iMusic – Musisi muda usia asal Bogor,
Muhammad Syauqi Hafidz merilis single perdananya
berjudul “Subhanallah“. Single dalam format religi yang
diluncurkan sebagai salah satu bukti keseriusan Syauqi menekuni dunia musik
yang sudah dicintainya sejak kecil.
Dikenal sebagai pianis muda kota hujan,
Syauqi tak sungkan menjajal kemampuan olah vokal-nya. Ia menyanyikan lagunya sendiri
yang diciptakannya bersama musisi senior tanah air. Lagu berjudul “Subhanallah” merupakan karya kolaborasinya
dengan musisi senior Aching Nur. Sebuah lagu yang sarat pesan-pesan baik untuk dunia dan Indonesia,
khususnya dalam keadaan saat sekarang ini. Pesan untuk lebih kuat dan
mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Muhammad
Syauqi Hafidz mulai mengenal musik sejak duduk di kelas 5 SD, saat sang Ayah
memberinya sebuah alat musik keyboard untuk bermain. Siapa sangka, dibalik
sosok pendiamnya, Syauqi memiliki minat tinggi untuk belajar piano secara privat. Lantas, Demi
memperbaiki kemampuan memainkan piano, ia masih mengasah teknik piano
klasik-nya di JSSP Arts (Jaya Suprana School of Performing Arts).
Tak heran jika 3 tahun lalu pada usia 13 tahun ia
sudah memiliki keberanian menggelar resital solo piano di Bogor. Hingga
kini sudah 3 kali resital solo piano disuguhkannya, itupun diluar berbagai
undangan tampil lainnya.
Kini dalam konsep yang berbeda Syauqi kembali
unjuk kebolehan dengan dengan mencipta dan menyanyikan karya lagu berjudul “Subhanallah”.
“Lagunya sebenarnya menceritakan tentang
bagaimana kita sama-sama istiqomah, sama-sama tobat, sama-sama kembali ke jalan
Allah,” ungkap Syauqi.
Bagi
Syauqi terjun ke dunia tarik suara
merupakan tantangan sekaligus proses penguatan talenta musik yang dimilikinya. Adalah musisi
Aching Nur yang mendorongnya untuk lebih berani tampil dan berkarya. Setelah
sebelumnya ia melihat bagaimana Syauqi memiliki keinginan kuat untuk menjadi
seorang musisi.”Syauqi
ini sudah bagus sekali, dia kuat sekali untuk jadi seorang musisi yang baik dan
bagus,” jelasnya.
Kolaborasi keduanya telah memberikan kekuatan
lagu “Subhanallah” yang tak hanya
baik untuk cerminan remaja seusianya, namun juga kalangan umum yang merasa tergugah
dengan lagunya. Apalagi dalam situasi cobaan seperti pandemi saat
sekarang ini.
“Mudah-mudahan
akan jadi manfaat kedepan, dalam keadaan dunia khususnya Indonesia seperti
sekarang ini. Kita akan lebih kuat untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT,”
tambah Aching Nur.
Proses
perekaman dilakukan di Black Rose Studio Bogor dengan melibatkan arranger Bagas Tone, yang
sekaligus mengisi bagian instrumen musik gitar bersama
Syauqi (piano), Iyan (bassis) dan Aching Nur (drum). Kemampuan Syauqi menyanyikan lagunya menuai
pujian tersendiri dari Bagas. “Pas take vokal
tidak ada kesulitan besar, overall lancar aja, Syauqi punya talenta yang bagus.
Dia mungkin 2-3 tahun lagi bisa sangat “berbahaya”, katanya.
Single “Subhanallah”
telah diciptakan sebelum kondisi pandemi Covid-19 menerpa Indonesia. Meski demikian
tema yang disampaikan dirasa cukup relevan.
Semoga lagu ini bisa diterima masyarakat dan mereka yang mendengarkannya semakin dikuatkan dalam upaya menghadapi situasi pandemi. (FE)
iMusic.id – Sulit rasanya menutup mata dari lagu ini. Ada kejujuran yang berdesir pelan di balik nada riang “Kura-Kura”, kolaborasi antara Stand Here Alone (SHA) dan Tresno, sang vokalis legendaris Tipe-X. Lagu ini bukan sekadar kisah patah hati yang dibungkus jenaka, tapi semacam pengakuan halus bahwa cinta memang kerap berakhir dengan cara yang tidak gagah-gagah amat. Kadang lucu, getir, bahkan absurd. Seperti kisah pria yang ditinggal kekasihnya demi seseorang yang, entah kenapa, “berwajah seperti kura-kura.”
Namun justru di situlah letak keindahannya. “Kura-Kura” adalah cara Stand Here Alone dan Tresno mengubah duka jadi tawa, mengubah kecewa jadi bahan bakar untuk bernyanyi lebih kencang. Mereka seperti ingin bilang: jangan gentar meskipun ditikung reptil, sebab bahkan orang dengan paras hewan melata pun kadang bisa mengajari kita cara menerima nasib dengan elegan, patah hati tidak lagi tentang meneteskan air mata, tapi menghasilkan nada-nada yang membuat dada sesak dan bibir tersenyum di waktu yang sama.
Lagu kolaborasi Stand Here Alone dengan Tresno ini, dengan segala kesederhanaannya, mengingatkan bahwa kita tak berhak untuk dibuat sedih. Dunia sudah terlalu riuh untuk ditambahi keluh kesah yang tidak perlu. “Kura-Kura” hadir seperti kawan lama yang menepuk bahu, berkata pelan: sudahlah, tidak semua janji harus ditepati, tidak semua cinta harus berakhir bahagia, dan tidak semua luka harus disembuhkan, beberapa cukup ditertawakan.
Melalui proyek Album Nusantara, Stand Here Alone menunjukkan bahwa punk dan ska tak melulu soal pemberontakan, tapi juga tentang kelapangan hati. “Kura-Kura” menjadi semacam pernyataan lembut bahwa kehilangan bisa seindah pertemuan, bahwa humor adalah selimut terbaik bagi hati yang pernah robek, dan bahwa hidup, betapapun kejamnya, masih pantas ditertawakan, terutama ketika cinta pergi bersama seseorang yang bahkan kura-kura pun mungkin enggan bercermin padanya.
Single “Kura-Kura” sudah tersedia di seluruh platform digital dan video musiknya dapat disaksikan di kanal YouTube resmi Stand Here Alone.
iMusic.id – Setelah merilis single perdana berjudul “Ku Rindu” ciptaan Andri Ikola, penyanyi sekaligus penulis lagu Sundari Gasong kini memperkenalkan karya terbarunya bertajuk “Sedih” sebagai single kedua. Berbeda dari karya sebelumnya, lagu ini merupakan ciptaan Sundari sendiri.
“Penggarapan single kedua ini tidak jauh berbeda dengan proses single pertama. Aku tetap mempercayakan Debios Ikola sebagai Music Director dan Sis Akbar untuk proses mixing dan mastering. Aku juga tetap berdiskusi dengan kakak kandungku, Andri Ikola, hingga lagu “Sedih” siap dirilis,” ujar Sundari Gasong.
Lagu “Sedih” pertama kali ditulis Sundari Gasong pada tahun 2009. Lagu ini mengangkat kisah tentang kesedihan seorang jomblo yang memendam perasaan cinta tanpa keberanian untuk mengungkapkan.
“Lagu ini sebenarnya dibuat untuk adik kelas aku, Mega F. Yohana, alumni SMAN 1 Boedoet Jakarta angkatan 2008. Terinspirasi dari seorang laki-laki yang dulu menjadi pemujanya,” tutur Sundari Gasong.
Dalam single ini, Sundari sengaja menghadirkan konsep musik yang sederhana, agar pendengar dapat lebih merasakan emosi sedih yang menjadi inti cerita lagu tersebut.
Single “Sedih” resmi dirilis pada 12 Desember 2025 di seluruh digital music platform. Sementara video musiknya akan menyusul dan direncanakan tayang di kanal YouTube resmi Sundari Gasong setelah proses produksi rampung.
Sundari juga menyampaikan pesan khusus kepada pendengar:
“Buat para jomblo, cobain deh dengerin lagu ini pas lagi sedih. Insya Allah sedihnya dapet.”
iMusic.id – Setelah lebih 2 dekade bersama, 7 album studio dan sederet single lepasan, The Rain masih bertahan dengan formasi awal sejak berdiri pada tahun 2001. Indra Prasta (vokal, gitar), Iwan Tanda (gitar, vokal), Ipul Bahri (bass, vokal) dan Aang Anggoro (drum, vokal).
Akhir November 2025, beberapa minggu menjelang ulang tahun The Rain ke- 24, grup asal Yogyakarta ini merilis sebuah single baru berjudul “Cerita yang Tersimpan”.
“Salah satu cara kami bersyukur masih diberi umur dan tetap bersama selama ini adalah dengan berkumpul dan melahirkan karya baru, ini juga wujud terima kasih kami pada teman-teman yang menggemari lagu-lagu The Rain selama ini, pada para The Rainkeepers”, ujar Indra.
Dari balutan aransemennya, lagu anyar The Rain ini terdengar seperti mesin waktu yang membawa pendengar ke akhir dekade 80-an. “Kami mencoba beberapa aransemen untuk lagu ini dan ternyata rasanya paling cocok dibawa ke era 80-an,” ujar Iwan.
Di studio, mereka bernostalgia mendengarkan lagu-lagu dari Richard Marx dan Def Leppard sebagai referensi saat mengerjakan aransemen lagu ini.
“Dulu saat remaja, kami memang tumbuh dengan lagu-lagu di era tersebut, jadi tak sulit untuk menghadirkan kembali nuansanya lewat lagu ini,” tambah Ipul.
“Dari sisi lirik, lagu ini bercerita tentang sebuah kesalahan, sebuah hubungan yang tak diakui terjadi. “Pelik deh.. hahaaa,” sahut Aang yang juga dipercaya untuk mengerjakan artwork single ini.
Cerita yang Tersimpan menjadi single lepasan ke-7 yang The Rain rilis setelah album “Mereka Bilang Kita Terjebak Bersama” dirilis pada 2022. Akankah di tahun 2026 nanti album ke-8 The Rain akan dirilis?