Connect with us

iMusic

Solois “Nissan Fortz” Merilis Lagu Kolaborasi Bersama “Bohemians” Berjudul “Love Is Home”.

Published

on

iMusic – Solois sekaligus penulis lagu asal Bandung, Nissan Fortz resmi merilis lagu kolaborasi teranyar bersama band satu kotanya, Bohemians dengan judul “Love Is Home”.

Perilisan single barunya ini turut serta melibatkan moment-moment special berupa video partisipasi publik yang dikirim secara sukarela dalam kurun satu bulan terakhir. Karya bersama ini kemudian terkemas dengan kemasan video lirik hasil jahitan rumah produksi Duafragma. “Love Is Home” sudah bisa disaksikan di kanal YouTube: Nissan Fortz Music

“Love Is Home” sendiri merupakan lagu yang dibuat bersama oleh Nissan Fortz dan Luky Kusumah selaku gitaris Bohemians, tepatnya pada Desember tahun lalu. Apa yang disuratkan, berkisar tentang rona-rona kisah nyata dari pengalaman keduanya, atau dalam hal ini tentang bagaimana manusia melihat konsep “Rumah” dan romansa-romansa yang mengikatnya dengan sangat kuat (baca; Cinta).


“Dalam prosesnya, “Love Is Home” berubah menjadi guru. Kenapa demikian? Karena saya jadi lebih mengerti. (Ternyata) rumah bukanlah tentang apa yang kita miliki. Namun, lebih dari itu rumah adalah perihal tentang ruang di mana “kita Tinggal”. Rasanya kita seperti sedang membangun sesuatu yang sangat besar dan meneduhkan untuk ditinggali bersama. Dan di saat yang bersamaan, bisa juga saling menguatkan satu dan lain hal,” terang Nissan Fortz.

Sedangkan dari kacamata seorang Luky Kusumah, “Love Is Home” adalah lagu dengan konsep pendekatan sosial kemasyarakatan yang terjalin erat seperti sebuah kekuatan kebahagiaan, baik itu tentang konsep kebahagiaan keluarga, hidup, aktivitas hingga tempat beristirahat. 

Menjadi hal yang wajar jika “Love Is Home” berpendar menjadi partikel kecil tentang makna kebahagiaan dari gumpalan Jerit para anak manusia. Jerit yang berusaha untuk menyampaikan pesan betapa pentingnya kita untuk tetap dalam keadaan bahagia terlebih lagi sehat (waras)—baik fisik maupun pikiran. Karena dengan pijakan macam itu, “Rumah” akan ditempatkan menjadi ruang dan sisi yang paling bisa menyelamatkan, terlebih untuk situasi berat seperti sekarang ini.

Alasan di atas bukan tanpa sebab, karena 3 bulan pasca lagu ini rampung, tidak pernah ada yang menyangka jika denyut kehidupan berhenti dengan caranya yang paling tiba-tiba. Segala aktifitas lumpuh. Suka tidak suka semua hal menjadi terasa sangat sulit. “Rumah”—beserta percikan cinta di dalamnya—kemudian menjadi nadi lain untuk denyut harapan yang tersisa.

“Rumah” seolah menjadi kekuatan daya tahan batin. Dan himbauan akibat memburuknya kasus pandemic COVID-19 untuk tetap #DiRumahAja seolah merelevansikan catatan khususnya dengan keberadaan lagu ini.

Dari segi musical, “Love Is Home” sendiri memetik beberapa karakteristik genre musik (Country, folk, balada ’90-an) yang dipadupadan dengan format musik Unplugged. Irama, tempo, dinamika, feel, sound, saling berkontribusi dengan baik dan lebih natural. Dengan kata lain setiap apa yang dibunyikan bisa dipertanggung jawabkan karena semuanya itu mengacu kepada kesederhanaan cara bermain, keindahan cara bertutur dan kedalaman cara merasakannya.

“Love Is Home” dikerjakan dengan gegap gempita pada Januari 2020 di Escape Studios Bandung dengan arahan engineer Fei Wong. Sosok yang juga ditunjuk untuk berada di belakang layar finalisasi audio atau mixing dan mastering. Adapun instrumentasi “Love Is Home” diisi sepenuhnya oleh Nissan Fortz dan Bohemians. Vocal oleh Nissan Fortz dan vokalis Bohemians, Kamran CR, acoustic guitar oleh Nissan Fortz dan Luky Kusumah, bas oleh Bayu Prasetyo, drum, shaker, tamborine oleh Refa Arivianda dan electric guitar oleh Anwar Sadad.

Sebagai catatan lain, perilisan single ini merupakan langkah lanjutan pasca Nissan Fortz dan Bohemians dipertemukan untuk pertama kalinya oleh Tiar Renas Yutriana dari Bandung Blues Society di panggung eksotis, Jazz Goes To Campus (JGTC) 2019. Menurut rencana, kolaborasi ini masih akan tetap berlanjut, entah dalam wujud album atau panggung-panggung musik di masa mendatang. Satu hal, kolaborasi keduanya ini sangat layak untuk disimak dan sayang bila dilewatkan begitu saja. (FE)

iMusic

Stand Here Alone kolaborasi dengan Tresno Tipe X di single “Kura – Kura”

Published

on

iMusic.id – Sulit rasanya menutup mata dari lagu ini. Ada kejujuran yang berdesir pelan di balik nada riang “Kura-Kura”, kolaborasi antara Stand Here Alone (SHA) dan Tresno, sang vokalis legendaris Tipe-X. Lagu ini bukan sekadar kisah patah hati yang dibungkus jenaka, tapi semacam pengakuan halus bahwa cinta memang kerap berakhir dengan cara yang tidak gagah-gagah amat. Kadang lucu, getir, bahkan absurd. Seperti kisah pria yang ditinggal kekasihnya demi seseorang yang, entah kenapa, “berwajah seperti kura-kura.”

Namun justru di situlah letak keindahannya. “Kura-Kura” adalah cara Stand Here Alone dan Tresno mengubah duka jadi tawa, mengubah kecewa jadi bahan bakar untuk bernyanyi lebih kencang. Mereka seperti ingin bilang: jangan gentar meskipun ditikung reptil, sebab bahkan orang dengan paras hewan melata pun kadang bisa mengajari kita cara menerima nasib dengan elegan, patah hati tidak lagi tentang meneteskan air mata, tapi menghasilkan nada-nada yang membuat dada sesak dan bibir tersenyum di waktu yang sama.

Lagu kolaborasi Stand Here Alone dengan Tresno ini, dengan segala kesederhanaannya, mengingatkan bahwa kita tak berhak untuk dibuat sedih. Dunia sudah terlalu riuh untuk ditambahi keluh kesah yang tidak perlu. “Kura-Kura” hadir seperti kawan lama yang menepuk bahu, berkata pelan: sudahlah, tidak semua janji harus ditepati, tidak semua cinta harus berakhir bahagia, dan tidak semua luka harus disembuhkan, beberapa cukup ditertawakan.

Melalui proyek Album Nusantara, Stand Here Alone menunjukkan bahwa punk dan ska tak melulu soal pemberontakan, tapi juga tentang kelapangan hati. “Kura-Kura” menjadi semacam pernyataan lembut bahwa kehilangan bisa seindah pertemuan, bahwa humor adalah selimut terbaik bagi hati yang pernah robek, dan bahwa hidup, betapapun kejamnya, masih pantas ditertawakan, terutama ketika cinta pergi bersama seseorang yang bahkan kura-kura pun mungkin enggan bercermin padanya.

Single “Kura-Kura” sudah tersedia di seluruh platform digital dan video musiknya dapat disaksikan di kanal YouTube resmi Stand Here Alone.

Continue Reading

iMusic

Sundari Gasong luncurkan single “Sedih”

Published

on

iMusic.id – Setelah merilis single perdana berjudul “Ku Rindu” ciptaan Andri Ikola, penyanyi sekaligus penulis lagu Sundari Gasong kini memperkenalkan karya terbarunya bertajuk “Sedih” sebagai single kedua. Berbeda dari karya sebelumnya, lagu ini merupakan ciptaan Sundari sendiri.

“Penggarapan single kedua ini tidak jauh berbeda dengan proses single pertama. Aku tetap mempercayakan Debios Ikola sebagai Music Director dan Sis Akbar untuk proses mixing dan mastering. Aku juga tetap berdiskusi dengan kakak kandungku, Andri Ikola, hingga lagu “Sedih”  siap dirilis,” ujar Sundari Gasong.

Lagu “Sedih” pertama kali ditulis Sundari Gasong pada tahun 2009. Lagu ini mengangkat kisah tentang kesedihan seorang jomblo yang memendam perasaan cinta tanpa keberanian untuk mengungkapkan.

“Lagu ini sebenarnya dibuat untuk adik kelas aku, Mega F. Yohana, alumni SMAN 1 Boedoet Jakarta angkatan 2008. Terinspirasi dari seorang laki-laki yang dulu menjadi pemujanya,” tutur Sundari Gasong.

Dalam single ini, Sundari sengaja menghadirkan konsep musik yang sederhana, agar pendengar dapat lebih merasakan emosi sedih yang menjadi inti cerita lagu tersebut.

Single “Sedih” resmi dirilis pada 12 Desember 2025 di seluruh digital music platform. Sementara video musiknya akan menyusul dan direncanakan tayang di kanal YouTube resmi Sundari Gasong setelah proses produksi rampung.

Sundari juga menyampaikan pesan khusus kepada pendengar:

“Buat para jomblo, cobain deh dengerin lagu ini pas lagi sedih. Insya Allah sedihnya dapet.”

Continue Reading

iMusic

The Rain sambut ulang tahun ke 24 lewat single baru “Cerita Yang Tersimpan”

Published

on

iMusic.id – Setelah lebih 2 dekade bersama, 7 album studio dan sederet single lepasan, The Rain masih bertahan dengan formasi awal sejak berdiri pada tahun 2001. Indra Prasta (vokal, gitar), Iwan Tanda (gitar, vokal), Ipul Bahri (bass, vokal) dan Aang Anggoro (drum, vokal).

Akhir November 2025, beberapa minggu menjelang ulang tahun The Rain ke- 24, grup asal Yogyakarta ini merilis sebuah single baru berjudul “Cerita yang Tersimpan”.

“Salah satu cara kami bersyukur masih diberi umur dan tetap bersama selama ini adalah dengan berkumpul dan melahirkan karya baru, ini juga wujud terima kasih kami pada teman-teman yang menggemari lagu-lagu The Rain selama ini, pada para The Rainkeepers”, ujar Indra.

Dari balutan aransemennya, lagu anyar The Rain ini terdengar seperti mesin waktu yang membawa pendengar ke akhir dekade 80-an.  “Kami mencoba beberapa aransemen untuk lagu ini dan ternyata rasanya paling cocok dibawa ke era 80-an,” ujar Iwan.

Di studio, mereka bernostalgia mendengarkan lagu-lagu dari Richard Marx dan Def Leppard sebagai referensi saat mengerjakan aransemen lagu ini.

“Dulu saat remaja, kami memang tumbuh dengan lagu-lagu di era tersebut, jadi tak sulit untuk menghadirkan kembali nuansanya lewat lagu ini,” tambah Ipul.

“Dari sisi lirik, lagu ini bercerita tentang sebuah kesalahan, sebuah hubungan yang tak diakui terjadi. “Pelik deh.. hahaaa,” sahut Aang yang juga dipercaya untuk mengerjakan artwork single ini.

Cerita yang Tersimpan menjadi single lepasan ke-7 yang The Rain rilis setelah album “Mereka Bilang Kita Terjebak Bersama” dirilis pada 2022. Akankah di tahun 2026 nanti album ke-8 The Rain akan dirilis?

“Masih dikerjakan. Semoga segera,” tutup Indra.

Continue Reading