iMusic – The Dance Company adalah tentang semangat. Semangat membawa perubahan. The Dance Company adalah band yang secara konstan mencari bentuk. Mencari bentuk, dalam artian tak henti bereksplorasi dalam bidang yang paling mereka kuasai, yaitu musik dan lirik.
Kali ini, The Dance Company ingin bercerita tentang tema ke-mesra-an, yang tidak biasa. Di lagu “Ku Panggil Namamu” ini The Dance Company ingin masuk ke ranah cinta dan kemesraan, yang tidak biasa. Ke-mesra-an terhadap Bumi Pertiwi dan Cinta Tanah Air. Harus diakui, pada awalnya sangat sulit untuk menumpahkan ide dan rasa terhadap lagu dengan tema seperti ini.
The Dance Company mencoba keluar dari cara penulisan lirik yang klise dari tema cinta Tanah Air ini. Ide lagu yang awalnya diinisiasi oleh Nugie, disambut baik oleh ketiga rekan musikalnya, Ariyo Wahab, Baim dan Pongki Barata. Pengalaman mereka berempat dalam menulis lagu, sudah tidak perlu diragukan lagi, percik percik pertengkaran didalam studio ketika lagu ini direkam, adalah pemandangan biasa bagi ke 4 sahabat ini. Mereka bertujuan pada satu hal, melahirkan karya terbaik dalam karir mereka sebagai band.
Baim misalnya, gitaris yang juga mempunyai kemampuan sebagai drummer, sering berbeda pendapat dengan Nugie yang adalah drummer The Dance Company, tentang bagaimana Ritem lagu ini nantinya. Pongki Barata juga termasuk orang yang rewel tentang lirik lagu ini, sering juga terlibat perdebatan sengit dengan 3 member lainnya.
Ariyo Wahab juga mempunyai visi sendiri tentang bagaimana tempo lagu ini misalnya dan tentang pesan apa yang akan dibawa dalam lagu Ku Panggil Namamu ini. Semua masukan adalah masuk akal tapi, juga penuh perdebatan. Hingga akhirnya terlahirlah karya ini dengan segala proses yang mendebarkan. Namun, perdebatan di studio tidak pernah berlanjut di luar studio, semuanya kembali pada tujuan awal yang sama, menjelaskan tentang cinta yang mesra terhadap Bumi Pertiwi
Secara visual, video klip lagu ini juga dibuat secara simbolis oleh sutradara Eman Pradipta, seorang sineas yang sudah bersama The Dance Company dari hari pertama mereka membuat video klip Papa Rock N Roll di tahun 2009. Sosok Bumi Pertiwi digambarkan dengan kehadiran wanita cantik dengan wajah natural Indonesia. Ariyo Wahab, menari-nari mesra memuja sosok itu.
Apabila pada akhirnya lagu atau video ini bisa menjadi wakil dari semangat kita semua dalam mencintai Bumi Pertiwi, itu adalah bonus bagi The Dance Company, namun yang terpenting adalah; The Dance Company sebagai salah satu band papan atas Indonesia yang unik keberadaannya, telah ikut berhasil menyumbangkan karya terbarunya “Ku Panggil Namamu” untuk NUSANTARA dan INDONESIA. (FE)
iMusic.id – Dunia musik pop menyambut kehadiran bintang baru. Hari ini, “Papion”, group vokal dengan konsep tak terbatas, secara resmi diperkenalkan kepada publik dalam sebuah showcase perdana di Jakarta, menandai langkah awal perjalanan mereka.
Nama “Papion” terinspirasi dari kata ‘Papillon’ dalam Bahasa Prancis yang berarti ‘kupu-kupu’, sebagai simbol keberagaman, kebebasan, dan metamorfosis. Seperti kupu-kupu yang baru keluar dari kepompong, “Papion” hadir membawa semangat transformasi dan keberanian untuk terbang melampaui batas-batas geografis dan budaya.
Konsep tak terbatas dari “Papion” dapat dicapai karena potensi yang berbeda-beda dari tiap anggotanya. Dengan lima talenta dari tiga negara, yakni Angel, Naufa dan Farah dari Indonesia, Ponn dari Thailand dan Naia dari Amerika Serikat.
“Papion” terbentuk dari latar belakang, karakter, dan keunikan yang berbeda. Inilah yang menjadi kekuatan utama mereka: Angel (Indonesia): Mantan model fashion yang artistik dan fasih berbahasa Mandarin, Ponn (Thailand): Sosok pemalu dan manis dengan kemampuan dance tingkat tinggi, Naufa (Indonesia): Termuda, bertalenta serba bisa dengan pesona androgini. Naia (Amerika Serikat): Vokalis kuat dengan wawasan yang luas dan jago bermain game serta Farah (Indonesia): Representasi sisi feminin yang lembut, hangat, dan penuh perhatian.
“Papion” adalah wujud dari mimpi besar yang lahir di Indonesia, dibentuk oleh talenta dari berbagai negara, dan dipersiapkan bersama para staff dengan standar internasional,” cerita Naufa.
Kehadiran mereka bukan sekadar proyek musik, tetapi juga wujud kolaborasi lintas budaya yang membawa warna baru dalam industri hiburan. “Papion” tidak terikat pada satu konsep; mereka dirancang untuk terus bermetamorfosis di setiap karya, mengejutkan, bereksperimen, dan bertransformasi seiring waktu.
“Aku masih nggak percaya akhirnya hari ini tiba. Ini baru permulaan dan kami siap tumbuh bersama kalian,” cerita Ponn.
Sebelum resmi debut, “Papion” telah merilis dua single yang kini tersedia di berbagai platform digital yaitu “Push The Button”, Lagu debut ber-genre retro city pop dengan nuansa beautiful sadness, menggambarkan kegelisahan dan keberanian anak muda dalam mengambil langkah besar dan “Song from My Heart”, Lagu kedua yang hangat, ringan, dan membumi, merayakan nilai persahabatan dengan lirik seperti “no matter where you wanna go, just know that you got me.” Lagu ini juga menjadi soundtrack resmi kampanye Pocari Sweat, memperkuat citra “Papion” sebagai wajah generasi aktif dan penuh semangat.
Dua lagu ini diproduksi oleh musisi ternama asal Jepang, Ryo ‘LEFTY’ Miyata, dengan koreografi dari Park Jihyo, koreografer kenamaan asal Korea Selatan. Kolaborasi ini menunjukkan bahwa “Papion” dibentuk dengan standar global sejak awal.
Showcase perdana mereka di Jakarta bukan hanya penampilan langsung pertama, tetapi juga momen pengenalan potensi penuh yang siap mereka tampilkan di atas panggung. Saat momentum terus membangun, “Papion” juga tengah mempersiapkan single ketiga, sebuah transformasi baru yang akan memperkuat identitas mereka sebagai grup yang tak henti berevolusi.
“Papion” akan terus menyajikan musik dan konsep dalam berbagai genre yang menyuarakan perasaan generasi muda, “Papion” siap menjadi wajah baru dalam industri musik pop. Saksikan mereka terbang, karena setiap rilisan akan selalu menghadirkan kejutan.
iMusic.id – Sejak terbentuk pada 2021, Billkiss, band pop / indie asal Bogor ini selalu menawarkan warna musik yang personal, jujur, dan emosional. Beranggotakan Maulin (vokal), Qpot (gitar), dan Helvi Eriyanti (bass), mereka menghadirkan karya-karya yang kerap lahir dari pengalaman pribadi maupun cerita orang terdekat. Tak heran jika tiap lagu terasa begitu intim dan menyentuh.
Billkiss mencuri perhatian lewat sejumlah singel kuat. Salah satunya adalah single “La Gila” (2022), sebuah pengakuan jujur tentang seseorang yang tak kunjung hilang dari ingatan. Liriknya ditulis oleh Helvi dan diaransemen secara sederhana namun efektif, dibantu oleh Acoy, gitaris dari Rocker Kasarunk sebagai music director.
Mereka melanjutkan perjalanan dengan single “Rela” (2024), lagu yang lahir dari kisah cinta segi empat milik seorang teman. Maulin menyanyikannya dengan penuh perasaan, membawa pendengar masuk dalam dilema melepaskan meski hati masih menggenggam.
Pada awal 2024, Billkiss merilis “Kamu Siapa”, lagu tentang ketidakpedulian pasangan yang pergi begitu saja. Helvi kembali menumpahkan rasa kecewa ke dalam lirik, kali ini ditambah warna baru lewat kolaborasi dengan Deirda Tahier, putra dari vokalis band Element, yang menyisipkan part rap dan memberi dimensi berbeda pada lagu ini. Pesannya jelas : belajarlah bahagia tanpa harus bergantung pada cinta yang tak membalas.
Rilisan teranyar mereka, “Tahta”, adalah refleksi kerinduan akan “rumah” dari seorang perantau. Lagu ini menjadi sekuel dari singel sebelumnya, “Aku Kamu Tau”, dan digarap bersama sejumlah musisi seperti Juna (keyboard), Faza (drum), hingga Buyung (mixing). “Tahta” juga diproyeksikan masuk dalam album penuh perdana mereka.
Musik Billkiss bertumpu pada tema cinta, kehilangan, dan kerinduan, hal-hal yang sangat manusiawi. Mereka mengusung gaya pop dengan sentuhan city pop dan indie modern yang catchy tapi tetap mendalam. Lirik-liriknya bersumber langsung dari pengalaman anggota band, membuat tiap lagu seolah menyuarakan isi hati banyak orang.
Meski sempat ditinggal satu personil, kini Billkiss tetap solid dengan duo Helvi dan Maulin yang konsisten menciptakan karya. Dinamika kreatif antara keduanya kadang penuh tantangan, namun justru memperkaya karakter musikal mereka.
Kabarnya, Billkiss sedang menyiapkan album penuh pertama, dengan “La Gila”, “Rela”, dan “Tahta” sebagai bagian dari konsep besar yang mereka sebut sebagai “universe kehidupan.” Setiap lagu menjadi potongan puzzle dari narasi yang saling terhubung.
Dengan karakter khas, kolaborasi lintas musisi, serta keberanian untuk tampil jujur, Billkiss tumbuh menjadi salah satu band pop indie lokal yang layak diperhitungkan.
Musik mereka bukan sekadar enak didengar, tapi juga mengajak pendengar untuk merasa dan itu yang membuat mereka istimewa.
iMusic.id – Sandhy Sondoro penyanyi legendaris Indonesia kembali mengelar sebuah konser music di Lufre Bar & Lounge Senopati, Jakarta Selatan bertajuk Intimate Night with Sandhy Sondoro: Tribute to 80’s & 90’s Hits itu bakal menyatukan nostalgia lagu-lagu hit tahun 80-an dan 90-an serta atmosfer urban yang chic.
“Saat pertama kali ke sini, Lufre ini keren dari segi sound hingga arsitekturnya. Benar-benar dipikirkan terkonsep dan maksimal. Dari situ terus tercetus bikin konsep ‘Intimate Concert’. Membawakan lagu-lagu hits 80-an dan 90-an, Lagu-lagu barat.seperti Toto, Michael Bolton, Bryan Adam tapi dengan aransemen yang fresh. Tapi lagu gubahan saya sendiri seperti “Tak Pernah Padam” dan “Malam Biru” kita bawakan karena memang punya memori sendiri untuk kita semua. Akhirnya sering ke sini, dan diajak untuk Tribute to 80’s & 90’s Hits,” kata Sandhy Sondoro di Lufre Senopati, Jakarta Selatan, Selasa (29/7/2025).
Tampil dengan konsep full band atau Live band performance, Sandhy Sondoro akan membawa energi organic penuh kebersamaan di atas panggung yang intim, hangat dan menyentuh. Konsep ini akan membawa penonton melintasi decade dari hits nostalgia bersama musik dari musisi seperti Toto, Michael Bolton, Bryan Adam, hinggal lagu-lagu lokal yang penuh getar kenangan. Konsep live band intimate yang dihadirkan akan memperkaya interaksi antara penampil dengan penonton secara dekat dan penuh kehangatan, tidak formal.
Yang membuat konser intimate ini berbeda adalah tema fokus acara pada penghormatan lagu-lagu klasik 80-an dan 90-an sehingga memberikan pengalaman nostalgia bagi audiens dewasa yang tumbuh di era tersebut. Selain itu juga daya Tarik edukatif bagi generasi muda yang penasaran dengan musik ‘Golden Era’. Dengan konsep elegan dan kekinian tetapi tidak heboh, menciptakan mood yang tepat untuk berjelajah dalam kenangan sambil menikmati hidangan signature.
“Karena ini volume satu pastinya akan ada volume-volume berikutnya, volume dua, tiga dan seterusnya. Setelah ketemu Om Sandhy juga, tercetus bikin satu acara yang mantap, untuk kalangan circle nya Lufre. Kita sadar tempat kita gak besar-besar amat. Yang harus kita dapetin itu ‘intimate’-nya.”ujar Robert Franz selaku perwakilan Lufre dan EO.
“Dari awal obrolan dengan Pak Toni, akhirnya menghasilkan konser intimate itu ya; Sebelunya kita Lufre itu kok cocok ya sama Sandhy yaitu entertainmentnya, dari audio, akustiknya. Akhir dari sering ke sini, kita ngobrol untuk bikin konser intimate, tribute, volume satu sampai empat, langsung direspon sama Pak Robert dan Pak Toni. Terus kita bikin preskon untuk memperkenalkan tempat ini juga asik, keren. Kita bikin konser Tribute musik-musik 80,90 dengan aransemen terbaru. Ada sampai 14 lagu.”kata Eno dari Manajemen Malam Biru Kreatif juga menjelaskan konsep konser ‘Intimate Night with Sandhy Sondoro,
Antonius Leonardi sebagai perwakilan owner Lufre juga mengungkapkan tentang Lufre, “Tempat ini kita bangun harus intimate untuk 100, 150 maksimal 200 orang. Jadi kita meminta jajaran para founder dan tim-tim kami untuk mengenal satu sama lain. Makanya kita angkat ‘intimatenya’. Malam nanti tanggal 31 kita kasih judul ‘Intimate with Sandhy Sondoro’. Berangkat dari lagu 80 dan 90, kita dulu pengen ‘sing a long’, gak cuma joget-joget, kita rasakan dalamnya kata-kata. Dari situ kita berangkat. Untuk interior tempat ini kita berangkat dari gothic ya. Untuk alasan memilih Sandhy di konser nanti, Om Sandhy dalam bermusik ‘classy’ lah, sangat berkelas.”
‘Intimate Night with Sandhy Sondoro : Tribute to 80’s & 90’s Hits’ akan berlangsung pada hari Kamis, 31 Juli 2025 di LUFRE Bar & Lounge, Jakarta Selatan. Dikenal sebagai bar ikonik di Jalan Senopati atau sering disebut Senoparty oleh generasi millennial dan Gen-Z, LUFRE adalah destinasi nightlife Jakarta Selatan yang memikat sejak pertama kali dibuka dengan desain interior dominan merah bernuansa api layaknya karya visual avant garde, mencerminkan filosofi mereka, ‘A Place to Show Hidden Side’.
Dalam sesi konferensi pers hadir penyanyi Sandhy Sondoro, Antonius Rionardi selaku perwakilan owner Lufre, Robert Franz selaku perwakilan Lufre dan EO, Rizki perwakilan Lufre dan Eno dari Manajemen Malam Biru Kreatif.
LUFRE Bar & Lounge yang bertempat di Jalan Senopati No. 65 atau Jalan Suryo No.44 setelah relokasi baru-baru ini, sering menjadi venue live music dengan lineup band lokal dan penikmat setia yang haus akan pengalaman hangout yang elegan, dramatis namun tetap nyaman. Dekornya yang dramatis, tema api dan gothic, berpadu dengan tata penerangan hangat, menciptakan suasana bar modern yang artistic dan memancing ekspresi personal.