iMusic
10 Lagu U2 Yang Pas Didengar Bagi Fans Pendatang Baru
Published
7 years agoon
By
iMusiciMusic – Walau sudah 4 dekade malang melintang di industri musik dan telah sukses menjadi salah satu grup Rock terbaik sepanjang masa, kenyataannya hingga detik ini masih lumayan banyak pecinta musik yang tidak terlalu nge-fans dengan grup asal Irlandia ini.
Kalau dipikir wajar sih. Pasalnya, tidak seperti The Beatles, Queen atau Bon Jovi, musik-musik milik U2 sangat unik dan belum tentu semua menyukai. Tapi bukan berarti disini musik-musik milik Bono cs ini tidak bisa dinikmati.
Terbukti cukup banyak lagu-lagu mereka yang asyik dan bisa langsung dinikmati oleh mereka-mereka yang awam atau baru nge-fans dengan grup ini. Nah, bagi kamu-kamu yang mungkin baru mau mengeksplorasi musik-musik mereka, berikut adalah 10 lagu yang saya rasa pas banget untuk dijadikan permulaan.
Dijamin, kalian akan langsung nge-fans habis-habisan!
10. Stay (Faraway, So Close!, 1993)
Diambil dari album Zooropa (1993), lagu yang mengisahkan seorang wanita yang kerap menjadi korban kekerasan rumah tangga ini, memiliki tone dan feel yang sangat adem namun tetap gahar.
Kalau mungkin kamu dulu pernah dan suka mendengar lagu milik grup Indonesia, The Fly yang berjudul “Terbang” (2000), saya yakin, kamu pasti bakalan langsung suka dengan Stay. Kenapa saya katakan demikian? Coba, kamu dengarkan dan bandingkan keduanya. Lumayan mirip bukan?
9. Sweetest Thing (1998)
Mungkin banyak dari kita yang masih menganggap bahwa lagu ini adalah lagu yang dirilis di tahun 1998. Wajarlah, karena faktanya lagu ini dan video klip-nya yang keren dan penuh makna metaforik romantis dirilis di tahun tersebut.
Tapi kenyataannya, lagu yang diambil dari album U2: The Best of 1980-1990 (1998) ini, merupakan lagu yang dibuat di tahun 1987 dan menjadi B-side dari album top mereka, The Joshua Tree (1987).
Anyway, lagu yang pada dasarnya merupakan permohonan maaf Bono terhadap istrinya, Ali Hewson yang mana kala itu, Bono merasa kesal karena harus bekerja di hari ulang tahun istrinya ini, benar-benar “renyah” di telinga dan cukup bluesy.
8. Angel of Harlem (1988)
Lagu yang diambil dari album Rattle & Hum (1988) ini, merupakan tribute terhadap legenda Blues & Jazz, Billie Holiday. Lagu ini bisa dibilang merupakan puncak dari eksplorasi U2 terhadap musik-musik Blues dan Jazz Amerikana. Bahkan bisa dibilang mereka juga menyertakan unusur Motown di dalamnya. Pokoknya renyah banget di telinga.
7. Vertigo (2004)
Lagu ini bisa dibilang merupakan penyempurnaan dari “comeback” U2 ke musik Rock simpel khas mereka. Dibuka dengan ketokan komando stik drum Larry Mullen Jr. lalu dilanjutkan dengan raungan riff gitar gahar The Edge, lagu yang diambil dari album How to Dismantle an Atomic Bomb (2004) ini, langsung membuat kita jingkrak-jingkrak air guitar sendiri ketika mendengarkannya.
6. Elevation (2001)
Saya yakin kamu langsung familiar ketika mendengarkan lagu yang diambil dari album All That You Can’t Leave Behind (2000) ini. Yap lagu yang terdengar sangat gahar ini, merupakan soundtrack dari film adaptasi video game, Lara Croft: Tomb Raider (2001). Aspek lain yang membuat lagu ini begitu keren nan ikonik, adalah teriakan falsetto “Woo” Bono yang mendominasi seluruh lagunya.
5. Beautiful Day (2000)
Sesuai dengan judulnya, “Beautiful Day”, memiliki struktur melodi sempurna. Spesifiknya, dibangun secara perlahan lalu lama-kelamaan, memuncak dan memuncak. Intinya sama seperti proses kita bangun pagi yang tentunya membuat kita menjadi lebih semangat untuk menyambut pembukaan hari baru.
4. Stuck in a Moment (You Can’t Get Out Of) (2001)
Lagu yang merupakan ode terhadap vokalis Rock sekaligus sahabat Bono, Michael Hutchence ini merupakan lagu U2 yang ngetop banget ketika dirilis di awal 2000-an dulu. Pokoknya tidak ada yang tiak tahu lagu ini even mereka yang bukan fans U2. Nah bagi kamu yang barunge-fans, wajib banget bagi kamu untuk mendengarkan lagu ini.
3. Hold Me, Thrill Me, Kiss Me, Kill Me (1995)
https://www.youtube.com/watch?v=IDl1c0nR5SI&t=10s
Sama hal-nya seperti Elevation, kamu juga pasti merasa pernah mendengarkan lagu ini. Terang saja. Lagu ini bersama “Kiss from a Rose milik Seal, adalah lagu yang menjadi soundtrack film Batman Forever (1995) yang dibintangi Val Kilmer sebagai si Ksatria Kegelapan.
“Hold Me, Thrill Me, Kiss Me, Kill Me” benar-benar terdengar sangat badass yang alhasil membuat kita jadi terlupa dengan “kekonyolan” yang ditampilkan filmnya.
2. With or Without You (1987)
https://www.youtube.com/watch?v=wFaoYK89QBY
WOW, siapa yang tidak kenal dengan lagu U2 sejuta umat ini? Semenjak dirilis, lagu yang diambil dari album The Joshua Tree ini, sukses menjadi trademark grup ini. Bahkan ketika kamu menanyakan awam (non-fans) apakah ia tahu atau suka musik U2, saya jamin banget, lagu ini yang langsung terlontar dari mulut mereka.
1. One (1992)
Jujur, saya benar-benar berjuang antara lagu yang diambil dari album Achtung Baby (1991) ini atau With or Without You yang harus menempati posisi puncak. Pasalnya, keduanya merupakan lagu U2 yang sama-sama besar dan populer.
Namun setelah melalui berbagai pertimbangan, akhirnya saya memilih “One”. Hal ini dikarenakan lagu ini seperti kita tahu, memiliki lirik universal yang mengajak kita semua untuk menebarkan cinta dan kasih sayang di dunia ini. Dan tentunya lagu seperti ini, di zaman sekarang lebih dibutuhkan daripada di awal 90an silam.
Kalau dipikir, “ironis positif” juga ya lagu ini sekarang dianggap sebagai algu pemersatu seluruh umat manusia di bumi ini. Karena kalau kalian tahu sejarahnya, “One” sebenarnya lagu yang digubah ketika band ini hampir bubar. Yap, bubar seperti The Beatles.
Untungnya, keempatnya berinisiatif untuk berembuk dan mencurahkannnya melalui lagu ini dan alhasil seperti kita lihat, U2 masih bertahan hingga detik ini. Bisa dijamin kalau lagu ini tidak pernah tercipta, tidak hanya U2 kini sudah menjadi sejarah, juga (mungkin) keadaan dunia semakin kacau balau.
Nah, itulah tadi 10 lagu U2 yang pas untuk didengar bagi kamu-kamu yang mungkin baru mulai nge-fans dengan U2. Seperti yang dikatakan di pembuka, dijamin kesepuluh lagu ini langsung bikin kamu nge-fans.
Tapi kalau memang pada akhirnya kamu masih tidak merasa cocok dengan band ini, ya tentunya tidak mengapa. Toh, selera musik masing-masing individu tidak dapat dipaksakan bukan?
(Mervi)
You may like
iMusic
Band Bandung, Rutinitas Pagi remake lagu hits T-Five bertajuk “Kau”
Published
2 days agoon
December 30, 2025By
Frans Eko
iMusic.id – Band ‘Rutinitas Pagi’ resmi meremaster lagu legendaris “Kau”, karya Yerri Meiryan yang dipopulerkan oleh T-Five. Dalam versi terbarunya, ‘Rutinitas Pagi’ menghadirkan warna musik yang lebih chill, dan fresh, tanpa menghilangkan nuansa romantis yang menjadi ciri khas lagu tersebut.

Proses re-master dan re-interpretasi ini dilakukan dengan penuh kehati-hatian. ‘Rutinitas Pagi’ ingin menjaga kehangatan dan kesederhanaan notasi asli, namun memberikan sentuhan baru melalui produksi yang lebih halus, harmoni minimalis, serta groove santai yang menjadi identitas musik mereka.
“Kami tumbuh bersama lagu-lagu T-Five, dan ‘Kau’ adalah salah satu lagu yang paling membekas. Lewat versi ini, kami ingin memberi penghormatan dan juga memperkenalkan lagu ini kepada generasi baru,” ujar ‘Rutinitas Pagi’ dalam pernyataan resmi.
Aransemen terbaru dari ‘Rutinitas Pagi’ ini memperkuat sisi emosional lagu dengan penggunaan gitar clean bernuansa smooth, synth pad lembut, serta beat yang laid-back. Semua elemen tersebut berpadu menciptakan suasana yang lebih intim, cocok untuk menemani aktifitas para pendengarnya.

Versi remaster “Kau” dari ‘Rutinitas Pagi’ sudah tersedia di seluruh platform musik digital mulai minggu ini.
Tentang Rutinitas Pagi
Rutinitas Pagi adalah band pop modern yang dikenal dengan karakter musik ringan, hangat, dan mudah dinikmati. Mereka menggabungkan unsur pop, R&B, yang menjadi identitas khas dalam setiap rilisan mereka sehingga terdengar easy listening dan relate untuk para pendengarnya.
iMusic
Tiara Andini eksplorasi berbagai lokasi di Singapura untuk video musik “Cinta Seperti Aku”
Published
3 days agoon
December 29, 2025By
Frans Eko
iMusic.id – Setelah merilis albumstudio kedua yang bertajuk “Edelweiss” pada 17 Oktober 2025 lalu, Tiara Andini perkenalkan video musik single “Cinta Seperti Aku” yang merupakansalah satu single dari delapan lagu yang berada di track list album “Edelweiss” tersebut.

Video musik “Cinta Seperti Aku” menampilkan kedalaman emosi dan kedewasaan Tiara Andini dengan latar keindahan lanskap Singapura yang beragam. Lagu ini juga mendapat apresiasi atas liriknya yang menyentuh dan jujur, dipadukan dengan tempo yang santai serta penyampaian yang ekspresif. Sekali lagi, Tiara berhasil mencuri hati para pendengar lewat suara khasnya.
Dalam video musik terbarunya ini Tiara Andini berkolaborasi dengan Singapore Tourism Board yang memvisualisasikan perjalanan Tiara Andini melalui fase patah hati, refleksi, hingga ‘kelahiran kembali’ lewat lanskap ikonik Singapura sebagai cerminan tahapan emosi dalam cinta dan penyembuhan. Melalui kerja sama ini, diharapkan dapat menginspirasi audiens di Indonesia untuk menemukan momen inspiratif mereka sendiri di berbagai sudut Singapura yang berkesan.

Mohamed Hafez Marican, Area Director Singapore Tourism Board Indonesia, mengatakan:
“Kami senang dapat berkolaborasi dengan Tiara Andini untuk menampilkan Singapura melalui video musiknya. Beragam Lokasi mulai dari area tepi perairan hingga atraksi alam menunjukkan tata kota Singapura yang ringkas, di mana beragam pengalaman dapat dijangkau dengan mudah. Lokasi-lokasi ini menggambarkan bagaimana setiap momen di Singapura selalu dekat dan mudah diakses, sehingga pengunjung dapat menciptakan kenangan bermakna dengan effortless.”
Video musik ini mengambil latar di berbagai lokasi di Singapura, termasuk Marina Barrage, Punggol Waterway, Bird Paradise di Mandai Wildlife Reserve, dan Sentosa Sensoryscape. Setiap lokasi menghadirkan karakter yang berbeda mulai dari pemandangan cakrawala terbuka, ruang hijau yang asri, hingga habitat alami yang kaya menciptakan suasana tenang dan imersif yang memperkuat narasi emosional dan reflektif. Dalam potongan behind-the-scenes, Tiara Andini juga membagikan cerita tentang pengalamannya yang singkat namun berkesan selama berada di Singapura, termasuk momen di SkyHelix Sentosa, Asian Civilisations Museum, serta lokasi-lokasi syuting lainnya.

Tiara turut membagikan antusiasmenya saat melakukan syuting di Singapura dan menemukan sisi-sisi baru Singapura yang belum pernah ia lihat sebelumnya,
“Aku senang banget bisa syuting di sini dan aku baru tahu ternyata di Singapura bisa lihat flamingo dari jarak dekat! Beneran dekat. Seru banget,” ujar Tiara.
Sejak perilisan album terbarunya Edelweiss, “Cinta Seperti Aku” menjadi salah satu lagu favorit penggemar berkat nuansanya yang easy listening, melodi yang catchy, serta lirik yang relatable. Lagu ini menggambarkan perasaan seseorang yang terluka dan menyampaikan satu permohonan terakhir agar pasangannya mau berubah.

Untuk semakin mendekatkan diri dengan para penggemar setianya di Indonesia, Tiara Andini juga membagikan hadiah pilihan pribadi dari lokasi-lokasi berkesan di Singapura. Para penggemar dapat ikut serta untuk berkesempatan memenangkan item spesial tersebut, yang masing-masing dipilih langsung oleh Tiara Andini dan ditampilkan dalam video behind-the-scenes miliknya.
iMusic
Perjalanan panjang Edi Kemput di industri musik Indonesia
Published
4 days agoon
December 28, 2025By
Frans Eko
iMusic.id – Di tengah industri musik yang kerap terjebak pada romantisme panggung dan glorifikasi popularitas, Gitaris rock papan atas Indonesia Triwitarto Edi Purnomo atau Edi Kemput hadir sebagai figur yang melampaui batas estetika bunyi.

Edi Kemput yang adalah juga gitaris dari Grassrock ini memaknai musik bukan sekadar ekspresi seni, tetapi sebagai wadah kepedulian, ruang refleksi, dan tanggung jawab moral seorang seniman terhadap sesama dan negaranya.
Lahir di Samarinda, 10 April 1966, Edi Kemput tumbuh bersama denyut perubahan musik Indonesia sejak awal 1980-an. Perjalanan musikalnya dimulai sejak SMP kelas 2, ketika musik masih ia dekati secara polos dan jujur.
“Lagu pertama yang saya mainkan itu lagu anak-anak ‘Naik-Naik ke Puncak Gunung’,” kenang Edi Kemput sambil tersenyum saat di wawancarai wartawan (27/12/2025).
Dari situ, jari-jarinya mulai akrab dengan Akor, hingga suatu hari memainkan lagu ciptaan Rinto Harahap yang dipopulerkan Hetty Koes Endang, fase awal yang perlahan menuntunnya ke dunia musik yang lebih kompleks.
Memasuki SMA Negeri 2 Surabaya, Edi mulai bersentuhan dengan musik instrumen yang kala itu menjadi tren di kalangan pelajar musik.
Sosok Bujana dan band Squirrel menjadi referensi kuat. Bersama rekan-rekannya, ia memainkan karya-karya Indra Lesmana, Alfonso Mouzon, hingga Casiopea.
“Kalau dibilang jazz terlalu luas. Kami menyebutnya lagu-lagu instrumen,” ujar Edi Kemput.
Selepas SMA, Edi sempat menempuh pendidikan di Universitas Dr. Soetomo (Unitomo), Surabaya, jurusan Ilmu Komunikasi (Jurnalistik).
Namun dunia kampus tak mampu menahan lajunya di musik. Ia tidak menyelesaikan studi—karena pada saat yang sama, pintu industri musik mulai terbuka.
Titik balik datang pada 1984, saat Edi bergabung dengan Grass Rock, band yang kemudian menjelma menjadi salah satu ikon rock Indonesia.
Nama “Grass Rock” menyimpan filosofi tersendiri: grass dimaknai sebagai sesuatu yang tumbuh di mana saja—harapan agar musik mereka dapat diterima lintas lapisan sosial.
Mereka mencatat prestasi penting di Festival Log Zelebour, Festival KMSS Jakarta, hingga akhirnya meraih Juara 1 Log Zelebour 1986.
Prestasi individual pun mengiringi :
Edi Kemput – The Best Guitarist (1985 dan 1987)
Rere – The Best Drummer (beberapa tahun berturut-turut)
Mandau – The Best Keyboardist
Puncaknya, Grass Rock dipercaya menjadi band pembuka tur God Bless di 10 kota Indonesia, sebuah legitimasi tak tertulis bahwa mereka telah masuk jajaran elite rock nasional.
Grass Rock merilis lima album dan dua single. Album debut mereka “Peterson (Anak Rembulan)” diproduksi oleh Ian Antono di bawah label Atlantic Records.
Lagu-lagu ciptaan Edi Kemput seperti “Peterson (Anak Rembulan)”, Prasangka”, dan “Bersamamu” menjadi penanda identitas musikal band : melodis, progresif, dan sarat emosi.
Lagu “Bersamamu” diciptakan bersama almarhum Dayan Zmach, sementara “Peterson” menjelma menjadi lagu lintas generasi yang berkali-kali dire-master.

Pada masanya, Grass Rock berdiri sejajar dengan nama-nama besar seperti God Bless, SAS, Makara, Elpamas, dan AKA.
Ia dikenal sebagai gitaris yang diperhitungkan dan kerap menjadi additional player lintas genre, terlibat dalam berbagai proyek besar bersama: Erwin Gutawa Orchestra, Aminoto Kosim Orchestra, Adi MS – Twilite Orchestra, Andi Rianto – Magenta Orchestra, Chrisye, Krisdayanti, Titik DJ, Ruth Sahanaya, Ari Lasso, hingga Iwan Fals & Iwang Noorsaid Band.
Kolaborasinya bersama Iwan Fals dalam album “Orang Gila” menunjukkan fleksibilitas musikal Edi dari rock keras hingga pop progresif kontemporer.
“Yang paling mempengaruhi saya itu Erwin Gutawa. Dia membuka cara pandang bermusik yang lebih luas,” tuturnya.
Namun hidup Edi Kemput tidak berhenti pada panggung dan tepuk tangan. Di balik citra rocker yang kerap dilekatkan pada alkohol, narkoba, dan gaya hidup hedonis ia mengalami titik jenuh. Tahun 2003 menjadi momentum perubahan.
“Capek.. Jiwa capek,” katanya singkat.
Latar keluarga religious ibunya yang aktif dalam kegiatan Nahdlatul Ulama menjadi jangkar yang menahannya dari kehancuran total.
Pernikahan dan kehadiran keluarga menjadi cermin. Perlahan, Edi meninggalkan dunia gelap. Ia berhijrah.
Transformasi itu tidak berhenti pada diri sendiri. Edi kini aktif berbagi ke lapas, komunitas punk, dan kelompok masyarakat yang termarjinalkan. Ia tidak menggurui. Ia berbagi pengalaman hidup.
“Bukan tausiah, tapi sharing,” ujarnya merendah.
Ia terlibat dalam berbagai kegiatan sosial-keagamaan, termasuk “Hijrah Fest Palu 2018”, serta kajian musisi hijrah di berbagai masjid.
Baginya, musik dan iman tidak harus saling meniadakan. Musik, Kepedulian, dan Keikhlasan untuk Sesama
Dalam berbagai momentum solidaritas—termasuk kepedulian untuk saudara-saudara di Sumatera yang tertimpa musibah Edi menegaskan bahwa musik seharusnya hadir sebagai jembatan empati, bukan sekadar seremoni.
“Yang paling penting bukan seberapa besar nilainya, tapi seberapa ikhlas kita berbagi. Di mata Allah, keikhlasan jauh lebih berharga daripada angka,” ujarnya.
Baginya, musik yang dipersembahkan dengan niat tulus untuk meringankan beban sesama adalah bentuk ibadah sosial. Ia menolak menjadikan penderitaan orang lain sebagai alat pencitraan atau kepentingan kelompok.
Edi Kemput juga menyampaikan kritik terbuka kepada pemerintah sebagai pengelola negara. Menurutnya, bencana yang berulang tidak selalu murni kehendak alam, tetapi sering kali lahir dari ketidakjujuran, kelalaian, dan pengelolaan yang tidak amanah.
“Pemimpin harus jujur dan amanah. Kalau tidak, yang selalu menjadi korban adalah rakyat,” tegasnya. Jabatan, bagi Edi, adalah titipan yang kelak harus dipertanggungjawabkan, bukan hanya kepada manusia, tetapi juga kepada Tuhan.
Kini, di usia hampir 60 tahun, Edi Kemput masih memainkan gitar. Namun distorsi itu kini berpadu dengan kesadaran, empati, dan tanggung jawab sosial.
Di tengah negeri yang terus diuji oleh bencana dan krisis kepercayaan, suara Edi Kemput menjadi pengingat bahwa musik, iman, dan keberpihakan pada kemanusiaan seharusnya berjalan seir ingbukan sebagai topeng, melainkan sebagai komitmen hidup.
“Sebagai musisi atau seniman sebaiknya kita jangan hanya berteriak pada kepentingan golongan atau komunitas saja. Memiliki empati juga harusnya luas karena kita punya hati nurani sebagai manusia untuk berbagi pada segala hal, ” tutup Edi Kemput.
Penulis : Beng Aryanto
