

iLive
Synchronize Festival 2019 Tinggal Sepekan Lagi
Published
6 years agoon
By
iMusiciMusic – Dalam waktu kurang dari dua pekan, Gambir Expo Kemayoran, Jakarta, akan kembali dihadiri oleh puluh ribuan festival-goers Indonesia. Mereka akan merayakan musik Tanah Air lewat perhelatan Synchronize Festival 2019 yang tepatnya diselenggarakan pada 4, 5, dan 6 Oktober mendatang. Tercatat ada 131 musisi Indonesia yang telah diumumkan, lintas generasi, genre, dan daerah kelahiran yang siap untuk meramaikan.
Memasuki edisi keempat Synchronize Festival, pihak penyelenggara yaitu demajors dan Dyandra Promosindo tetap konsisten menghadirkan deretan penampilan spesial yang pantang untuk dilewatkan. Bagi yang mengikuti sepak terjang festival ini sejak edisi perdananya, pasti masih ingat betul perasaan tak terbayarkan menyaksikan langsung sang raja Rhoma Irama beraksi di atas panggung. Ada pun di edisi kedua, giliran getaran meneduhkan dari legenda folk pop, Ebiet G Ade, hingga maestro jazz, Bob Tutupoly. Sedangkan di edisi ketiganya pada tahun lalu, Synchronize Festival mendatangkan reuni yang sangat jarang terjadi antara Dewa19 dengan Ari Lasso sekaligus Once Mekel.
Tahun ini daftar penampil Synchronize Festival juga memiliki daya kejut yang tak diantisipasi sebelumnya. Salah satunya datang dari nama sang veteran campursari, Didi Kempot. Musisi yang menjabat sebagai The Godfather of Broken heart ini siap memandu keluh kesah kehidupan percintaan ribuan penonton Synchronize Festival 2019.
Tidak hanya sang pelantun “Cidro” sebagai musisi berstatus legenda yang akan tampil di festival ini, konduktor kawakan, Erwin Gutawa, akan tampil dalam tema spesial yaitu membawakan karya-karya mendiang Chrisye dengan tetap menghadirkan vokal aslinya. Gitaris jazz Tanah Air, Jopie Item, pun akan tampil bersama kolektif gitaris andal Six Strings. Ada pula kehadiran sang vokalis bosanova veteran, Rien Djamain, yang akan berkolaborasi dengan penulis lagu teruji, Mondo Gascaro.
Dalam sektor bernostalgia, Synchronize Festival 2019 menembus di segala sisi. Clubeighties, band pop besar kelahiran ‘The School of Rock’ Institut Kesenian Jakarta, akan tampil bersama dua mantan personelnya yaitu Deddy Mahendra Desta dan Vincent Ryan Rompies. Sedangkan pasukan death metal nomor satu Indonesia, Deadsquad, akan merayakan album Horror Vision bersama drummer Andyan Gorust dan pemain bas Bonny Sidharta.
Di sisi lain, terdapat band-band yang merayakan usia eksistensi dari karya yang pernah mereka ciptakan. Unit new wave kebanggaan Ibu Kota, The Upstairs, akan tampil secara khusus membawakan album Energi. Solois folk asal Bandung, Adhitia Sofyan, akan merayakan satu
dekade album Quiet Down. Begitu pula band post-rock asal Bekasi, The Trees and The Wild, yang akan mengenang usia 10 tahun karya perdananya yang lebih bernuansa folk bertajuk Rasuk.
Di Synchronize Festival 2019 juga akan datang melalui tren kebangkitan emo yang membuncah dalam setahun terakhir. Band-band berjaya di era 2000-an kembali dihidupkan dari alamnya, mulai dari Jakarta Flames, Too Late To Notice, The Side Project, Speak Up, Seems Like Yesterday, Killed By Butterfly, Killing Me Inside Reunion, Alone At Last, hingga pemandu pesta emo asal Jakarta bernama Dieunderdogg – Emo Revival.
Salah satu kehebatan Synchronize Festival memang menjadi titik temu tren musik Indonesia yang tengah dan pernah berlangsung. Jika Anda para penganut folk kopi senja, Syarikat Idola Remaja dapat menambah daftar penampil yang wajib Anda tonton. Bukan tanpa alasan, pasukan folk asal Bandung ini terbentuk dari gabungan band-band folk lain seperti Teman Sebangku, Mr. Sonjaya, Balaruna, Tetangga Pak Gesang, Parahyena, hingga Orkes Midaleudami. Sedangkan bagi Anda yang sangat antusias dengan meroketnya musik dangdut, koplo, hingga fangkot di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir, nama-nama yang harus Anda ramaikan mulut panggungnya adalah Club Dangdut Racun, Feel Koplo, hingga Prontaxan.
Deretan penampilan spesial tidak berhenti sampai di situ. Salah satu yang menjadi pamungkasnya adalah kehadiran para Jenderal Musik Melayu yaitu Radja, Setia Band, Wali, hingga Babang Andika eks-Kangen Band. Mereka akan meramaikan pesta karaoke yang dipandu oleh sang pionir, Oom Leo Berkaraoke. Semua deretan penampilan spesial ini akan tersebar di Synchronize Festival 2019 selama tiga hari, bersama lebih dari 100 musisi Indonesia lainnya yang juga pantang untuk dilewatkan aksi panggungnya.
Kolaborasi Menjalankan Misi Green Movement di Synchronize Festival 2019 Seperti yang pernah disiarkan sebelumnya, edisi keempat Synchronize Festival menjadi wadah bagi seluruh pihak yang terlibat untuk menjalankan bersama misi Green Movement. Dengan tema ‘Memanusiakan Alam, Mengalamikan Manusia’, seluruh penonton, pengisi acara, hingga anggota penyelenggara dapat menunjukkan kepeduliannya akan hubungan manusia dengan manusia, juga manusia dengan alamnya. “Kini, Synchronize Festival tak hanya menjadi sebuah perayaan musik Indonesia, tetapi juga pergerakan budaya urban dan populer. Selaras dengan jargon yang selalu dipegang teguh; bukan sekadar festival, tetapi juga sebuah pergerakan. Dimulai dari diri kita sendiri, dan bersama-sama untuk tetap melihat bumi kita di masa depan” Jelas David Karto, selaku Festival Director Synchronize Festival.
Misi ini merupakan salah satu alasan platform kredit digital terkemuka di Indonesia, Kredivo, untuk berpartisipasi sebagai Paylater App Partner mendukung Synchronize Festival. “Kredivo dan Synchronize Festival memiliki semangat yang sama untuk menggerakkan dan mengedukasi kaum milenial dengan cara yang berbeda namun menyenangkan dan musik terbukti menjadi media yg efektif untuk menyuarakan aspirasi,” ujar Indina Andamari, Head of Marketing Kredivo.
Selain itu, Authenticity juga turut berpartisipasi dengan Green Movement yang diinisiasi oleh Synchronize di area. Akan ada Anak-anak muda yang menjadi volunteer peduli sampah, penampungan puntung rokok yang akan diolah menjadi finish good yang bermanfaat, edukasi pengolahan sampah, dan masih banyak lagi. “Authenticity akan menjadi wadah dimana tiap orang dapat memperlihatkan keunikan mereka, dan mengekspresikan diri sebebas-bebasnya, Authenticity selalu membawa pesan dan mendorong kaum muda millenials di berbagai daerah di Indonesia yang creative, passionate, uptodate, dan open minded agar selalu berkarya dan menginspirasi dengan memaksimalkan apa yang ada pada diri mereka” jelas Anes Rembes.
Ada pun aktivitas-aktivitas yang dapat dilakukan oleh seluruh pihak dalam Synchronize Festival 2019 demi memenuhi misi Green Movement, mereka adalah:Crowdsourcing Project: Sebuah proyek terbuka bagi para penonton untuk mengirimkan pakaian (berwarna) bekas pakai yang masih layak untuk digunakan. Pakaian ini akan dijadikan sebuah instalasi karya di District Stage, yang kemudian akan didonasikan kepada khalayak membutuhkan.
Upcycling Project: Sebuah upaya demi menyiasati pengolahan bahan bekas promosi seperti umbul-umbul maupun baliho bekas untuk dijadikan sebuah produk dengan nilai tambah.
Bring Your Own Tumbler: Penonton diperbolehkan membawa botol minuman yang dapat diisi di water refill station yang akan disediakan oleh pihak penyelenggara. Penonton hanya perlu membayar seikhlasnya agar tetap menghargai nilai dari air yang telah disediakan.
Bike to Synchronize Festival: Sebuah kegiatan bersepeda bersama menuju Synchronize Festival 2019. Seluruh pihak yang ingin mengikuti kegiatan ini, dapat bertemu di Plaza Blok M pada pukul 15:00 WIB sebagai titik kumpulnya. Pihak penyelenggara akan menyediakan area parkir khusus dan loker penyimpanan khusus bagi para pesepeda.
Selain menyediakan water refill station dan bike parking area demi memenuhi misi Green Movement, Synchronize Festival 2019 juga akan menyediakan fasilitas-fasilitas lain untuk seluruh penonton seperti difabel viewing area & toilet, kids & nursery room, movie area, record market, merchant area, dan food & beverage area.
Green Power Electricity: Seluruh kebutuhan listrik Synchronize Festifal 2019 dengan total 2,7 juta Volt Ampere (VA) ini menggunakan sumber listrik yang ramah lingkungan dari PLN, dan tidak lagi menggunakan generator set. Sehingga tidak ada polusi udara maupun polusi suara di lokasi acara.
Exclusive Merchandise dan Kemudahan Pembelian Tiket & Transaksi di Synchronize Festival
Synchronize Festival 2019 bekerjasama dengan Rusushop juga menginisiasi kolaborasi menarik dalam bentuk merchandise. Terdapat delapan merchandise hasil kolaborasi delapan musisi dengan delapan seniman yang patut untuk dimiliki diantaranya Tuan Tigabelas x Bujangan urban; Efek Rumah Kaca x Adi Dhigelz; Oomleo Berkaraoke bersama Radja, Wali, Setia Band, Babang Andika x Oomleo; Pamungkas x Kobelita; Reality Club x alienpang; Ardhito Pramono
x Rifky Krismon; Didi Kempot x Ahmad Oka (Wirosatan); dan Frau x Ika Vantiani. Merchandise bisa didapatkan di area merchandise booth selama 3 hari pelaksanaan festival.
Dengan didukung penuh oleh Kredivo, tiket.com, Authenticity, OVO dan PLN, Synchronize Festival tahun ini akan memberikan pengalaman baru menikmati festival musik.
Aji Wicaksono, Senior Brand Manager OVO menjelaskan dukungan di perhelatan festival musik ini. “Dalam ajang ini, OVO menghadirkan promo menarik bagi pengunjung berupa cashback 30% untuk merchant di Synchronize Festival. Sebagai platform pembayaran dan layanan digital terdepan di Indonesia, OVO berharap dapat memberikan kemudahan dan keseruan saat menikmati festival musik ini, lewat pembayaran non-tunai yang saat ini semakin diminati.”, jelasnya.
Kesempatan menonton Synchronize Festival masih tersedia dengan melakukan pembelian tiket melalui situs resmi www.synchronizefestival.com. Beberapa kategori tiket yang masih dapat di beli diantaranya: Note: Harga sudah termasuk pajak
Serta calon penonton juga dapat membeli tiket harga khusus melalui tiket.com. Pada Synchronize Festival tahun ini, tiket.com bekerja sama sebagai Official Flight & Hotel Sponsor. Tiket.com akan membuat gerakan CSR yang akan melibatkan instalasi karya Diela Maharanie, seorang illustrator kawakan yang membuat sebuah karya instalasi kreatif. Instalasi ini menceritakan tentang pentingnya menjaga kelestarian alam. Karya ini nantinya bisa kita nikmati langsung di booth tiket.com dalam perhelatan Synchronize Festival. Sampai jumpa di Synchronize Festival 2019. (FE)

You may like
iLive
BRI Jazz Gunung Series tampilkan musisi – musisi unik dalam dan luar negeri
Published
1 day agoon
July 5, 2025By
Frans Eko
iMusic.id – Konser unik bertajuk “Jazz Gunung Series” akan kembali digelar pada Juli – Agustus tahun ini. Memasuki usia penyelenggaraan yang ke 17, konser musik ini telah menjadi perjalanan panjang yang wajib digelar dan tidak boleh absen setiap tahunnya. Digelar di kawasan Bromo, Jazz Gunung, menjelma menjadi salah satu event jazz yang memiliki kekhasan, keunikan tersendiri.

Muncul menjadi salah satu event festival jazz yang berbeda. “Indahnya Jazz, Merdunya Gunung” memadukan secara harmonis antara musik (jazz), alam hijau pegunungan, semilir angin, dan manusia. Hal tersebut menjadi nilai tambah, yang terus dipelihara dan dikembangkan sampai sekarang.
Kembali hadir di Amphitheatre Jiwa Jawa Resort Bromo, Sukapura, Probolinggo, pengalaman berbeda saat menyaksikan pertunjukkan Jazz Gunung Bromo dapat dirasakan dari pemandangan hijau pegunungan sebagai latar panggung yang menyegarkan mata, serta udara dingin dan sejuk yang terasa dari ketinggian hampir 2.000 meter di atas permukaan laut.
Pada penyelenggaraan di tahun 2025 ini, Jazz Gunung Series hadir dengan dukungan penuh dari BRI. Jazz Gunung Series terdiri dari tiga rangkaian events, yaitu BRI Jazz Gunung Series 1 : Bromo pada tanggal 19 Juli, BRI Jazz Gunung Series 2 : Bromo pada tanggal 26 Juli dan BRI Jazz Gunung Series 3: di Ijen Banyuwangi pada bulan Agustus. Di rentang waktu antara series pertama dan kedua tersebut, akan diisi oleh residency program Bromo Jazz Camp. Program Bromo Jazz Camp sendiri akan menjadi “rumah utama” dari penyelenggaraan jam-session, yang mengambil tempat di Rehat Bromo
Trio muda, Emptyyy, mantan VJ MTV, Jamie Aditya, kelompok campursari bersuasana jazz kental, Kua Etnika, RAN, dan band jazz senior Karimata plus Chagall, musisi Wanita asal Belanda, yang memainkan musik electronic akan menyemarakan BRI Jazz Gunung Series 1 : Bromo.

“Seperti tahun-tahun sebelumnya, Jazz Gunung Bromo, akan menyajikan beragam musik jazz and beyond. Bisa jazz, yang berolah bunyi dan rasa dengan ragam musik lain. Terutama dengan elemen musik etnik, yang dipersandingkan dengan harmonis”. Pada dasarnya kekhasan penyajian jazz dalam rupa festival, konsep ini melanjutkan, mempertahankan dan mengembangkan dari konsep dasar yang dibentuk dan diinisiasi oleh para founder Jazz Gunung Bromo yaitu Sigit Pramono, Butet Kertaredjasa dan mendiang Djaduk Ferianto.” tambah Johan Pramono, sebagai CFO Jazz Gunung Indonesia.
Dalam BRI – Jazz Gunung Series 2: Bromo, akan tampil beberapa performers, yang tentu berbeda dari series pertama. Ada Lorjhu’ dan seorang film-maker sekaligus animator, Badrus Zeman. Selain itu dipastikan juga ada nama-nama yang tidak kalah menarik, ada penampilan dari a young talented jazz-singer, Natasya Elvira. Natasya akan ditemani para musisi session yang menghadiri Bromo Jazz Camp. Selain itu, masih ada Bintang Indrianto, Tohpati Ethnomission, Sal Priadi, Rouge dari musisi folk jazz asal Perancis dan penampilan spesial dari Monita Tahalea.
BRI Jazz Gunung Series 3: Ijen pada bulan Agustus 2025, yang diselenggarakan di Amphitheatre, Taman Gandrung Terakota, Banyuwangi. Sederet musisi berpengalaman dengan penampilan unik, menarik, dan yang tentunya bakal mempesona penonton dipastikan akan tampil di sini. Siapa saja mereka? Mari kita tunggu bersama-sama! Yang jelas Jazz Gunung Series akan selalu meningkatkan performa nya setiap tahun.
Vinsensius Jemadu, sebagaoi Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan dari Kementrian Pariwisata menyatakan siap mendukung konser musik jazz ini,

“Bahkan nanti untuk BRI Jazz Gunung Series 3 Ijen di tanggal 9 Agustus 2025, saya sudah berbicara dengan penyelenggara dimana nanti kita bisa berkolaborasi. Sebenarnya ada beberapa skema dukungan dari Kementerian Pariwisata, pertama yang pasti adalah amplifikasi promosi, dimana Kementerian Pariwisata akan menggunakan semua channel media promosinya, bahkan termasuk LED, Videotron yang berada di depan Patung Kuda di Kementerian Pariwisata bisa kita manfaatkan untuk bisa mengekspos kepada masyarakat luas. Sehingga nanti level of tendensinya jauh lebih banyak. Begitu juga media sosial yang dimiliki oleh Kementerian Pariwisata,” ungkapnya.
“Jadi kalau kita bisa bicara bahasa birokrasi kita akan bisa melihat komponen-komponen yang sekiranya bisa kita pertanggung jawabkan untuk kita dukung maka ayo kita dukung. Apakah itu panggung, lighting, atau line up artis, jadi ada beberapa komponen yang bisa kita dukung, tetapi sekali lagi ditengah-tengah efisiensi dan penghematan seperti ini tentunya Kementerian Pariwisata juga tahu diri, kira-kira sejauh mana kita bisa support,” tambah Vinsensius Jemadu.
Sigit Pramono selaku Founder Jazz Gunung mengungkapkan kebahagiaannya atas dukungan pemerintah di BRI Jazz Gunung Series ini.
“Jazz Gunung merupakan salah satu festival jazz pertama yang digelar di alam terbuka, bahkan di ketinggian lebih dari 2.000 meter di atas permukaan laut. Suhu bisa mencapai 6 hingga 7 derajat Celsius. Selama 17 tahun penyelenggaraan, baru tahun ini Jazz Gunung mendapatkan dukungan nyata dari pemerintah lewat kehadiran Vinsensius Jemadu dari Kemenpar. Semoga dukungan kementerian tidak hanya berhenti di tataran wacana, tapi bisa diwujudkan agar manfaat ekonomi lebih terasa bagi masyarakat sekitar.” Ucap Sigit Pramono.

Selaku founder, Sigit juga memberi contoh konkret manfaat ekonomi yang dirasakan masyarakat sekitar Bromo: dari hotel, homestay, penyewa jeep dan kuda, hingga warung-warung kecil.
“Kalau ada 2000 penonton, maka butuh 1000 kamar. Kami hanya punya 80, sisanya tersebar di sekitar Bromo, Pasuruan, Probolinggo, hingga Malang,” terangnya.
“Ada satu yang unik dari Jazz Gunung, selain memang tempat atau venuenya di ketinggian, tapi kita bisa melihat bahwa selama ini musik Jazz itu dianggap terlalu ekslusif kemudian segmentasi nya sempit sekali sedemikian rupa sehingga banyak orang-orang yang merasa bahwa mereka bukan menjadi bagian dari kegiatan Jazz ini. Padahal Jazz sebagai musik itu sifatnya universal dan kalau kita lihat lagi kalau kita bicara Blues itu adalah teriakan orang-orang yang merasa memberontak, tapi kalau kita Jazz itu sebenarnya membuka diri, inklusif, kesetaraan, keberagaman. Ini dipertunjukan dengan baik di Jazz Gunung.” Tambah Andy F Noya selaku Advisor Jazz Gunung Indonesia.
Jazz Gunung Series sudah sedemikian menarik bagi masyarakat Indonesia, penyelenggaraan yang regular tiap tahunnya plus selalu ada inovasi – inovasi baru membuat tidak hanya penonton konser musiknya saja yang tertarik untuk datang menyaksikan, melainkan juga animo para musisi semakin menggeliat buat bisa tampil disana. Semoga ajang ini bisa terbuka untuk para musisi – musisi berbakat yang semakin banyak tumbuh di tanah air, tidak hanya ekslusif bagi pengisi acara yang itu – itu saja seperti yang terjadi di festival – festival musik nasional dewasa ini.

Maka bersiaplah untuk menikmati jazz sembari menikmati udara segar khas pegunungan bersama dengan Jamaah Al-Jazziyah (sebutan intim bagi penonton setia Jazz Gunung series). Bersama-sama kita menyaksikan dan merasakan pengalaman berkesan yang menyegarkan jiwa, menikmati keramaian sebuah festival jazz tertinggi di dunia. Salam Jazz Indonesia.
iLive
Gelar konser “The Crown”, Queennara buktikan kemajuan sejak bergabung di UIG College
Published
2 days agoon
July 4, 2025By
Frans Eko
iMusic.id – Penyanyi, penulis lagu dan content creator cantik, Queennara menggelar resital musik bertajuk “The Crown” di Gedung Kesenian Jakarta, Selasa 02/07/25. Gedung Kesenian Jakarta menjadi saksi bersinarnya talenta dari Queennara tersebut.

Konser ini merupakan bagian dari DVISVARA Annual Recital Series, platform eksklusif bagi mahasiswa UIC College dalam menampilkan pencapaian artisitik dan akademik mereka. Di balik gemerlap panggung dan kemegahan aransemen live string dan brass section “The Crown” dari Queennara menjadi perwujudan keberanian, elegansi dan transformasi emosional.
Sebagai bagian dari USG Education, ekosistem pendidikan Internasional terpercaya di Indonesia, UIC College merupakan satu-satunya program pathway musik akademis berstandar internasional yang telah dijalani oleh Queennara. Melalui kurikulum BTEC dari Inggris, siswa dapat menempuh studi 1 (satu) hingga 2 (dua) tahun di Indonesia, sebelum melanjutkan studi ke universitas – universitas terkemuka dunia untuk meraih gelar sarjana.
Program Artist Development di UIC College of Music dirancang tidak hanya untuk mengasah keunggulan akademis dan keahlian praktikal, tetapi juga menumbuhkan ide-ide kreatif dan inovatif yang otentik. Ini adalah ruang di mana seniman muda seperti Queennara dipersiapkan untuk memperkaya industri musik, baik di dalam maupun luar negeri.
“Queennara adalah contoh nyata dari filosofi pendidikan kami: membentuk seniman yang tidak hanya mahir secara teknis, tetapi juga kuat dalam menyuarakan identitas dan nilai personalnya,” ujar Niluh Komang Aimee Sukesna atau biasa dikenal sebagai Aimee, Kepala Kampus USG Education BSD.
Dalam konser “The Crown”, Queennara membagikan kisahnya, sebuah perjalanan musikal yang ia racik sendiri selama menempuh studi di UIC College of Music. Bertema Empowerment, Elegance, and Emotional Transformation, konser ini menjadi deklarasi jati diri.
“The Crown” adalah simbol perjalanan saya sebagai perempuan, seniman, dan individu yang sedang belajar untuk berdiri tegak dengan cerita dan suara sendiri. Ini bukan semata soal status, tetapi tentang keberanian menjadi diri sendiri di dunia yang terus berubah. UIC College bukan hanya memoles saya untuk meraih cita-cita di industri musik, tapi juga membantu mewujudkan impian saya untuk mengembangkan pengetahuan hingga ke luar negeri,” ujar Queennara.

Konser ini menjadi puncak pencapaian Queennara selama belajar di UIC College BSD, memperlihatkan dedikasi dan perkembangan artistiknya. Sebelumnya, ia juga memukau publik melalui Junior Recital di ZODIAC Jakarta.
Kini dengan skala yang lebih besar, Queennara menggandeng musisi profesional dari band Asian Beat, serta tampil di hadapan tamu-tamu istimewa seperti produser musik, penyanyi, presenter TV, hingga figur publik dan pelaku industri kreatif lainnya.
Queennara, musisi muda dengan suara kuat, visi jujur, dan pesan berani, membawakan karya-karya musik pilihan yang mencerminkan perjalanan emosional dan kepekaan artistiknya. Dari soft rock ballads, cinematic pop, hingga alternative R&B, seluruh komposisi dikemas dalam aransemen live yang teatrikal dan menyentuh. Gedung Kesenian Jakarta, dengan keanggunan klasik dan akustik superiornya, menjadi panggung yang ideal untuk pertunjukan ini.
“The Crown bukan sekadar konser. Ini adalah cermin potensi besar generasi muda Indonesia di industri kreatif dunia,” ungkap Adhirama G. Tusin, CEO USG Education. “Melalui kurikulum berbasis industri dan pengalaman belajar dunia nyata, UIC College membekali siswa dengan lebih dari sekadar ijazah, kami membentuk karakter dan kesiapan untuk bersaing secara global.”
Program-program UIC College memang berfokus pada real-world learning: mulai dari produksi musik, kolaborasi profesional, penciptaan karya orisinal, hingga manajemen diri sebagai artis independen. Semua ini diajarkan langsung oleh para praktisi dan mentor berpengalaman.
“Yang membuat recital ini spesial bukan hanya kualitas musiknya, tapi juga keberanian artistiknya. Queennara membuktikan bahwa musik bisa menjadi tempat membagi rasa, ia menyampaikan cerita, emosi, dan refleksi dengan cara yang menyentuh,” ujar Irman F. Saputra, Koordinator Akademik UIC College Musik.

Dengan ribuan alumni yang kini berkiprah di berbagai belahan dunia, USG Education terus menjalankan misinya: membuka akses pendidikan internasional yang terjangkau, berkualitas, dan relevan untuk masa depan. Melalui program seperti TBI, UJC, Uniprep, UIC College, dan Unistart, USG Education membangun ekosistem pembelajaran menyeluruh, dari tingkat dasar hingga universitas luar negeri.
“Kami di UIC College percaya bahwa pendidikan seni bukan hanya tentang teknik, tapi juga tentang karakter, refleksi diri, dan keberanian mengekspresikan suara personal. Queennara adalah bukti nyata bagaimana siswa kami berkembang menjadi seniman yang otentik dan relevan,” tutup Aimee.
Melalui konser seperti The Crown, UIC College of Music menegaskan komitmennya untuk terus melahirkan generasi seniman Indonesia yang siap menginspirasi dunia melalui karya dan karakter, Karena di sinilah semua mimpi besar bermula.
iLive
Komunitas Salihara Gelar tari “Sloth Canon” bersama T.H.E dan Company 605
Published
7 days agoon
June 29, 2025By
Frans Eko
iMusic.id – Sebuah kolaborasi kelompok tari antara The Human Expression / T.H.E (Singapura) dan Company 605 (Kanada) mempersembahkan karya terbaru mereka dalam pertunjukan “Sloth Canon” pada 28-29 Juni 2025 mendatang.

“Sloth Canon” merupakan hasil gagasan dan koreografi dari Anthea Seah (T.H.E) dan Josh Martin (Company 605), dua figur penting dalam dunia tari kontemporer Asia dan Amerika Utara. Bersama lima penari dari berbagai latar belakang, Brandon Lee Alley, Haruka Leilani Chan, Chang En, Billy Keohavong, dan Rebecca Margolick, pertunjukan ini menafsirkan ulang pertanyaan-pertanyaan mendasar tentang kerja kolektif, tubuh, kecepatan, dan ilusi dalam masyarakat
Koreografi di dalam “Sloth Canon” menceritakan dunia paralel penuh absurditas yang dimasuki oleh para penari, di mana gerak tubuh menjadi representasi dari “ambisi” yang mengalami berbagai turbulensi. Ketika gelembung imajinasi mereka mulai mendekati dunia realitas, karya ini mengajak penonton memasuki dunia yang tidak stabil dengan pikiran magis yang kompulsif.
Sebagai kelompok seni asing, Indonesia menjadi negara pertama dalam tur mereka dan menampilkan karya “Sloth Canon”. Sebelumnya pentas ini perdana dilakukan di negara asal masing-masing kelompok yakni Singapura dan Kanada, Indonesia menjadi negara pertama di luar negara asal mereka–sekaligus wadah baru dalam mempertunjukkan karya seni lintas-benua ini.
“Ini adalah pertama kalinya saya mengenal istilah Komunitas Salihara. Kami sering menggambarkan tim “Sloth Canon” sebagai sebuah peradaban mikro, jadi datang ke komunitas Salihara terasa seperti peradaban yang melayang bertemu dengan peradaban lain yang berakar di ruang ini.

Kami benar-benar antusias bisa membawakan “Sloth Canon” di ruang dan budaya seperti ini, dan yang paling kami tunggu adalah kesempatan untuk berinteraksi langsung dengan komunitas lain yang ada di sini.” ujar Anthea Seah, Koreografer T.H.E dalam merespons pertunjukkan mereka di Teater Salihara.
Hal serupa pun juga dirasakan oleh Josh Martin, Koreografer Company 605 saat ditanya bagaimana reaksi kelompok saat akan membawakan karya ini di Salihara. Menurutnya, pengalaman pertama di Indonesia ini membuat ia ingin bersinergi baik dari segi budaya, lingkungan, hingga ruang pertunjukan dalam mempersembahkan apa yang sudah mereka persiapkan untuk pertunjukan nanti.
“Sloth Canon” akan menemani akhir pekan pengunjung Salihara secara perdana. Untuk bisa menikmati pertunjukan ini, pengunjung bisa melakukan pemesanan tiket di tiket.salihara.org dengan harga Rp110.000 (Umum) dan Rp55.000 (Pelajar).