iMusic – FNF, kependekan dari Frank
N’ Friends; nama untuk sebuah proyek musik yang diinisiasi oleh Pepeng NAIF
yang bernama asli Franki Indrasmoro Sumbodo. Sapaan akrab Pepeng sejak kecil
adalah Frank – sebelum akhirnya di
masa remaja kerap dipanggil Pepeng.
Pepeng, yang berposisi sebagai drummer di band NAIF, adalah juga
seorang penulis lagu. Tidak sedikit karya lagu NAIF yang merupakan hasil
kreasinya. Sebutlah Posesif, Benci Untuk Mencinta, Mobil Balap, dan Piknik ’72. Lagu-lagu itu – dan masih banyak lagu NAIF lainnya –
adalah buah karya Pepeng. Beberapa ia tulis sendiri, dan beberapa ditulisnya
bersama tiga rekannya di NAIF. Dan melalui FNF, Pepeng menuangkan karya-karya
musik yang bisa dibilang memperkenalkan sisi lain dirinya; yang bahkan – bisa
jadi – justru adalah jati dirinya.
Pada awalnya FNF sudah Pepeng jalankan
tahun 2008 silam. Intinya adalah membuat album musik karya solo yang ia mainkan
bersama teman-temannya. Namun dulu terhenti di pertengahan jalan, akibat banyak
faktor. Salah satunya tentunya kesibukan dirinya di NAIF, apalagi ditambah
dengan kesibukannya di industri novel grafis dan cerita gambar yang ia tekuni
sejak tahun 2009.
Dalam proyek FNF, Pepeng
menonjolkan sisi senimannya sebagai penulis lagu. Bukan sebagai pemain drum. Dan
kini, di tahun 2019, sebelas tahun kemudian setelah gerakan awal FNF, tepatnya 30
November, akhirnya satu lagu FNF dirilis. Satu
Hal, judulnya. Diiringi oleh Muhammad Arief Bakrie dari Rumahsakit – band indie senior asal Jakarta – pada vokal,
Agus Budhi Prasetyo pada gitar, Hanafi Imamusu pada bass, dan Catur
Septembrianto sebagai pemain kibor sekaligus co-Producer, Pepeng memainkan dan memproduseri lagu Satu Hal yang ia tulis tahun 2010 silam
itu, bekerjasama dengan TenT Music Studio.
Dirilis dalam format digital dan
tersedia di semua layanan musik digital, Satu
Hal dipastikan adalah merupakan single
pertama dari perjalanan FNF sampai setahun ke depan.
“Ini adalah program yang cukup
panjang. Idealnya album FNF nanti akan berbentuk fisik, tapi awalnya dirilis dulu
per single digital setiap dua bulan
sekali sampai enam lagu terlempar,” papar Pepeng, “dan insya Allah akan diakhiri dengan full album fisiknya yang berisi enam lagu itu, plus beberapa materi
lainnya. Featuring siapa saja? Tunggu
kabar selanjutnya.” (FE)
iMusic.id – Band modern rock alternative bernuansa emo asal Kota Batik, Tears Don’t Lie, kembali menghadirkan karya emosional yang menyentuh hati. Kali ini, mereka merilis single ketiga bersama dengan musik video berjudul “Hancur” yang secara resmi dirilis pada 30 Juni 2025.
Dalam lagu ini, Tears Don’t Lie menggandeng Savira Razak, mantan vokalis Killing Me Inside, untuk ikut duet mengisi bagian vokal. Kehadiran Savira memberikan warna baru yang kuat, emosional, dan penuh luka, sangat cocok dengan nuansa gelap lagu ini.
“Hancur” bercerita tentang seseorang yang kehilangan cinta sejatinya, bukan karena perpisahan biasa, melainkan karena sang kekasih telah pergi untuk selamanya. Lagu ini membingkai kesedihan mendalam saat seseorang mencoba menerima kenyataan pahit bahwa orang yang dicintai tak akan pernah kembali. Dengan aransemen yang dramatis dan lirik yang menggugah, Tears Don’t Lieberhasil menyampaikan rasa duka dengan cara yang indah namun tetap emosional.
Formasi band Tears Don’t Lie saat ini terdiri dari: Oji (Vocals), Didi (Gitar), Ekky (Gitar + Vokal), Tegar (Bass), Tommy (Gitar), dan Yunan (Drum).
Tak hanya menghadirkan kolaborasi vokal, dalam produksi lagu ini Tears Don’t Lie juga bekerja sama dengan Ian Natha dari PolarityAudio sebagai Co-Producer, yang berhasil menambahkan elemen modern dan kedalaman emosional ke dalam komposisi lagu, menjadikannya salah satu karya paling matang dalam diskografi band ini sejauh ini.
Dengan paduan rock alternatif, sentuhan emo, serta produksi modern, “Hancur” diharapkan bisa menjadi soundtrack bagi mereka yang pernah kehilangan dan masih mencoba untuk bangkit.
“Hancur” is here, a new anthem born from pain, wrapped in distortion and honesty. Only from Tears Don’t Lie. Single dan Music Video “Hancur” sudah tersedia di berbagai platform streaming musik digital, seperti Spotify, Apple Music, dan YouTube Music, mulai tanggal 30 Juni 2025.
iMusic.id – Semakin dewasa, semakin banyak belajar bahwa apa yang dilakukan selama ini tidak selalu berhasil, proses ini pasti dilewati banyak orang. Assia Keva merilis sebuah lagu dari pengalaman pribadi tentang hubungan dengan sang ayah.
Lagu ini bikin kita merefleksikan diri dan memulai membuka lembaran baru bagi siapa pun yang pernah mengalami retaknya hubungan karena miskomunikasi, atau mungkin karena ego tak terkendali.
Lagu berjudul “Can We Be Friends Again ?”, ditulis dan diproduseri oleh Pamungkas, Musisi dan Pelantun To The Bone, Kenangan Manis, Monolog.
Ditulis sebagai surat permintaan maaf yang jujur ditujukan untuk ayah, “Can We Be Friends Again?” berbicara tentang keinginan memperbaiki sebuah hubungan entah itu hubungan cinta, pertemanan, atau keluarga yang sempat hancur karena ketidaksiapan emosional di masa lalu.
“Kadang kita butuh waktu lebih lama untuk mengerti, butuh versi baru dari diri sendiri untuk bisa menghargai apa yang dulu kita abaikan,” ungkap Assia.
Lewat lirik yang reflektif seperti sedang melakukan percakapan, Assia Keva menghadirkan kehangatan yang membalut luka. Lagu ini menjadi semacam pelukan emosional bagi siapa pun yang pernah kehilangan seseorang karena pilihan yang disesali namun diam-diam masih menyimpan harapan untuk memberi ruang kedua.
“Lagu ini bukan tentang kembali ke masa lalu,” lanjutnya, “tapi tentang belajar menjadi versi diri yang lebih baik dan mungkin, membuka kesempatan kedua.”
Dengan “Can We Be Friends Again ?”, Assia Keva sekali lagi menunjukkan kemampuannya merangkum emosi kompleks dalam karya yang sederhana, jujur. (FE)
iMusic.id – Grup musik Elektronik Weird Genius kembali mengguncang industri musik dengan kolaborasi energik bersama rapper naik daun PB GLAS. Sebuah single yang menyuguhkan genre Hard Techno dengan gabungan elemen psytrance. Lagu ini memancarkan nuansa yang gelap, menghipnotis, sangar, dan agresif.
Diproduksi oleh Reza Oktovian, Eka Gustiwana, dan Roy Leonard dan ditulis oleh Natalia Phoebe (PB GLAS), ‘Witch Hunt’ menggambarkan seseorang yang diburu oleh masyarakat, mengekspresikan perkembangan emosi dari kesenangan, kegilaan, amarah, yang semuanya bercampur menjadi satu. Ide ‘Witch Hunt’ menurut PB berasal dari masa ketika perempuan dituduh, dan dituntut sebagai penyihir karena kebencian terhadap marginalisasi sosial & gender.
‘It’s a hunting game’, permainan berburu ini diungkapkan dengan lirik yang padat dan mengalir oleh PB GLAS, mendorong pendengar untuk ikut serta dalam permainan berburu yang disuguhkan dengan alunan musik bertempo tinggi.
Sudah menjadi tradisi bagi Weird Genius dalam mencari talenta baru dan berpotensi tinggi, dan kali ini, trio aneh tapi jenius ini menampilkan ‘PB GLAS’ sebagai kandidat yang memberikan warna baru dalam musik Weird Genius. Dengan memadukan aransemen berintensitas tinggi serta paduan vokal PB GLAS yang intens, menjadikan ‘Witch Hunt’ sebagai pernyataan arah baru mereka. (FE)