlihatkan secara gamblang.

Sedangkan di final posternya diperlihatkan adegan penuh di meja makan dari poster pertama. Di tengah meja, duduk Alina (Marshanda) yang berjilbab dan mengenakan pakaian serba biru. Sedangkan putrinya, Rere (Rachel Mikhayla), tampak bergelayut di pundaknya. Mata kedua perempuan itu mengarah ke sosok pria yang duduk di sebelah kiri meja, Reza (Deva Mahenra). Namun, alih-alih membalas tatapan penuh harap dan raut wajah bahagia anak-istrinya, Reza justru menatap lekat wanita berjilbab lain yang duduk di seberangnya yaitu Asih (Ariel Tatum).

Wanita itu pun berbalas pandang dengan Reza diiringi senyuman licik sambil mengangkat segelas jus berwarna merah di tangan kanannya, dan menggendong bayi di tangan kirinya. Sementara itu, di bawah meja, sebelah kaki Asih terlihat mengelus kaki Reza yang agak maju ke depan menyambut kaki Asih.

“La Tahzan : Cinta, Dosa, Luka…” diadaptasi dari kisah viral oleh Elizasifaa. Ini merupakan cerita kedua Eliza yang difilmkan oleh MD Pictures setelah” Ipar adalah Maut”. Seperti pendahulunya, “La Tahzan : Cinta, Dosa, Luka…” yang disutradarai Hanung Bramantyo ini menyoroti kehadiran orang ketiga dalam sebuah keluarga harmonis yang relijius. “La Tahzan : Cinta, Dosa, Luka…” akan mulai tayang di seluruh bioskop tanggal 14 Agustus 2025, sementara itu Lagu “Segalanya” akan tersedia di seluruh platform digital (DSP) serta YouTube mulai 8 Juli 2025.

Continue Reading

iMusic

Unit Emo, Tears Don’t Lie kolaborasi dengan Savira Razak di single “Hancur”

Published

on

iMusic.id – Band modern rock alternative bernuansa emo asal Kota Batik, Tears Don’t Lie, kembali menghadirkan karya emosional yang menyentuh hati. Kali ini, mereka merilis single ketiga bersama dengan musik video berjudul “Hancur” yang secara resmi dirilis pada 30 Juni 2025.

Dalam lagu ini, Tears Don’t Lie menggandeng Savira Razak, mantan vokalis Killing Me Inside, untuk ikut duet mengisi bagian vokal. Kehadiran Savira memberikan warna baru yang kuat, emosional, dan penuh luka, sangat cocok dengan nuansa gelap lagu ini.

“Hancur” bercerita tentang seseorang yang kehilangan cinta sejatinya, bukan karena perpisahan biasa, melainkan karena sang kekasih telah pergi untuk selamanya. Lagu ini membingkai kesedihan mendalam saat seseorang mencoba menerima kenyataan pahit bahwa orang yang dicintai tak akan pernah kembali. Dengan aransemen yang dramatis dan lirik yang menggugah, Tears Don’t Lie berhasil menyampaikan rasa duka dengan cara yang indah namun tetap emosional.

Formasi band Tears Don’t Lie saat ini terdiri dari: Oji (Vocals), Didi (Gitar), Ekky (Gitar + Vokal), Tegar (Bass), Tommy (Gitar), dan Yunan (Drum).

Tak hanya menghadirkan kolaborasi vokal, dalam produksi lagu ini Tears Don’t Lie juga bekerja sama dengan Ian Natha dari PolarityAudio sebagai Co-Producer, yang berhasil menambahkan elemen modern dan kedalaman emosional ke dalam komposisi lagu, menjadikannya salah satu karya paling matang dalam diskografi band ini sejauh ini.

Dengan paduan rock alternatif, sentuhan emo, serta produksi modern, “Hancur” diharapkan bisa menjadi soundtrack bagi mereka yang pernah kehilangan dan masih mencoba untuk bangkit.

“Hancur” is here, a new anthem born from pain, wrapped in distortion and honesty. Only from Tears Don’t Lie. Single dan Music Video “Hancur” sudah tersedia di berbagai platform streaming musik digital, seperti Spotify, Apple Music, dan YouTube Music, mulai tanggal 30 Juni 2025.

Continue Reading

iMusic

Permintaan Maaf “Assia Keva” Lewat Single “Can We Be Friends Again ?”.

Published

on

iMusic.id – Semakin dewasa, semakin banyak belajar bahwa apa yang dilakukan selama ini tidak selalu berhasil, proses ini pasti dilewati banyak orang. Assia Keva merilis sebuah lagu dari pengalaman pribadi tentang hubungan dengan sang ayah.

Lagu ini bikin kita merefleksikan diri dan memulai membuka lembaran baru bagi siapa pun yang pernah mengalami retaknya hubungan karena miskomunikasi, atau mungkin karena ego tak terkendali.

Lagu berjudul “Can We Be Friends Again ?”, ditulis dan diproduseri oleh Pamungkas, Musisi dan Pelantun To The Bone, Kenangan Manis, Monolog.

Ditulis sebagai surat permintaan maaf yang jujur ditujukan untuk ayah, “Can We Be Friends Again?” berbicara tentang keinginan memperbaiki sebuah hubungan  entah itu hubungan cinta, pertemanan, atau keluarga yang sempat hancur karena ketidaksiapan emosional di masa lalu.

“Kadang kita butuh waktu lebih lama untuk mengerti, butuh versi baru dari diri sendiri untuk bisa menghargai apa yang dulu kita abaikan,” ungkap Assia.

Lewat lirik yang reflektif seperti sedang melakukan percakapan, Assia Keva menghadirkan kehangatan yang membalut luka. Lagu ini menjadi semacam pelukan emosional bagi siapa pun yang pernah kehilangan seseorang karena pilihan yang disesali namun diam-diam masih menyimpan harapan untuk memberi ruang kedua.

“Lagu ini bukan tentang kembali ke masa lalu,” lanjutnya, “tapi tentang belajar menjadi versi diri yang lebih baik dan mungkin, membuka kesempatan kedua.”

Dengan “Can We Be Friends Again ?”, Assia Keva sekali lagi menunjukkan kemampuannya merangkum emosi kompleks dalam karya yang sederhana, jujur. (FE)

Continue Reading