Connect with us

iMusic

Perilisan “Kali” dan “Samsara” dari “Jangar” jadi energi baru musik rock Indonesia.

Published

on

iMusic – Kuartet stoner rock asal Bali yang menamakan diri mereka Jangar merilis lagu kombo. Mereka adalah Dewa Adi Sanjaya (gitar), Pasek Darmawaysya (drum), Rai Biomantara (bass), dan Gusten Keniten (vokal). Dua lagu yang masing-masing berjudul Kali dan Samsara ini membicarakan persoalan sebab dan akibat dalam siklus kehidupan.

“Kali dan Samsara adalah catatan, tentang keberadaan kita manusia dalam sebuah budaya dalam ruang semesta. Kita berada di era kaliyuga, sebuah akhir zaman, dimana dosa bukan lagi hal tabu dan untuk berbuat baik kita masih berpikir. Hal ini menjadi jebakan, jebakan waktu, dimana karma phala akan membuat kita terlahir lagi dan lagi untuk menebusnya. Perputarannya seperti hari ini dan esok hari, kesalahan kita hari ini akan kita bayar di esok hari,” jelas sang vokalis, Gusten.

Hentakan drum dan dorongan distorsi gitar begitu kuat dan saling menjalin di kedua lagu ini. Irama dan ritmis yang dihadirkan begitu padat dan menghujam langsung ke titik amarah saat suara lirik-lirik cerdas dan tajam diteriakkan oleh sang vokalis.

Apalagi di salah satu lagu, memiliki nuansa progesif yang kuat dan membuat lagu ini terasa semakin kaya. “Kami ingin menyajikan karya yang punya energi seperti ini. Lirik-lirik yang lugas dengan musik yang terdengar raw dan apa adanya. Mengingat dari awal terbentuk sampai saat ini kami bermusik atas dasar pertemanan dan bersenang-senang, kami terus memainkan apa yang kami suka. Alhasil output yang keluar pun organik tanpa paksaan,” ungkap Dewa.

Mendengar kedua lagu ini praktis kita akan merasakan getaran energi di atas panggung dan interaksi bersama penonton. Hampir 2 tahun terasa hampa dan langsung disiram dengan Kali dan Samsara. Situasi ingin menjadi terasa liar seketika. Sebelumnya, di bulan Agustus 2021 mereka pun sempat merilis tunggalan bertajuk Rijang.

Dalam karya ini, Jangar juga melibatkan Anda Perdana sebagai pengarah vokal dan Bonita sebagai penyanyi tamu di lagu Samsara. Pemilihan ini didasari atas rasa hormat mereka kepada Anda dan Bonita untuk dedikasinya di dunia musik. “Selain itu Bonita juga punya karakter yang sangat kuat, dengan begitu makna musik dari Samsara lebih terasa besar energinya,” lanjut Gusten.

Selain lagu, unit artwork yang melengkapi Kali dan Samsara juga patut diapresiasi. Ia adalah Agustinus Timbool, seniman Bali yang membuatnya dari material daun praksok yang direndam dalam air mengalir selama 30 hari sehingga menjadi serat yang siap diolah untuk membuat kertas. Daun praksok atau yang biasa orang kenal dengan daun pandan Bali ini biasanya dipakai untuk material rambut barong. Lantas kemudian Agustinus melukiskannya dengan tinta warna dari tumbuhan dan juga cat akrilik dengan menginterpretasikan makna dari Kali dan Samsara.

Kali dan Samsara sudah bisa didengarkan di digital streaming platform kesayangan mulai hari ini. Kedua lagu ini adalah rilisan lepas yang tidak akan masuk ke dalam album mereka. Jadi, sangat sayang untuk dilewati!

Untuk menikmatinya secara langsung, kalian bisa datang ke dalam pesta perilisan yang dikemas dengan acara perkemahan di Bali dengan tajuk acara PERSAMI. Selain Jangar akan tampil juga sederet musisi lain dari Berita Angkasa seperti Morad, Anda Perdana, dan Madness on tha Block. Informasi acara ini dapat diakses di Instagram @jangar_official.

Kini tinggal mengharapkan eksplorasi Jangar bisa semakin jauh untuk memperkaya gagasan musik rock yang mereka usung. Konsistensi mereka untuk terus menyirami dengan energi yang penuh menjadi ujung tombak merawat musik rock agar tak dipadamkan kembali oleh industri.

Jangar adalah unit heavy rock dari Denpasar, Bali. Mereka dibentuk pada tahun 2015 oleh Gusten Keniten (vokal) Raibio (bass), Pasek Darmawaysya (drum), dan Dewa Adi (gitar).

Mereka dikategorikan sebagai unit heavy rock. Band seperti Clutch, The Sword, Deep Purple, Red Fang, dan Kyuss menjadi pengaruh mereka hingga diklasifikasikan sebagai stoner rock.

Pada tahun 2015, band ini merilis three-way split cassette dengan unit grindcore Bandung, Terapi Urine, dan band heavy punk Jakarta, Piston.

EP pertama Jangar dirilis secara independen pada tahun 206, diikuti oleh penerbitan ulang EP pada tahun 2017 di bawah Trill/Cult Records.

Pada tahun 2018, Jangar menandatangani kontrak dengan Berita Angkasa (label rekaman yang berbasis di Jakarta yang juga merilis album untuk band-band seperti Kelompok Penerbang Roket dan Rafi Muhammad) untuk album debut mereka.

Pada 1 Oktober 2019, Jangar resmi merilis album debutnya Jelang Malam. Album heavy metal/stoner rock ini terdiri dari 10 lagu anthemic dan berkolaborasi dengan artis lokal seperti Rian Pelor (Detention/ex – Auman) di Negeri Nego dan Doddy Hamson dari Komunal di Haerath I. Sampul album ini dilukis oleh Morrg, seorang ilustrator yang juga pentolan Rajasinga. (FE)

iMusic

Thito Tangguh semakin tangguh di EP “Tetap Tangguh”

Published

on

iMusic.id – Setelah dua single nya yaitu “Mungkin Satu Kebetulan” dan “Hingga Akhir Nafasku” mendapat sambutan hangat dari para penggemarnya, Thito Tangguh akhirnya merilis mini album / EP bertajuk “Tetap Tangguh”.

Masih di bawah payung AFE Records selaku label yang menaungi, Thito Tangguh yang mempunyai nama lengkap Tito Hitler Tetap Tangguh Hutasoit ini merepresentasikan perjalanan musikal dan sisi emosionalnya melalui mini album ini.

Di mini album “Tetap Tangguh” ini, Thito Tangguh mempersembahkan 5 lagu pilihan yaitu “Mungkin Satu Kebetulan, Hingga Akhir Nafasku, Cinta Sampai Abadi, Tetap Salah” dan “Tiba Waktuku” yang apabila kita simak keseluruhan lagunya memperlihatkan kedewasaan bermusik Thito sekaligus menyampaikan pesan bahwa dalam setiap perjalanan hidup, selalu ada kekuatan untuk bertahan, meski penuh rintangan.

Setiap lagu di album Thito Tangguh ini dikemas dengan warna musik pop yang emosional dan lirik yang mudah dimengerti serta menyentuh hati pendengar. Beberapa song writer terlibat menyumbangkan lagunya untuk dinyanyikan oleh Thito, mereka Adalah Ferdy Tahier dan Mario Kacang, sementara itu Aditia Sahid a.k.a Acoy dan Johnwill Dama ikut membantu mengaransemen lagu – lagunya.

Mini album “Tetap Tangguh” resmi dirilis pada 12 September 2025 dan tersedia di seluruh platform musik digital. Dengan kualitas vokal yang khas dan penulisan lirik yang jujur, Thito yakin mampu menjangkau hati pendengar lebih luas. Salam Musik Indonesia!

Continue Reading

iMusic

Vikri And The Magic Friend ajak merenung di album “Renung”

Published

on

iMusic.id – Seniman serba bisa asal Bogor Vikri Rahmat baru saja meluncurkan album musik solo keduanya bersama Vikri and My Magic Friend bertajuk “Renung“. Menawarkan sebelas lagu, proyek album tersebut dikerjakan selama Vikri dan tim mengasingkan diri di tengah hutan konservasi kawasan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Dalam album terbarunya yang bertajuk “Renung” ini, Vikri Rahmat Bersama Vikri And My Magic Friend mengajak pendengarnya untuk sejenak merenungkan tentang sebuah perjalanan hidup dari setiap Individu.

Sebelas lagu antara lain “Intro, Malaikat Kecil, Tak Sama, Bukan Benda Mati, Bumi Menua, Pengen Ini Itu, Tanah dan Janji, Bu…, 411, Nasihat Bapak” dan “Jagain Ibu” disajikan Vikri And My Magic Friend untuk menemani hari-hari pendengarnya.

Perjalanan karier yang bisa dibilang cukup Panjang di industri seni Indonesia sebuah pencapaian luar biasa bagi seorang musisi. Sebelumnya Vikri Rahmat Bersama dengan Vikri And My Magic Friend menciptakan lagu-lagu berkualitas yang menghiasi industri musik Indonesia hingga menemani telinga para pendengar setianya. Namun, pencapaian tersebut bukan berarti dapat membuat Vikri Rahmat berhenti.

Sempat tak terdengar kabarnya, ternyata Vikri Rahmat mempersiapkan karya-karya terbaru dalam bentuk album terbaru. Album “Renung” ini mencoba mengangkat perjalanan perenungannya sejauh ini. Lika-liku perjalanannya menjadi salah satu musisi eksis Indonesia akan dapat kita nikmati melalui album ini.

“Renung itu adalah sebuah perjalanan panjang. Perjalanan tersebut yang mencerminkan sebuah ‘proses’ menjadi individu yang lebih baik dari sebelumnya. Segala macam proses tersebut ada pada tiap trek di dalam album “Renung”, jelas musisi kelahiran 13 Januari ini.

Album ini sendiri terasa sangat personal bagi dirinya. Banyak sekali kisah-kisah yang menginspirasi terbentuknya album “Renung” ini. Bahagia hingga perasaan gelisah, semua terangkum di album ini. Dalam pembuatan album ini, Vikri Rahmat dibantu oleh beberapa rekannya. Mulai dari Ahmad Saharie dan Aditia Sahid alias Acoy yang sudah menjadi salah satu bagian dari tim produksi Vikri And My Magic Friend.

Vikri mengaku bahwa album ini diproduksi dalam waktu yang tidak lama. Walaupun begitu, ia mengaku bahwa album ini butuh dorongan kuat untuk segera dirilis.

“Proses produksi bisa dibilang tidak begitu lama. Menentukan untuk merilisnya itu yang bisa dibilang memakan waktu yang lumayan panjang, sekitar 2 tahun. Karena album ini kan menceritakan tentang sebuah proses perenungan setiap orang untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Nah, yang menjadi pertentangan adalah: ‘apakah setelah proses tersebut kita semua siap untuk memjadi Pribadi yang baru?”, cerita sang musisi.

Album “Renung” menampilkan 11 karya, dua diantaranya sudah ia rilis terlebih dahulu sejak 2023 silam dengan judul “Nasihat Bapak” dan “Pengen Ini Itu”. Sedangkan untuk trek fokus di dalam album ini adalah “411”. Melalui lagu-lagu ini, pendengar akan diberikan pengalaman spiritual yang bisa di bilang cukup dalam dan pesan bahwa serahin semua masalah kita kepada Allah, karena hanya Cuma Dia yang bisa kita harapkan.

“411 itu kalo kita liat secara detail ya, seperti tulisan Arab Allah” jelas Vikri Rahmat.

Continue Reading

iMusic

Farell Kasela rilis single berbeda genre dari Ayahnya Ian Kasela

Published

on

iMusic.id – Industri musik Indonesia kedatangan wajah baru dari generasi muda, yaitu Farell Noviandhika putra kedua vokalis legendaris Radja, Ian Kasela. Farell yang biasa dipanggil dengan Farell Kasela resmi merilis single debut berjudul “Tetaplah Kau Jadi Milikku” pada tanggal 25 July 2025 lalu. Lagu ini diciptakan oleh Moldy dan diproduseri langsung oleh Ian Kasela dibawah bendera label Kasela Musik.

“Lagu ini bercerita tentang perasaan cinta yang tulus, tentang keinginan sederhana untuk tetap bisa bersama seseorang yang spesial. Dari awal dengar notasi lagunya, saya langsung merasa dekat dengan makna yang terkandung. Saya pikir, ini bukan cuma soal cinta romantis, tapi juga tentang bagaimana kita menghargai orang-orang yang berarti dalam hidup”, Jelas Farell Kasela.

“Musiknya sendiri saya coba hadirkan dengan nuansa yang lebih fresh, ringan, dan relevan buat anak-anak Gen Z yang mencari lagu pop bermakna, tapi tetap easy listening,” tambah Farell Kasela panjang lebar tentang musiknya dan alasan memilih “Tetaplah Kau Jadi Milikku” sebagai karya perdana.

Lebih lanjut, Farell Kasela menegaskan bahwa single ini memang menjadi tonggak awal kariernya. “Ini single pertama saya, dan sengaja saya pilih untuk rilis tepat di ulang tahun saya yang ke-17, karena saya ingin menjadikannya momen spesial. Rasanya kayak hadiah untuk diri sendiri, tapi juga bentuk persembahan untuk pendengar”.

“Sekarang lagunya sudah tersedia di semua platform digital Spotify, TikTok, Apple Music, YouTube Music, Deezer jadi siapa pun bisa menikmati. Saya excited banget menunggu reaksi dari teman-teman dan penikmat musik Indonesia,” katanya antusias.

Tak hanya sibuk didunia musik, Farell juga baru saja mengawali langkah akademisnya di Universitas Indonesia (UI).

“Saya bersyukur banget bisa masuk UI lewat jalur undangan. Bagi saya pendidikan tetap penting, meski passion saya di musik. Jadi sekarang saya sedang berusaha menyeimbangkan dunia akademis dan musik. Memang nggak mudah, tapi saya percaya keduanya bisa berjalan beriringan kalau kita punya komitmen,” ujarnya.

Menariknya, Farell mengaku sudah jatuh cinta pada musik sejak kecil, meski baru kini berani melangkah ke industri profesional.

“Saya sejak kecil sudah sering melihat bagaimana ayah saya berkarya, rekaman, manggung, berinteraksi dengan penggemar. Itu secara tidak langsung menular. Musik bagi saya bukan cuma hiburan, tapi cara untuk mengekspresikan diri. Setiap nada, setiap lirik, punya jiwa yang ingin saya sampaikan. Jadi meski baru debut sekarang, perjalanan ini sebenarnya sudah panjang sejak saya belajar gitar, vokal, sampai akhirnya rekaman,” tutur remaja yang kini berusia 18 tahun itu.

Farell juga menjelaskan alasan mengapa dirinya memilih genre pop RnB dalam karya perdananya, berbeda dengan jejak ayahnya yang identik dengan rock.

“Kalau dulu mungkin orang lebih kenal Farell Kasela dengan warna musik rock, tapi saat ini saya ingin hadir dengan sesuatu yang lebih ringan, lebih dekat dengan telinga generasi saya. “Tetaplah Kau Jadi Milikku” adalah pop yang lembut tapi tetap punya spirit. Saya ingin musik saya bisa jadi soundtrack untuk banyak anak muda yang lagi jatuh cinta atau bahkan berjuang mempertahankan cinta,” jelasnya penuh percaya diri.

Meski lahir dari keluarga musisi, Farell menegaskan bahwa ia ingin dikenal karena karyanya sendiri, bukan semata-mata karena nama besar ayahnya.

“Saya sadar banget orang mungkin akan bilang, ‘Oh, ini anaknya Ian Kasela’. Tapi saya ingin membuktikan bahwa saya bisa berdiri dengan karya saya. Saya berusaha totalitas dari sisi vokal, interpretasi, sampai promosi. Ayah saya sebagai produser lebih banyak jadi mentor, bukan pengarah yang mendikte. Justru beliau membebaskan saya untuk menemukan suara saya sendiri,” ucap Farell.

Dengan semangat baru, Farell berharap single debutnya bisa menjadi pintu pembuka untuk karier panjang di industri musik Indonesia.

“Harapan saya sederhana, semoga lagu ini bisa menemani banyak orang di momen-momen penting hidup mereka. Kalau orang bisa merasa terhubung dengan liriknya, itu sudah jadi pencapaian besar buat saya. Ini baru awal, dan saya berjanji akan terus belajar, terus berkarya, dan semoga suatu saat bisa memberi warna baru di musik Indonesia,” pungkasnya. Dan untuk MV dari lagu “Tetaplah Kau Jadi Milikku” ini akan segera tayang di channel youtube Farell Kasela.

Tambahan informasi buat teman-teman bahwa Farell juga sudah beberapa kali hadir diatas panggung besar dijakarta seperti acara musik synchronize fest hingga ke negara tetangga Malaysia sebagai featuring bersama band Radja.

Continue Reading