Connect with us

Uncategorized

THE RISE OF JAVA : Pergelaran Sejarah Peradaban Musik dan Busana di Jawa

Published

on

ilive – Kebesaran suatu bangsa dapat dinilai dari peradaban budaya yang dimilikinya. Sebagai suatu bangsa yang beradab, Indonesia memiliki peninggalan budaya yang kaya nan indah. Musik dan busana sebagai peninggalan budaya dari perjalanan panjang peradaban bangsa ini adalah suatu bukti bahwa masyarakat di Nusantara memiliki cita rasa seni yang begitu tinggi. Musik dan ragam busana Indonesia yang sekarang kita miliki mengalami perjalanan yang panjang hingga menemukan bentuknya seperti di era modern ini.  Tentunya perkembangannya tidak akan berhenti sampai di sini. Namun untuk melihat dan berkembang lanjut ke depan kita perlu berhenti sejenak untuk melihat perjalanan jauh yang telah dialami untuk menghargai dan mengapresiasi apa yang telah tercapai.

THE RISE OF JAVA merupakan sebuah program acara yang menyajikan perjalanan sejarah kekayaan tanah Jawa yang disampaikan melalui musik dan fashion dan di kemas menjadi sebuah kesatuan yang menarik dan istimewa serta beda dengan pertunjukan yang pernah ada.  Acara ini diharapkan dapat menjadi sebuah wisata sejarah dalam bentuk lain, yaitu sebuah sajian music and fashion performance yang sarat akan makna historis juga memperkuat identitas budaya Jawa di era globalisasi ini.

Acara ini akan menampilkan berbagai rancangan busana yang disiapkan oleh perancang busana nasional ternama:  – Afif Syakur (Yogyakarta) – Didiet Maulana (Jakarta) – Lenny Agustin (Jakarta) – dan Phillip Iswardono (Yogyakarta)  Sebanyak 48 (empat puluh delapan) model yang berasal dari Jakarta, Yogyakarta, Solo, Semarang dan Surabaya akan memperagakan rancangan dari ke-empat designer ternama tersebut, diiringi rangkaian cerita perjalanan peradaban Nusantara khususnya di Jawa dengan tarian dan komposisi musik tradisional serta kontemporer oleh Dwiki Dharmawan sebagai Music Director bersama Dwiki Dharmawan World Peace Ochestra yang akan mengiringi penampilan istimewa para penyanyi seperti Andien, Rafly Kande, Sruti Respati, dan Wizzy.

Pagelaran ini akan dibuka dengan penampilan Sendratari Ramayana. Dilanjutkan dengan sebuah pertunjukan bertajuk THE RISE OF JAVA, yang terbagi ke dalam 4 babak yang masing-masing melambangkan perkembangan peradaban di Nusantara. Pada setiap babak akan menampilkan rancangan busana dan musik yang mewakili masing-masing era perkembangan peradaban tersebut.

Pertunjukan THE RISE OF JAVA akan diawali dengan penampilan yang bercerita tentang sejarah kain lurik yang secara tradisional menjadi pakaian khas warga pedesaan di kalangan suku bangsa Jawa. Dilanjutkan dengan babak yang menceritakan fase kehidupan manusia yang dilambangkan melalui motif Batik Jawa. Pada babak berikutnya, akan menampilkan evolusi dari jaman kebaya dan motif batik yang dikenakan oleh Peranakan Belanda dan Cina pada masa penjajahan. Pertunjukan akan ditutup dengan menampilkan koleksi busana tradisional kebaya yang terinspirasi dari kemegahan dan kekayaan alam dan budaya Indonesia. Seluruh rangkaian pertunjukan tersebut akan lebih terasa hikmatnya melalui suasana Candi Prambanan dan bertepatan dengan Bulan Purnamanya yang sempurna.

Pergelaran Sejarah Peradaban Musik dan Busana di Jawa ini akan dilaksanakan pada hari Minggu, 5 November 2017 di Theater Panggung Terbuka Sendratari Ramayana, Candi Prambanan, pukul 19.00 – 21.30  Tiket untuk pergelaran THE RISE OF JAVA dapat diperoleh ONLINE melalui theriseofjava.mahanalive.com  dan rajakarcis.com dengan rincian harga: Platinum: Rp 750.000, Gold: Rp 500.000, Silver: Rp 400.000 dan Bronze: Rp 250.000. (harga sudah termasuk pajak).

Acara ini pun digelar untuk mendukung program pengembangan desa sekitar lokasi Pariwisata, dalam hal ini di Candi Prambanan yang dilaksanakan melalui Program Desa Mandiri Lestari. Program ini bertujuan untuk meningkatkan ekonomi masyarakat dengan mengembangkan potensi desa yang ada. Mengenai penyelenggara (Gatra Media Group dan Mediatama):  Gatra Media Group terlibat dalam beberapa Pergelaran Musik/Konser melalui Interact. (@randusumaryo)

Uncategorized

Gelaran Hardcoustic di Twalen Warong Jadi Etalase Pekarya Musik Independen

Published

on

By

Jakarta – Dua penyanyi solo, yakni Aip DPO dan Qiyansyah, sukses menjajakan karyanya di gelaran Hardcoustic besutan Dapurletter yang dihelat di Twalen Warong, kawasan M Bloc, Jakarta Selatan pada Kamis malam, 18 Agustus 2022.

Sejumlah lagu dibawakan dengan maksimal oleh Aip, di antaranya single-single miliknya yang masing-masing berjudul Rambu Riot, Cerita Si Alan, serta Kau Bilang Aku Jahat.

Tak hanya membawakan lagu-lagu milik sendiri, pria bernama asli Hadi Arif ini juga menyanyikan tembang cover dari single milik Rage Againt The Machine (RATM) berjudul Killing the Name, menggunakan sebuah gitar listrik tanpa pengiring apapun.

Sementara Qiyansyah yang menjadi penampil kedua di gelaran Hardcoustic malam itu, membawakan pula tembang-tembang karyanya yang telah dirilis sebelumnya.

Single macam Kau Butuh Tuhan, Jangan Mati Dulu, dan Tatap Muka, dibawakan pria yang baru mulai berkarya sebagai solois sejak 2020 itu dengan sempurna bersama dua pengiringnya di posisi bas gitar dan cajon.

Aip DPO dan Qiyansyah kemudian menyepatkan diri berkolaborasi. Keduanya, menutup pentas dengan membawakan single milik Bob Marley berjudul Redemption Song.

Gelaran Hardcoustic sendiri merupakan acara rutin yang dibesut Daputletter, media musik bentukan Aziz. Program ini diinisiasi sebagai wadah bagi para pekarya musik yang ingin menampilkan karyanya.

Selain itu, keriaan Hardcoustic juga diisi sesi obral-obrol bertajuk Ngopi (Ngobrol Pinter) yang rencananya bakal diasuh Eno Suratno Wongsodimedjo, bersama sederet narasumber yang diundang bergantian ke acara tersebut.

Acara yang dijadwalkan berlangsung setiap Kamis malam, mulai pukul 19.00 WIB hingga 22.00 WIB ini, mendapat dukungan penuh dari Twalen Warong, Aracbica, dan manajemen M Bloc.

Continue Reading

Uncategorized

Solois muda “Satine Zaneta” dan rintik hujan pertamanya.

Published

on

By

iMusic – Satine Zaneta Putri Hujan atau biasa disapa dengan nama Satine Zaneta adalah seorang solois muda yang memiliki platform Social Media dan YouTube dengan nama ‘Dikala Hujan’. Gadis yang memang menyukai dunia musik sejak usia dini ini siap menjejakan kaki di industri musik dengan melepas singel perdana  berjudul ‘Utuh’.

Singel ‘Utuh’ dirasa menjadi lagu yang tepat untuk diawal perjalanan karier bermusiknya karena Satine amat sangat dekat dan tumbuh besar mendengarkan lagu yang ditulis oleh Abimana Aryasatya dan Ario Bayu pada tahun 2008. Lagu ini menceritakan tentang keinginan untuk dimengerti dan didengarkan dalam sebuah hubungan.

Lagu ‘Utuh’ ini juga menjadi salah satu soundtrack dalam Film ‘Virgo and The Sparklings’ yang dimana Satine juga terlibat menjadi salah satu pemainnya.

Singel ‘Utuh’ sudah dapat dinikmati di seluruh platform musik digital mulai tanggal 9 Juni 2021, dan Lagu ini juga akan menjadi pembuka dari mini album Satine yang berjudul ‘Rintik Hujan’ yang sedang dalam proses penggarapan.

Semoga lagu ini bisa menjadi pintu pembuka dan awal yang baik untuk karier Satine di Industri musik kedepannya. (FE)

Continue Reading

Uncategorized

“The Sentimental” bukan Untuk Saingi Yovie Nuno, rilis single “Bila Memang”.

Published

on

By

iMusic – Sukses sebagai composer dan Produser dengan karya lagu-lagu yang cukup hits dibawakan para penyanyi seperti Mahen, Aalliyah Massaid, Aurel Hermansyah, Mahalini X Nuca, Mawar De Jongh yang mendapatkan sambutan yang baik dari penikmat musik tanah airPika Iskandaar Bersama Dudy  Oris (ex-Vokalis Yovie & Nuno) dan Pramditto yang juga seorang music Produser membentuk sebuah band dengan nama “THE SENTIMENTAL” dengan karya perdananya Bila Memang.

Tujuan membuat sebuah Project Band ini tak lain memang untuk lebih meng-explore karya-karya musik yang warnanya cocok untuk format band, di tambah basic ketiga personil ini adalah anak band sebelum berkarier dibalik layar sebagai Songwriter,composer,produser dan penyanyi solo untuk Dudy

“Sebenarnya  project band ini sudah lama ingin di buat, karena secara pribadi saya pengen berkerjasama dengan Dudi yang memiliki karakter vokal yang khas, sedangkan Ditto itu rekan saya dalam membuat musik yang juga seorang produser, namun karena kita memiliki kesibukan masing-masing, Alhamdulillah baru 2021 ini The Sentimental bisa memulai semuanya,” jelas Pika

Untuk penamaan The Sentimental mengikuti arti secara harfiahnya yakni sebuah kata  yang dapat menyentuh perasaan, begitu pun karya perdana yang bertajuk “Bila Memang” menceritakan tentang seseorang yang terus diberikan harapan cinta tetapi pada kenyataan nya harapan tersebut adalah palsu, dengan latunan khas vocal dari Dudy Oris membuat lagu ini semakin berasa lebih dalam maknanya bagi para pendengar yang tengah mendapatkan harapan palsu dari pasangannya

“Arti nama The Sentimental di ambil dari sentimental yang makna artinya bisa di sebuat sebuah ungkapan/kata yang dapat menyentuh hati, sama hal nya lagu-lagu kita yang kita rilis kita berharap juga dapat menyentuh hati pencinta musik tanah air terutama yang sedang memiliki permasalah hubungan cinta yang dalam,” ungkap Pika

Sebagai penyanyi yang telah malang-melintang di industri musik tanah air terutama bersama band sebelumnya Yovie Nuno , Dudy Oris mengaku tanpa perlu berpikir lama untuk mengiyakan bergabung dalam pilot project band Pika Iskandar karena memiliki kesamaan dalam bermusik

“Kenal dengan Pika lumayan sudah lama, begitu dia kasih demo lagu nya, langsung saya iyakan, karena memang merasa ada kesamaan nih soal selera musik, semoga lagu dari Sentimental ini dapat menyentuh hati-hati yang sedang merasakan kegundahan dapat terwakilkan lewat lagu kita,” ucap Dudy

Untuk penggarapan Music Video di percayakan pada Brian Lim sebagai sutradara, dimana dalam konsep klip ini menceritakan kisah cinta segitiga antara pasangan muda yang baru berrumah tangga dan wanita lain yang masuk kedalam kehidupan pasangan muda ini

“Dalam klip lagu ini selain mengambil scene The Sentimental bermusik dengan view yang meneduhkan mata,  ada alur ceritanya untuk menggambarkan dari cerita lagu Bila Memang ini soal kepalsuan cinta padahal hatinya ternyata ada orang lain di dalamnya,seperti kisah cinta segitiga dengan orang terdekat, yang memang kisah seperti ini banyak di alami,” ungkap Brian

Dengan dirilisnya “Bila Memang” dibawah label Made Entertaiment Asia sebagai sebuah band The Sentimental berharap dapat di terima dengan baik para pencinta musik dan juga rekan-rekan media baik radio maupun cetak/online dan Televisi. (FE)

Continue Reading