Connect with us

iLive

Review The Nun: Taring Valak Kurang Tajam Untuk Menggigit Seri The Conjuring Yang Sangat Hype Ini

Published

on

iMovie – Semenjak tampil perdana di The Conjuring 2 (2016), tak dipungkiri kalau si suster iblis Valak (Bonnie Aarons), sukses mencuri perhatian kita melalui tampilan wajah serta karakteristiknya yang super creepy. Belum lagi dengan background dirinya yang misterius.

Tak ayal, ketika di tahun yang sama diumumkan bahwa James Wan cs akan mengembangkan proyek prekuel sekaligus spin-off dirinya yang diberi judul The Nun, banyak dari kita yang merasa super excited untuk segera menyaksikan filmnya.

Rasa hype yang sudah terbangun semakin menjadi dengan perilisan trailer terakhirnya yang saking menyeramkannya, di-banned dari situs unggah video YouTube. Nah, melihat seluruh hype yang gila-gilaan ini, lalu apakah The Nun sukses menyampaikan hype ini sesuai harapan?

Hmm bagaimana kami mengatakannya? Film arahan Corin Hardy (The Hallow) ini tidaklah buruk sama sekali Oh tidak. Tapi di saat yang sama, agak disayangkan bahwa kengerian yang ditampilkan di seluruh trailer-nya (termasuk yang di banned trailer itu), tidak terlalu teriplementasikan dengan baik

Dengan kata lain, kurang greget seramnya. Entahlah mungkin ini hanyalah selera kami saja yang sudah terbiasa ditakut-takuti / dikaget-kageti dengan boneka Annabelle atau hal-hal yang memang membuat kami sampai teriak hingga didengar satu bioskop.

Jujur. Kami juga heran. Padahal kurang seram apalagi tampilan make-up Aarons sebagai Valak? Entahlah. Bisa jadi Hardy memang ingin memberikan sajian horor yang bisa diakses oleh mereka-mereka yang masih belia atau memang diperintahkan oleh pihak studio untuk sedikit tone down seluruh tingkat keseramannya.

Bahkan di salah satu scene spesifik menyeramkan (yang juga ditampilkan di trailer), percaya atau tidak, kami justru tertawa terbahak-bahak. Padahal audiens di sebelah kiri kanan kami, sudah ketakutan tutup mata sendiri.

Selain level kengerian yang dikurangi, pendalaman karakter di dalam film ini juga terasa lumayan kurang. Memang di awal film, latar belakang Sister Irene (Taisa Farmiga) dan Father Burke (Demian Bichir) dikisahkan. Tapi ya hanya seklumit saja.

Sehingga, walau Farmiga & Bichir telah tampil sebaik mungkin, tetap saja kami tidak peduli (care) dengan karakternya. Satu karakter yang kami agak pedulikan. Warga lokal Rumania yang tinggal dekat rumah peribadatan Carla Monastery, Frenchie (Jonas Bloquet).

Penulisan terhadap karakternya bisa dikatakan keren banget. Dia karismatik, pemberani, realistis dan memiliki surprise factor yang nantinya akan berdampak penting bagi keseluruhan kisah di universe sinematik horor ini.

Selain dirinya dan Aarons, faktor lain yang menutupi kekurangan-kekurangan yang telah disebutkan sebelumnya adalah kemumpunian Hardy & sinematografer Maxime Alexandre (The Voices) yang sukses menampilkan atmosfir creepy yang berada di sekitar di rumah peribadatan tersebut. Saking creepy-nya, kamipun juga serasa ingin cepat-cepat kabur dari rumah peribadatan terkutuk tersebut secepat mungkin.

Lalu bagaimana dengan penghubungan film ini ke film-film The Conjuring sebelumnya? Well, sama hal-nya seperti penghubungan yang ditampilkan Annabelle: Creation (2017) dengan Annabelle (2014), penghubungannya keren dan smooth banget.

Dan tanpa bermaksud spoiler, film ini tersambung ke film The Conjuring (2013). Yap film yang memulai semuanya. Jadi, bagi kalian yang mungkin hingga detik ini belum menyaksikan karena bingung harus menyaksikan kembali film yang mana, maka itulah jawabannya.

Jadi kesimpulannya, The Nun memang tidak seseram film-film The Conjuring yang sudah-sudah. Tapi, bagi kalian yang fans, wajib banget untuk menyaksikan film ini agar tentunya merasa “komplit” dengan seluruh misteri Valak yang bikin penasaran selama 2 tahun terakhir. Dijamin kalian bakalan puas dengan jawaban yang didapatkan.

Score: 3.5 out of 5

(marvi)

iLive

Tur ke Eropa, ‘Prison Of Blues’ setia mempromokan hantu lokal

Published

on

By

iMusic.idPrison Of Blues sukses menyelesaikan total 50 Gigs Tour selama 3 bulan di Indonesia dan Eropa. “Untuk Tour Eropa ini kami adalah kali ke 5 memenuhi undangan salah satu festival Psychobilly terbesar dunia, yang diadakan di Oberhausen-Jerman, dan kali ini kami juga mengajak kolaborator untuk vokal yaitu Dellu Uyee”, kata Bayu Randu gitaris dan juga produser dari Prison Of Blues.

Band Psychobilly Punk ini menyambangi 6 Negara Eropa sekaligus, yaitu German, Ceko, Belgia, Hungaria, Austria, dan Belanda, serta beberapa kota di indonesia dengan total 50 gigs, dan ini tentunya menjadi pencapaian tersendiri dari band dengan genre minoritas ini.

Prison Of Blues adalah band beraliran Psychobilly yang lahir di kota tembakau Temanggung pada 2007, Kali ini Prison Of Blues lebih fresh dengan masuknya Endy Barock pada drum, Topan Murdox pada gitar 2, Dhana pada Contra Bass, 2 personil lama yaitu Bowo pada Vocal & gitar, serta Bayu Randu pada gitar 1 yang juga merangkap sebagai produser.

Hingga saat ini sudah mempunyai 11 album kompilasi yang release di Eropa dan Amerika, dan 4 album solo Prison Of Blues. “Kan saya baru pertama ikut di tour eropa bareng POB, jujur kaget banget, band ini disini besar dan sangat banyak penggemarnya, sampai ada yang bela belain dari California, Spanyol, Italia datang buat nonton POB”, cerita Dellu Uyee.

“Tour 50 titik Indonesia-Eropa ini juga sebagai promo album ke 4 kami, dan seperti biasa kami membawa misi promosi untuk Indonesia, selain bawa atribusi kain Indonesia kami juga secara khusus mempromosikan hantu-hantu Indonesia, seperti Pocong, Kuntilanak, Santet, dll”, ujar Bowo sang vokalis dan founder band ini.

Band ini melakukan tour Eropa mulai tanggal 3-31 Oktober, titik terakhir sukses memukau fans Prison Of Blues di Festival “Psychobilly Earthquake 2025”. Sebelumnya Prison Of Blues sudah langganan memenuhi undangan festival Psychobilly terbesar salah satunya “Psychobilly Meeting” pada tahun 2016, 2017, 2018, 2024.

“Ada hal yang unik dan selalu membuat kami selalu ingin kembali ke festival ini di Eropa, yaitu fanbase kami yang di Eropa, ini unik karena kami sendiri di Indonesia masih kurang diminati, mungkin karena genrenya ga ada yang memainkan di Indonesia sekarang. Lucunya banyak yang mengira kami di Indonesia adalah band besar, setelah kami ceritakan tentang tidak adanya scene Psychobilly di Indonesia baru mereka kaget, haha” tambah Endy Barock, sang drummer.

Prison Of Blues juga memberikan gambaran tentang bagaimana sistem royalti di Eropa berjalan, “tiap titik disini, sebelum main kami harus isi form dari Gema, CMO atau LMK nya Eropa, isi detail lagu yang akan dibawakan lengkap dengan pencipta lagunya, sangat tertib, bahkan kami bawakan lagu artis besar seperti Motorhead atau Queen pun tidak perlu repot dan takut ijin ijin” cerita Dhana dan Topan.

Tour ini disupport oleh kementerian kebudayaan dan juga beberapa sponsor swasta.

Continue Reading

iLive

Bintang Radio Indonesia 2025 tampilkan 3 format putaran

Published

on

iMusic.id – Ajang kompetisi menyanyi nasional tertua di Indonesia, Bintang Radio Indonesia, kembali digelar tahun ini dengan format yang lebih segar dan dinamis. Setelah sukses diselenggarakan di Surabaya tahun lalu, Bintang Radio Indonesia 2025 kini hadir di Jakarta dengan rangkaian pertunjukan spektakuler yang akan berlangsung pada 4, 5, dan 6 November 2025, dan ditutup dengan Result Show pada 8 November 2025.

Sejak pertama kali diselenggarakan pada 1951, Bintang Radio Indonesia telah menjadi wadah lahirnya para penyanyi legendaris tanah air seperti Titiek Puspa, Bing Slamet, dan Vina Panduwinata. Di era modern, ajang ini terus melahirkan bintang-bintang baru seperti Josh Florentino, Maria Pudesa, dan Shabrina Leanor, yang membuktikan bahwa semangat Bintang Radio tetap relevan lintas generasi.

Tahun ini, Bintang Radio Indonesia hadir dengan format tiga putaran penampilan, di mana para finalis akan menunjukkan kemampuan terbaik mereka dalam tiga genre musik: pop, rock, dan lagu daerah. Tak hanya menonjolkan vokal, para peserta juga akan dinilai dari karakter, penghayatan, dan kemampuan beradaptasi dalam berbagai gaya musik.

Menariknya, tahun ini Bintang Radio juga memperkenalkan sistem voting, yang memungkinkan publik ikut menentukan siapa yang akan menjadi bintang baru Indonesia.

Rangkaian Grand Final akan diakhiri dengan penampilan spesial dari Maliq & D’Essentials pada malam puncak tanggal 6 November 2025, serta Result Show spektakuler pada 8 November 2025 yang akan menampilkan Shabrina Leanor, salah satu bintang muda hasil ajang ini, dalam pertunjukan istimewa.

Melalui format dan konsep baru ini, Bintang Radio Indonesia 2025 tidak hanya menjadi ajang kompetisi, tetapi juga perayaan keberagaman musik Indonesia dan bukti bahwa semangat Bintang Radio terus menyala, dari generasi ke generasi.

Tentang Bintang Radio Indonesia

Diselenggarakan pertama kali pada tahun 1951 oleh RRI (Radio Republik Indonesia), Bintang Radio Indonesia merupakan kompetisi menyanyi nasional tertua di tanah air. Selama lebih dari tujuh dekade, ajang ini telah menjadi batu loncatan bagi banyak penyanyi yang kini menjadi ikon musik Indonesia. Dengan semangat inovasi dan regenerasi, Bintang Radio terus beradaptasi mengikuti perkembangan zaman, menggabungkan tradisi, kreativitas, dan teknologi untuk mencari talenta terbaik bangsa.

Continue Reading

iLive

Rise Up Unity 2025 digelar 8 November 2025

Published

on

iMusic.id – Hip Hop Reggae Connection (HRC) siap menyajikan gerakan kolaboratif lintas genre “Rise Up Unity 2025” yang siap mengguncang Jakarta pada 8 November 2025 di Cibis Park, TB Simatupang.

Acara yang di inisiasi Hip Hop Reggae Connection (HRC) ini menghadirkan empat sosok berpengaruh di kancah musik urban Indonesia, Ras Muhamad, Tuan Tigabelas, Conrad Good Vibration, dan Dirayha bersama para seniman lintas scene seperti Laze, Kapala Itang, Iqbal N.G.A., Joe Million, Mister Nobody dari kubu hip hop serta dari scene reggae Radit Echoman, Namoy Budaya, Andrez and The Babylion, Alien Punk, dan masih banyak lagi.

Acara ini bukan sekadar konser, melainkan sebuah movement yang menyerukan semangat kebangkitan, solidaritas, dan aksi nyata untuk perubahan sosial. Lahir dari inisiatif Hip Hop Reggae Connection (HRC) sebuah kolektif yang muncul di masa pandemi 2020 Rise Up Unity hadir sebagai simbol persatuan dan keberlanjutan kreativitas. Melalui power track “Rise Up Unity” yang bisa didengarkan di semua platform streaming digital, proyek ini mengajak generasi muda untuk bersuara dan beraksi bersama.

 “Gerakan dari Hip Hop Reggae Connection (HRC) Ini bukan sekadar musik, tapi ajakan untuk menyatukan energi positif dan mengubah kesadaran menjadi tindakan,” ujar Dirayha, produser proyek ini sekaligus salah satu performer utama.

Rise Up Unity bukan sekadar konser. Ini adalah ruang di mana musik, komunitas, dan kreativitas berjalan bersama dalam satu energi. Di sini, hip hop dan reggae bukan hanya didengar, tapi juga dirasakan, dilihat, dan dihidupkan melalui kolaborasi lintas kultur yang segar dan menggerakkan semangat. Selain pertunjukan musik yang penuh semangat positif dan respon sosial, acara ini juga menghadirkan pop-up market berisi karya-karya independen, serta aktivitas komunitas yang merefleksikan semangat gerakan akar rumput dari Rise Up Unity.

 “Musik adalah keluarga. Rise Up Unity itu seperti rumah bagi semua orang yang percaya pada kasih, cinta, dan kolaborasi,” tutur Conrad Good Vibration, kolaborator sekaligus performer utama.

Di tengah hiruk-pikuk kota dan industri musik yang mulai meninggalkan akar, Rise Up Unity hadir untuk menandai bahwa kekuatan musik selalu tumbuh dari kebersamaan dan kesadaran. Di panggung ini, hip hop dan reggae berpadu dalam satu ritme yang sama: jujur, lantang, dan membangkitkan. Setiap orang yang datang bukan sekadar penonton, melainkan bagian dari cerita. Cerita tentang musik yang menyatukan, tentang gerakan yang tumbuh dari bawah, tentang energi positif yang menular dan mempersatukan. Karena pada akhirnya, Rise Up Unity bukan hanya soal genre, panggung, atau crowd tapi tentang bagaimana kita semua bisa berdiri dalam satu getaran yang sama. One Vibration. One Movement. Rise Up Unity!

Untuk info lengkap mengenai line up, harga tiket dan lain-lain bisa disimak di https://riseup-unity.com/ dan IG  @hiphop_reggae_connection .

Continue Reading