iMusic – Grup musik asal Yogyakarta, Bangkutaman merilis single terbarunya bertajuk Tabib. Hari ini Kamis (11/02) lagu ini diputar
serentak di beberapa radio di tanahair.
Tabib adalah single ketiga dari grup yang kini
berdomisili di Jakarta ini. Tahun lalu mereka merilis dua single, “Dinamika” dan “Badai“, kedua single ini
mendapat apresiasi di berbagai playlist penting di media-media dan musisi yang
dihormati di Indonesia.
Melengkapi dua single sebelumnya, Tabib hadir
sekaligus menutup rangkaian menuju album penuh bangkutaman yang akan rilis di
tahun ini.
Lagu “Tabib” menjadi spesial karena di
dalamnya ada kolaborasi dengan Adrian Adioetomo, musisi blues asal Jakarta yang bermain gitar resonator di lagu ini. Slide-slide
nakal dan liar Adrian menambah karakteristik single bangkutaman yang berbeda
dengan apa yang mereka pernah buat sebelumnya.
Kolaborasi dengan Adrian juga menutup rangkaian
program kolaborasi bangkutaman menyambut album baru. Di dua single sebelumnya,
mereka telah berkolaborasi dengan banyak musisi, dari Adra Karim, Indra
Perkasa, DarmoSoedirman, Agustinus
Panji Madika,
Dharmo Sudirman serta Pandji Dharma, gitaris Sirati Dharma yang juga bertindak sebagai
produser single dan album bangkutaman ini.
Lewat Tabib, bangkutaman memotret banyak isu sosial
yang muncul sebagai ekses dari pandemi karena virus Covid 19. Tabib juga berbicara
banyak soal pertanyaan juga harapan masyarakat tentang kapan pandemi ini akan
berakhir dengan datangnya seorang penyembuh yang sejati, bukan tabib palsu.
Setelah pemutaran perdananya, bertepatan dengan Tahun Baru
Imlek 2021,
Bangkutaman akan merilis video klip lagu Tabib secara eksklusif di platform media musik
pophariini.com.
Selamat mendengarkan “tabib” di
radio-radio kesayangan anda. Tetap sehat dan tetap semangat.
Bangkutaman adalah grup asal Yogyakarta yang berdiri
tahun 1999. Grup band ini digawangi oleh Wahyu Nugroho (vokal, gitar), Madava Nanda (bass) dan Christo
Putra
(drum).
Dalam perjalanannya, grup musik ini telah mengalami
berbagai transformasi dalam musik. Grup ini sekarang dikenal memfusikan
suara-suara dan gaya dan akar musik dari 60 dan 70-an dari Amerika, Inggris dan Indonesia.
Dalam perjalanan kariernya mereka telah menghasilkan
2 album. Album kedua mereka, Ode Buat Kota (dirilis 2010) membawa grup ini dikenal secara nasional. Berbagai penghargaan dan
ulasan menarik dari media-media, terlebih ketika majalah Rolling
Stone Indonesia memberikan peringkat teratas dalam daftar 20 Album Terbaik di 2010
membuat bangkutaman menjadi band yang diperhitungkan dalam skena musik
nasional.
Album Ode Buat Kota yang 5 tahun kemudian dirilis
ulang dalam bentuk piringan hitam ini ludes terjual dalam dua hari adalah bukti
bahwa mereka memang punya warna tersendiri yang patut diapresiasi.
Saat ini, bangkutaman bergabung dengan label Palm
House Recods, label asal Jakarta ini akan membidani album ketiga bangkutaman
yang akan dirilis di tahun ini. (FE)
iMusic.id – Setelah sukses dengan single “Pura PuraTerluka” bersama Mr Botak, Stand Here Alone kembali merilis single baru dalam rangkaian album Nusantara yang semakin memperkaya eksplorasi musikal mereka.
Kali ini, Stand Here Alone, band pop punk asal Bandung tersebut berkolaborasi dengan seorang musikus yang selama ini lebih dikenal di ranah folk. Namun, ia sendiri meyakini bahwa karyanya melampaui batasan genre tersebut, Ia adalah Iksan Skuter, sosok yang dalam repertoarnya kerap mengangkat berbagai isu, mulai dari politik, sosial, hingga romansa.
Lagu berjudul “Kita Semua Saudara” lahir dari kegelisahan bersama, hasil diskusi panjang yang kemudian terwujud dalam melodi dan lirik yang penuh makna. Stand Here Alone merasa tidak ada figur lain yang lebih tepat untuk diajak berkolaborasi selain Iksan, yang dikenal dengan kemampuannya mengejawantahkan perbedaan secara jelas dan gamblang, dalam gaya khasnya yang reflektif namun tetap membumi.
“Kami ingin lagu ini lebih dari sekadar karya musik. Kami ingin ada pesan yang tersampaikan, dan Iksan memiliki pendekatan unik dalam mengartikulasikan keresahan menjadi sesuatu yang dapat diterima oleh banyak orang,” ujar Mbenk, vokalis Stand Here Alone.
Dengan karakter musikal Stand Here Alone yang penuh energi berpadu dengan warna khas Iksan Skuter yang mendalam dan kontemplatif, “Kita Semua Saudara” menghadirkan dinamika yang segar.
Lagu ini bukan sekadar narasi, tetapi juga refleksi tentang bagaimana keberagaman sudut pandang dapat berpadu dalam harmoni. Lebih dari itu, lagu ini diharapkan mampu menginspirasi pendengarnya untuk hidup berdampingan dalam keberagaman, menghargai perbedaan suku, ras, dan agama sebagai kekuatan, bukan pemisah.
Single Kita Semua Saudara sudah dapat dinikmati di berbagai platform streaming mulai Maret 2025 ini.
iMusic.id – ‘Hunian’, sebuah group musik asal Jogjakarta baru saja hadir perkenalkan single ketiga berjudul “Potret Kecil”. Lagu ini memuat tema tentang peran seorang Ayah dalam tumbuh kembang seorang anak laki-laki.
Trio Ghozi, Elang dan Ancal yang tergabung dalam ‘Hunian’ ini memang acapkali membuat lagu dengan lirik – lirik yang bercerita tentang kehidupan yang merekam tentang romantisme – romantisme keakraban di lingkungan terdekatnya.
Mewakili ‘Hunian’, Elang menganggap single ketiga yang dirilis ini sebagai implementasi diri yang relate dengan tema dan lirik lagu “Potret Kecil” itu sendiri. Elang juga mengatakan bahwa cepat atau lambat seorang anak laki-laki yang berani akan segera menemukan jalannya sendiri.
“Aku menggambarkan diriku sendiri sebagai anak laki-laki pasti akan lepas dari orang tuaku untuk memilih jalan ku sendiri, Sedangkan ketika aku sudah punya anak, seolah aku melihat diriku yang tumbuh, berkembang, dan melangkahkan kaki untuk bergerak menjadi dewasa.” Terang Elang dari ‘Hunian’.
“Ketika seorang anak sudah bisa menentukan langkahnya sendiri, sebagai orang tua pastilah memberikan dukungan, doa, dan nasihat yang baik. Orang tua tak akan mengharap kembali, kasihnya tak terhingga sepanjang masa, Biarlah “Potret Kecil” menjadi doa setiap langkah dan napasnya. Barangkali hidup adalah doa yang panjang’, Tutur Elang.
Pada produksinya, di single “Potret Kecil”, posisi drummer dibantu sepenuhnya oleh Rizky Alan. Seperti single – single sebelumnya, penyelaras akhir dan finalisasi “Potret Kecil” dikerjakan oleh Ardha Buzzbanditz di Neverland Studio.
Tak hanya merilis single saja, Hunian juga merilis video klip di kanal You Tube resmi mereka. “Potret Kecil” ini juga mengakhiri trilogi single sebelumnya yaitu “Kota Besar”, “Bermuara” dan kemudian akan menjadi jembatan menuju album yang akan dirilis beberapa bulan lagi.
‘Hunian’ menjadikan “Potret Kecil” sebagai debut video klip di kanal YouTube resmi mereka. Video klip yang rencananya akan dirilis pada tangga 21 Maret 2025 ini memvisualisasikan lirik – lirik dari single ketiga mereka tentang hubungan orang tua khususnya ayah dengan anak laki-laki.
Video klip yang dibintangi oleh Arif Putranto sebagai seorang ayah dan Panji Firdaus sebagai seorang anak laki-lakinya ini jelas sekali memperlihatkan kota di mana band ini tumbuh dan berkembang. Di Yogyakarta juga diceritakan sebagai titik loncat pertama sang anak untuk mencapai cita-citanya di kota yang ingin ia tuju.
Processed with VSCO with a10 preset
“Ini menjadi video klip pertama yang kita buat. Secara produksi juga kami mandiri dan dibantu oleh teman-teman kami yang juga masih sering nge-band bareng,” kata Ghozi sang vokalis.
“Sejatinya sebuah grup band, karya yang pasti dimiliki selain audio adalah visual,” Ancal menambahkan.
Di setiap detik – detik di video klip ini juga diperlihatkan kilas balik saat sang anak laki-laki tumbuh dan berkembang. Momen hangat dan hampa bisa dirasakan bagi siapapun yang menontonnya, entah seorang ayah, anak laki-laki, atau mereka-mereka yang berperan sebagai orang tua dan anak.
iMusic.id – Tak cukup merilis ‘Rungkad Remix’ di bulan Januari 2025, ‘Fufu Clan’ yang terdiri dari Hara, Elsha dan Faiz kembali memantapkan langkah musikalitas band mereka dengan rilisan terbaru “Que Sera”.
Seperti yang sudah dipertunjukkan dalam EP mereka di penghujung 2024 (Headshot of The Year), tidak butuh waktu lama untuk pendengar mereka terpikat dan tenggelam dalam dunia ‘Fufu Clan’.
“Que Sera” yang secara harfiah berarti ‘Apa yang terjadi’ dari bahasa Spanyol, menunjukkan secara naratif apa yang dilalui oleh ‘Fufu Clan’ dalam keseharian mereka.
“Lagu-nya bisa dibilang bittersweet secara cerita. Karena dari awal kita menyanyikan “Que Sera”, kita itu ibaratkan wajah panas terkena matahari pagi yang kemudian diikuti oleh alarm berbunyi. Sebenarnya kita tidak ingin bangun dari tidur, tapi ya apa daya: hari sudah tiba dan kita harus menjalaninya,” Ungkap sang penyanyi dan penulis lagu ‘Fufu Clan’, Elsha.
Dengan hook ‘Menantang kegagalan’ yang beberapa kali diulang oleh ‘Fufu Clan’, jelas lagu ini tidak menyiratkan suratan pesan kepada para pendengar untuk semangat dan melawan.
Menariknya dari ‘Fufu Clan’, pesan ini menjadi benang merah antar EP pertama mereka ke project-project lainnya di masa depan.
Elsha pun menambahkan: “Perlawanan dan perjuangan itu bisa datang dari hal kecil. Bangun tidur saat bersedih, malas menggosok gigi, hingga mencintai dirimu sendiri di cermin kaca, semua ini terasa sepele, tapi juga menjadi perang besar untuk sebagian orang. ‘Fufu Clan’ ada di sini untuk remind itu: lo nggak sendirian di sini, dan kemenangan-kemenangan kecil dalam hidup itu patut dirayakan,”.
Dari sisi dapur produksi, Hara dan Faiz merasa “Que Sera” adalah manifestasi saat sebuah band sudah saklek dan pede dengan antar anggotanya.
“Seperti band indie pada umumnya, lagu ini kita buat di dalam kamar kost. 2 hari lumayan mengurung diri, hanya keluar saat jam pulang atau jam makan. Tapi karena fokus luar biasa, “Que Sera” lahir. Benar-benar tidak ada merasa pressure atau pun dorongan ambisius. Ini kita hanya menyuarakan suara kami sebagai band, semoga banyak yang suka,” Kata Hara.
Faiz, yang akhirnya ‘pecah telor’ dengan menjadi produser di lagu ini, cukup bahagia dengan kebebasan yang didapatkan dari membuat segalanya sendiri.
“Ini benar-benar jadi lagu pertama gue untuk nge-produce. Selain Hara dan Elsha yang sudah satu otak dengan gue, pengalaman terbaik dari membuat “Que Sera” ini adalah kebebasan yang gue dapatkan dari keterbatasan. Kita menjadi lebih dekat antar satu sama lain sebagai manusia, benar-benar serba DIY, kita bertiga ngulik bersama. Kalau tadi sempat dibilang bittersweet oleh Elsha, gue setuju banget dengan itu. Namanya seniman miskin, ya modal untuk menciptakan karya memang benar-benar kembali ke niat,” Tutup Faiz
“Que Sera”, lagu terbaru dari ‘Fufu Clan’ siap untuk dinikmati di semua platform streaming digital favorit pendengar.