Connect with us

iMusic

12 Tahun Vakum, Padi Reborn Akhirnya Rilis Album “Indra Keenam”

Published

on

iMusic – Hampir dua belas tahun lamanya Padi Reborn vakum menelurkan album sejak terakhir ‘Tak Hanya Diam” pada tahun 2007. Kini, penantian akan karya musik band yang beranggotakan Yoyo, Fadly. Piyu, Ari, dan Rindra akhirnya terjawab. Padi Reborn resmi merilis album terbaru mereka bertajuk Indera Keenam. Ini menjadi album keenam Padi Reborn selama 22 tahun perjalanan karir bermusiknya.

Kelahiran album Indera Keenam di bawah naungan Sony Music Entertainment lndonesia (SMEI) ini sekaligus menjadi pembuktian eksistensi Padi Reborn di belantika musik Tanah Air. ]elas tidak mudah bagi Fadly cs untuk kembali ke puncak industri musik sejak mereka non aktif dan kemudian bersatu kembali di tahun 2017 dengan membawa bendera Padi Reborn.

“Album Indera Keenam punya makna yang sangat mendalam. Ini adalah ‘new blood’ bagi eksistensi Padi Reborn di industri musik Indonesia. Bahwa Padi Reborn masih ada dan akan terus berkarya,” tutur Ari.

Indera Keenam berisi delapan lagu. terdiri dari satu lagu baru berjudul “Kau Malaikatku” yang telah lebih dulu dirilis dan tujuh lagu lama yang diaransemen ulang. Padi Reborn menghadirkan dimensi baru pada album ini melalui aransemen musik yang fresh dan berbeda dari album-album terdahulu.

Setiap nomor dalam album ini dikemas dengan konsep akustik dan balutan string sentuhan Denny Chasmala sebagai co-producer. Padi Reborn ingin agar album ini bisa dinikmati kapanpun, dimanapun, dan oleh siapapun.

“Setelah 1 2 tahun tidak merilis album, tentu Padi Reborn ingin hasil terbaik dan juga sesuatu yang baru untuk Sobat Padi. Kami mengaransemen musik pada album ini dengan format akustik, karena ingin karya Padi Reborn bisa dinikmati oleh penikmat musik secara lebih luas lagi,” kata Piyu.

Sementara Fadly mengatakan selepas rilis album lndera Keenam, Padi Reborn juga akan lebih segar dengan penampilan baru. Kebaruan ini akan diterjemahkan dalam semua aspek Padi Reborn. “Ada image baru yang ingin kami ciptakan. Kami terjemahkan mulai dari kostum. performance di panggung, spirit dalam bermusik. dan tentu saja musikalitas kami,“ terang vokalis bernama lengkap Andi Fadly Arifuddin.

Hedi Iskandar selaku A&R Sony Music Entertainment lndonesia mengatakan album Indera Keenam adalah karya monumental Padi Reborn yang ditunggu-tunggu oleh para penikmat musik Indonesia dari berbagai kalangan. “Album Indera Keenam ini lahir dari kebersamaan dan kepercayaan antara Padi Reborn dengan Sony Music Entertainment Indonesia yang sudah bersama-sama selama 20 tahun lebih. Kami berharap album ini akan mendapat sambutan yang hangat dari semua penikmat musik Indonesia,” ujarnya.

Laiknya album-album Padi Reborn terdahulu, ada banyak filosofi dan pemaknaan dalam album Indera Keenam. Inspirasi nama Indera Keenam muncul karena dalam bermusik para personil Padi Reborn tidak hanya menggunakan panca indera saja.

“Selain panca indera, Tuhan sebetulnya memberikan kita satu indera lainnya yang disebut indera keenam. Dalam hal ini, indera keenam kami sebagai musisi adalah kemampuan untuk menghasilkan musik yang indah,” ujar Rindra Noor.

Desain cover album anyar ini pun tak luput dari filosofi serba enam. Dengan latar belakang hitam, angka enam ditampilkan menonjol dalam visual berbentuk hexagonal atau segi enam. “Hexagonal adalah desain dari alam yang punya konstruksi terkuat. Seperti sarang lebah dan sarang laba-laba. Ini juga dimaknai Padi Reborn saat ini punya komposisi yang kuat,” Ari menambahkan.

Dari komposisi personil, Padi Reborn pun saat ini semakin solid dengan adanya tambahan satu personil non musisi. “Padi Reborn saat ini punya manajemen yang lebih solid. Kami melakukan perencanaan dan strategi yang lebih matang untuk memasarkan album dan merebut market musik di era digital saat ini,” tandas Ari. Mengenai pemasaran album, dengan musikalitas dan penampilan baru yang segar, Padi Reborn membidik market musik yang lebih luas dan terbuka lebar.

Surendro Prasetyo atau Yoyo berharap album Indera Keenam ini dapat diterima oleh Sobat Padi dan pecinta musik Indonesia. Konsep aransemen akustik yang ringan akan dapat mengobati kerinduan Sobat padi yang telah lama menanti maupun pendengar millenial yang baru mengenal Padi Reborn.

Album Indera Keenam diluncurkan pada 25 Oktober 2019 dalam konferensi pers di QQ Kopitiam Plaza Indonesia dan dilanjutkan dengan penampilan langsung di Stasiun MRT Bunderan HI. Album Indera Keenam akan dibawakan secara eksklusif dalam acara; Mega Konser “Indera Keenam” Padi Reborn, di studio terbesar di Asia Tenggara, Studio RCTl+ MNC Studios, Kebon jeruk, pada hari Jumat 1 November 2019. (FE)

iMusic

Duet unik for Revenge dan Stand Here Alone lahirkan single “Untuk Kau Yang Ada Disana”

Published

on

iMusic.id – for Revenge bersama Stand Here Alone berkolaborasi dalam dalam single terbaru “Untuk Kau yang Di Sana” (UKYDS). Kolaborasi ini menjadi sangat unik karena perbedaan genre diantara keduanya. for Revenge mengusung rock alternatif, sedangkan Stand Here Alone bergenre pop punk.

Menurut Boniex, vokalis for Revenge, lagu ini adalah tentang kerinduan seseorang terhadap sosok yang sudah lama hilang dari hidupnya. Namun, tidak hanya itu saja, jika ditelaah setiap liriknya, lagu ini lebih jauh bercerita tentang masalah mental seseorang yang merasa sendirian, depresi, dan keberadaannya tidak dianggap oleh sekitarnya.

Ide untuk menyatukan for Revenge dan Stand Here Alone ini lahir lewat pemikiran Boniex sendiri yang memang sudah berniat untuk mencobanya sejak lama.

“Kami sering bertemu di atas panggung dan beberapa kali berkolaborasi di acara off air. Karena itu, aku tertarik untuk mencobanya dalam bentuk single. for Revenge cukup sering berkolaborasi dengan solois, sementara berduet dengan band lain adalah untuk pertama kalinya. Rasanya menjadi tantangan tersendiri dan sebuah pengalaman baru karena tidak hanya sekadar menyanyikannya, tapi single ini juga kami tulis bersama. Terlebih lagi, kolaborasi kali ini akan membawa pendengarnya bernostalgia ke era 2000-an saat band ini berawal,” Boniex menjelaskan.

Taufik Andryyansyah atau yang lebih dikenal dengan nama Mbenk, bassis dan vokalis Stand Here Alone, ikut menceritakan bagaimana mereka bisa bekerja sama dengan band yang juga berasal dari Bandung tersebut.

“Ini berawal dari ajakan Boniex untuk bikin musik bareng. Dia mengirimkan satu demo mentah, yang hanya musik saja, dan mengajak untuk bersama-sama mengerjakan sesuatu yang berbeda. Kami langsung merasa klik dan akhirnya menyusun jadwal workshop buat menulis lirik, menyusun notasi, dan membangun chemistry dari dua dunia musik yang sebenarnya memiliki karakter berbeda, tapi ternyata bisa disatukan. Dari situ, kerja sama ini terasa semakin solid, apa lagi ketika Samuel ikut merampungkan aransemen musiknya. Saat rekaman pun terasa semakin istimewa karena kami pertama kalinya rekaman dengan pengarah vokal dan itu dilakukan langsung oleh Kamga. Benar-benar pengalaman yang sangat baru untuk Stand Here Alone.”Tutur Taufik Andryyansyah.

Senada dengan Mbenk, Boniexmenyebutkan bahwa ada kolaborasi penuh antara kedua band di single ini. “Pengerjaannya berjalan sangat dinamis, mulai dari workshop sampai rekaman. Tapi, yang membuat ini berkesan adalah semuanya terasa mengalir. Untuk tantangannya sendiri, lebih pada menyatukan dua karakter yang berbeda, terutama dari sisi notasi vokal dan penulisan lirik yang dilakukan olehku dan Mbenk. Kami harus bisa menyatukan dua karakter band ini, for Revenge yang emosional dan gloomy dengan Stand Here Alone yang catchy dan enerjik. Untunglah, proses pembuatan single ini berjalan dengan menyenangkan. Serius, tapi tetap santai. Kami memutuskan untuk saling terbuka dan tidak mengedepankan ego sehingga semua berjalan mulus sampai akhirnya UKYDS siap rilis.”

Meski punya dua aliran yang berbeda,Mbenk merasa bahwa beberapa bagian di lagu ini memiliki energi khas Stand Here Alone. “Meskipun dominan dengan nuansa gelap dan lirik yang emosional khas for Revenge, namun spirit pop-punk dari Stand Here Alone tetap ada, seperti segi dinamika, tempo, dan karakter vokal. Di situlah serunya karena kita akan mendengar satu lagu dengan dua rasa. Hasilnya? Jujur, kami semua bangga.”

Bagi Boniex, for Revenge dan Stand Here Alone berhasil menyuntikkan ciri khas mereka masing-masing ke dalam UKYDS. “Stand Here Alone membawa nuansa pop punk yang sangat kental di sini dan ini rasanya pertama kali for Revenge memiliki lagu pop punk. Selain nuansa nostalgia, saat kalian mendengar lagu ini, pasti akan muncul pertanyaan ‘Loh, ini lagu for Revenge?’”

Boniex dan Mbenk pun setuju bahwa proyek ini bisa menunjukkan bahwa kolaborasi lintas band bukanlah hal yang mustahil, bahkan bisa menjadi sesuatu yang segar dan powerful.

“Dua band yang punya ciri khas kuat ternyata bisa menyatu, tanpa saling menutupi identitas masing-masing. Ini bisa menjadi contoh untuk yang lain bahwa kolaborasi bukan tentang siapa yang dominan, tapi bagaimana caranya saling menguatkan. Semoga lagu ini juga bisa menjadi jembatan emosional bagi siapa pun yang sedang kehilangan atau yang pernah mengalami perasaan “tidak bisa menyampaikan sesuatu ke seseorang yang sudah tidak ada”. Tidak hanya itu, kami ingin UKYDS bisa menjadi titik awal bagi karya-karya kolaboratif yang lebih berani ke depannya,” tutup Mbenk.  

Single terbaru for Revengedan Stand Here Alone,Untuk Kau yang Di Sana (UKYDS)”, bisa didengarkan di platform musik digital.

Continue Reading

iMusic

Puluhan tahun berpisah, Trio JemSoy reuni lahirkan EP

Published

on

By

iMusic.id – Trio musisi asal Jakarta dengan entitas “JemSoy” hari ini merilis EP bertajuk “JemSoy” dengan dua track list lagu berjudul “Tuang Rasa” dan “Cinta Telah Berlalu”. Berbeda dengan band atau musisi lain yang sedang marak merilis single – single, JemSoy langsung meluncurkan dua lagu sekaligus ke Digital Store Platform.

Lewat dua lagu mereka tersebut, JemSoy memanfaatkan perkenalan mereka dengan industri musik saat ini mengusung dua lagu bergenre citypop dengan sentuhan jazzy dan sedikit rock pada gitar sambil menonjolkan suasana atau vibe musik era tahun 80 – 90an yang lumayan kental. Selain membangkitkan nostalgia bagi penikmat musik era 80 dan 90an, kedua lagu dari JemSoy ini juga sangat bisa dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat lintas usia karena lagu “Tuang Rasa” dan “Cinta Telah Berlalu” sangat ramah di telinga alias easy listening.

“Tuang Rasa” adalah lagu yang bercerita tentang berharganya sebuah cinta, bahwa cinta itu layak dan harus diperjuangkan dengan segala tantangan dan hambatan yang ada, sementara itu lagu “Cinta Telah Berlalu” berkisah tentang tetang seorang yang harus mengalami sakitnya patah hati yang seolah menjadi sebuah luka yang abadi. Rasa sakit yang menjadi trauma ini akhirnya bermanifestasi dalam penolakan akan cinta yang baru”, tutur Josef Yu, Produser sekaligus gitaris yang menciptakan kedua lagu tersebut

“Saya menulis kedua lagu tersebut, tapi untuk lagu “Tuang Rasa” itu Ekky yang menulis liriknya”, tambah Josef Yu lagi.

JemSoy lahir dari persahabatan ketiga personilnya yaitu Josef Yu (gitar), Franky Hediakto alias Ekky (gitar) dan Michael Pattiradjawane (vokal) yang di tahun 1995 sering menghabiskan waktu bermain futsal hingga nongkrong bareng sambil gitaran. Sejalan dengan perjalanan waktu, mereka berpencar mengikuti ‘panggilan hati’ dalam bermusik, Ekky dan Michael memutuskan untuk bekerja secara profesional di dunia musik dengan membentuk group Band Ungu.

Bergabung di dunia professional bagi mereka berarti mendapatkan kesempatan untuk belajar berbagai hal, memperkaya pengalaman yang akhirnya memiliki kontribusi secara signifikan terhadap perkembangan karir musik mereka. Berbeda dengan Ekky dan Michael, Josef Yu memilih bermusik yang lebih fleksibel sambil menjalani usaha di luar musik.

Sempat 30 tahun berpisah dan saling sibuk dengan aktifitas masing – masing, akhirnya ketiga sahabat ini berhasil kumpul lagi dan membuahkan kolaborasi [Josef Yu sebagai komposer, Ekky sebagai music arranger dan Michael sebagai penyanyi) yang menghasilkan karya berupa dua lagu “Tuang Rasa” dan “Cinta Telah Berlalu”.

Berkumpul kembali sambil memuntahkan kerinduan dan kreatifitas mereka bertiga di studio membuat chemistry puluhan tahun mereka berpisah menjadi muncul kembali dan akhirnya Josef, Ekky dan Michael memutuskan untuk membentuk JemSoy yang nama tersebuit diambil dari beberapa kali mereka bertiga melakukan jamming di studio. Nama JemSoy diambil dari kata Jaming Asoy atau Kolaborasi “Asik” Josef, Ekky dan Michael setelah berkumpul kembali.

Karya terbaru dari JemSoy “Tuang Rasa” dan “Cinta Telah Berlalu” yang di produksi oleh label kami sendiri “JemSoy Music” sudah bisa dinikmati di seluruh Digital Store Platform mulai 16 Juli 2025, sedangkan video musiknya rencana akan segera di buat oleh Josef, Ekky dan Michael secepatnya.

“Kedepannya kita tetap akan melahirkan karya – karya baru untuk menjaga eksistensi kembalinya kita di industri musik Indonesia, dan pastinya kita akan mulai manggung – manggung lagi merayakan kembali berkumpulnya kita dalam sebuah rumah musik bernama JemSoy”, tutup Josef Yu.

Continue Reading

iMusic

Pasangan Canti dan Adipati Dolken rilis single kolaborasi “Tak Sempurna”

Published

on

iMusic.id – Setelah lama hiatus, musisi dan aktris, Canti, resmi kembali dengan single berjudul “Tak Sempurna”. Rilisan kali ini istimewa karena merupakan duet bersama sang suami, aktor kenamaan Adipati Dolken, yang untuk pertama kalinya tampil sebagai penyanyi. “Tak Sempurna” sudah tersedia di seluruh digital streaming platforms.

Dalam lagu ini, Canti dan Adipati Dolken menyuarakan dinamika hubungan yang tidak selalu mulus, namun tetap layak diperjuangkan,

“Tak Sempurna” sangat personal. Kami mau menunjukkan bahwa cinta yang nyata itu bukan soal kesempurnaan, melainkan soal bertahan dan tumbuh bersama,” ujar Adipati Dolken dan Canti.

Ditulis oleh Agustin Oendari dan digubah serta diproduksi oleh Ivan Gojaya, “Tak Sempurna” adalah karya kolaboratif dari sepasang musisi yang dikenal lewat karya-karya duet romantis. Canti dan Adipati Dolken berhasil membawakan lagu ini dengan penuh kemesraan.

Ivan Gojaya sendiri sudah beberapa kali terlibat dalam produksi musik Canti dalam lagu “Sanubariku” dan “Mata Hati”. Bersama Agustin Oendari, Ivan Gojaya pun dikenal lewat karya romantis mereka yang jadi bagian dari soundtrack film Indonesia, antara lain “Selamat Pagi Malam” (film Selamat Pagi Malam), soundtrack film Galih & Ratna, lagu “Percaya” (film Pasutri Gaje), dan lagu “Jarak” serta sejumlah lagu lain di album soundtrack “Akhirat : A Love Story” yang juga dibintangi Adipati Dolken.

Aransemen musik sederhana namun penuh emosi menjadikan lagu “Tak Sempurna dekat dengan siapa saja yang pernah jatuh cinta (dan terluka karenanya). Balutan musik akustik yang ringan, aransemen organik, serta lirik penuh emosi membuat lagu ini tepat untuk playlist romantis, galau, maupun akhir pekan,

“Banyak orang melihat kami seperti selalu bahagia di media sosial. Tapi kenyataannya, kami juga punya hari-hari sulit. Lewat “Tak Sempurna, kami mau bilang bahwa cinta tetap bisa tumbuh meski tidak selalu mudah,” ujar Canti.

Sebagai tambahan kejutan, Adipati juga menyutradarai video musik “Tak Sempurna”. Bersamaan perayaan perilisan digitalnya, video musik “Tak Sempurna” tayang perdana dalam sebuah gelaran release party dan konferensi pers bertajuk “Sore yang Sempurna”, yang diadakan di La Moda Café, Plaza Indonesia, pada 11 Juli 2025. Video musik ini dibintangi oleh Jefri Nichol, Lutesha, serta sepasang bintang tamu spesial yang diungkap saat penayangan perdana.

Lebih dari sekadar karya, “Tak Sempurna” merupakan simbol restu dan dukungan Adipati untuk mengantarkan Canti menuju perjalanan karier bermusik, lewat keterlibatannya sebagai rekan duet, sutradara video musik, terlebih sebagai pasangan yang mencurahkan kasih sayang. Perilisan single ini adalah awal dari rangkaian karya menuju album debut Canti yang akan hadir pada awal 2026.

Continue Reading