iMusic.id – Setelah memperlihatkan first look pada bulan Desember 2023 lalu, hari ini BASE ENTERTAINMENT merilis teaser trailer dan teaser poster film terbarunya, Malam Pencabut Nyawa, melalui akun-akun resmi media sosialnya.
Teaser trailer berdurasi hampir satu menit ini adalah pengembangan dari first look yang diluncurkan sebelumnya. Di dalamnya diperlihatkan tokoh utama film Malam Pencabut Nyawa, Respati (Devano Danendra), yang terbangun dan menemukan dirinya berada di alam lain.
Dari penjelasan salah seorang teman sekolahnya, Wulan (Keisya Levronka), Respati punya kemampuan untuk masuk ke alam mimpi dengan kesadaran penuh. Selanjutnya, kita dibawa ke dalam dunia mimpi yang gelap dan misterius di mana sesuatu seperti mengejar Respati. Teaser trailer kemudian ditutup dengan montase cuplikan adegan-adegan menegangkan yang memperlihatkan nyawa Respati yang semakin terancam.
Setelah sukses melahirkan film horor pencetak box office dan peraih Piala Citra sebagai Film Terbaik FFI 2020, Perempuan Tanah Jahanam, kali ini BASE ENTERTAINMENT memproduksi film horor keduanya, Malam Pencabut Nyawa, yang kali ini menggandeng sutradara Sidharta Tata yang sebelumnya sukses menyutradarai Waktu Maghrib, salah satu film horor pencetak box office pada 2023 lalu. Film ini adalah proyek ketiga kolaborasi BASE ENTERTAINMENT dengan Sidharta Tata, setelah serial Tunnel (2019) dan film pendek The Protocol, bagian dari proyek omnibus berjudul QuarantineTales(2020).
“Sebagai sutradara muda, Tata selalu berhasil meraih pencapaian-pencapaian baru dalam karyanya. Eksplorasinya, baik dalam penceritaan maupun teknis penyutradaraan, selalu menarik untuk diikuti,” ujar produser BASE Entertainment, Shanty Harmayn. “Senang sekali bisa bekerja lagi bersama Tata, didukung oleh tim kru film yang andal, bekerja sama memberikan film horor yang lebih dari sekadar menakutkan, tapi juga lengkap dengan penceritaan yang kuat dan menegangkan.”
Film Malam Pencabut Nyawa terinspirasi dari novel karya Ragil J.P. berjudul Respati dan skenarionya ditulis oleh Ambaridzki Ramadhantyo bersama Sidharta Tata. Film yang ditargetkan tayang di bioskop menjelang pertengahan 2024 ini dibintangi oleh sederet aktor muda berbakat, di antaranya Devano Danendra, Keisya Levronka, Mikha Hernan, juga komedian Fajar Nugra, serta aktor-aktor ternama seperti Ratu Felisha, Budi Ros, dan Kiki Narendra.
Ikuti terus perkembangan film Malam Pencabut Nyawa melalui akun-akun media sosial resminya.
BASE ENTERTAINMENT adalah studio film bertaraf global berbasis di Indonesia dan Singapura yang didirikan oleh produser film terkemuka Asia Tenggara; Shanty Harmayn, Aoura Lovenson Chandra, Tanya Yuson, dan Ben Soebiakto. BASE Entertainment secara konsisten melahirkan film dan serial modern kelas dunia yang sukses mencatatkan prestasi di kancah nasional dan internasional, seperti, PEREMPUAN TANAH JAHANAM (IMPETIGORE) karya Joko Anwar, yang diputar perdana di Sundance Film Festival dan memenangkan Festival Film Indonesia, GADIS KRETEK (CIGARETTE GIRL) hit pertama Netflix dari Indonesia yang mencapai posisi 10 besar dalam Serial Global, PETUALANGAN SHERINA 2 yang menjadi Top 10 Film Indonesia Terlaris 2023, dan TRESE, pelopor Anime dari Asia Tenggara untuk Netflix. (FE)
iMusic.id – BION Studios dan Spasi Moving Image membuka tahun baru 2026 di layar bioskop Indonesia dengan kisah drama komedi keluarga yang hangat lewat film debut sutradara Aco Tenriyagelli, “Suka Duka Tawa”. Saat press screening bersama insan media, para penonton pun menyambut film ini dengan respons yang begitu hangat dan antusias.
Lebih dari sekadar film pembuka tahun, “Suka Duka Tawa” bisa menjadi ruang refleksi yang mengajak penonton menertawakan luka-luka yang belum selesai sebelum melangkah ke tahun yang baru.
Sebagai film panjang perdananya, Aco Tenriyagelli menghadirkan pendekatan yang sangat personal lewat gagasan “menertawakan luka dengan tawa”. Selain Aco, film “Suka Duka Tawa” ini juga melibatkan Tersi Eva Ranti dan Ajish Dibyo, dengan Ajeng Parameswari sebagai produser eksekutif.
“Rekam jejak Aco lewat film pendek, video musik, hingga serial menunjukkan karakter karyanya yang kuat dan berbeda. Film ini menunjukkan kepekaannya dalam bercerita memberi ruang bagi penonton untuk tertawa, terharu, dan merefleksikan luka masing-masing,” ujar produser Tersi Eva Ranti.
Kedekatan Aco Tenriyagelli dengan musik kembali tercermin lewat soundtrack yang bukan hanya mengiringi, melainkan menghadirkan pengalaman emosional yang kuat. Salah satunya adalah hadirnya kembali karya The Adams di layar lebar, bersama deretan soundtrack lain yang turut membangun suasana reflektif dan nostalgia sepanjang film.
“Lewat film panjang pertama ini, saya ingin bercerita tentang bagaimana luka bisa diolah lewat komedi, dunia stand-up comedy terasa representatif. Menurut saya, Tawa mewakili banyak anak yang tumbuh dengan kehilangan sosok ayah. Harapannya, film ini bisa menghadirkan momen yang personal dan membuat penonton tertawa dan terharu di saat yang bersamaan.” ujar sutradara Aco Tenriyagelli.
Sejak pemutaran perdananya, “Suka Duka Tawa” mendapat respons positif dari Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF), termasuk antusiasme tinggi pada sesi mendadak screening di Depok, yang menunjukkan kedekatan emosional film ini dengan penontonnya.
Banyak penonton merasa dekat dengan perjalanan Tawa (Rachel Amanda), yang harus menghadapi luka masa kecilnya saat beranjak dewasa. Film ini mengajak penonton merefleksikan arti memaafkan dan bertumbuh bersama luka yang pernah dialami.
Chemistry antar pemeran terasa mengalir, terutama antara Tawa dan geng stand-up-nya, Bintang Emon (Iyas), Enzy Storia (Adin), Arif Brata (Nasi), dan Gilang Bhaskara (Fachri) yang menghidupkan nuansa komedi film ini. Kehadiran Abdel Achrian, Nazira C. Noer, dan Mang Saswi turut menambah warna komedi dengan pendekatan yang berbeda.
Sementara itu, interaksi Tawa dengan Ibu Cantik (Marissa Anita) dan Keset (Teuku Rifnu Wikana) menghadirkan drama keluarga yang membumi — tentang relasi orang tua dan anak yang dipenuhi kesalahpahaman, rasa bersalah, dan kasih sayang yang sulit terucap.
“Di film ini, aku bisa berempati dengan apa yang dialami Tawa, tapi juga mencoba memahami posisi ayahnya, Keset, semua karakter membawa emosi yang sangat manusiawi; dari marah, kecewa, dendam, sampai ke titik mencoba membuka pintu maaf. Aku berharap penonton tidak hanya terhibur, tapi juga keluar bioskop dengan perasaan yang berbeda setelah menonton.” kata Rachel Amanda.
“Saya sudah lama berkolaborasi dengan Aco, dan sangat senang bisa kembali bekerja sama di film panjang pertamanya dengan dukungan BION Studios,” ujar produser Ajish Dibyo. “Ini menjadi milestone penting, bukan hanya bagi Aco, tapi juga bagi saya, karena sejak awal berproses bersama kami memang memimpikan debut film panjang ini. Lewat Suka Duka Tawa, Aco menunjukkan pendewasaan yang kuat sebagai pembuat film.”
Tonton film Suka Duka Tawa di bioskop mulai 8 Januari 2026 di bioskop Indonesia. Ikuti perkembangan terbaru dari film Suka Duka Tawa persembahan BION Studios dan Spasi Moving Image melalui akun-akun media sosial resmi.
iMusic.id – Setelah sukses menggelar penayangan perdana di Indonesia di JAFF20, film produksi BASE Entertainment, Beacon Film, Refinery Media, dan didukung oleh Singapore Film Commission (SFC) dan Infocomm Media Development Authority (IMDA), Film “Esok Tanpa Ibu” (Mothernet) merilis official trailer & poster yang mengharukan dan hangat.
Menggambarkan dinamika hubungan keluarga kecil Cimot atau Rama bersama kedua orangtuanya, official trailer “Esok Tanpa Ibu” menampilkan kedekatan anak remaja bernama Cimot (Ali Fikry) dengan Ibunya (Dian Sastrowardoyo). Semua kegelisahan dan keceriaan, selalu Cimot bagikan ke sang Ibu. Sementara, Cimot lebih memilih rapat-rapat menyimpan rahasia hidupnya dengan sang Bapak (Ringgo Agus Rahman).
Namun, kejadian tragis membuat hari-hari bahagia Cimot berubah. Ibunya mengalami koma. Ia pun kehilangan kasih sayang yang selalu merangkulnya. Sementara hubungannya yang canggung dengan sang Bapak, justru semakin merenggang dan menimbulkan konflik relasi anak-orangtua.
Lagu “Jernih” dari Kunto Aji dan “Raih Tanahmu” dari hara & Nosstres yang ada di official trailer “Esok Tanpa Ibu” juga mampu memberikan dimensi emosi yang semakin menyentuh. Momen dramatis terjadi saat Ibu yang tengah koma, kini kembali bisa berinteraksi dengan Cimot dan Bapak, namun dalam wujud kecerdasan buatan (AI). Mampukah wujud baru itu menggantikan kasih Ibu selamanya?
Di official poster, dengan indah ditampilkan Dian Sastrowardoyo, Ali Fikry, dan Ringgo Agus Rahman berbaring dalam sebuah taman bunga putih, dengan bingkai serupa layar gawai yang menjadi representasi film ini, antara kasih sayang yang tumbuh secara manusiawi dan imitasi yang mencoba mensubstitusi.
Disutradarai oleh sutradara Malaysia Ho Wi-ding dari naskah yang ditulis oleh Gina S. Noer, Diva Apresya, dan Melarissa Sjarief, film “Esok Tanpa Ibu” Ibu diproduseri oleh Shanty Harmayn dan Dian Sastrowardoyo. Film ini juga menjadi kolaborasi internasional.
Selain Ali Fikry, Dian Sastrowardoyo, dan Ringgo Agus Rahman, film ini juga dibintangi oleh Aisha Nurra Datau dan Bima Sena.
Produser Shanty Harmayn mengungkapkan film “Esok Tanpa Ibu” melewati perjalanan yang cukup panjang. Dimulai dari ide yang dibawa oleh Gina dan Diva, film ini akhirnya siap tayang di bioskop Indonesia mulai 22 Januari 2026.
Ikuti perkembangan terbaru film “Esok Tanpa Ibu” melalui akun Instagram @base.id & @filmesoktanpaibu. Tonton film Esok Tanpa Ibu (Mothernet) mulai 22 Januari 2025 di bioskop Indonesia.
iMusic.id – Film drama keluarga terbaru yang dinanti-nantikan, “Dalam Sujudku”, secara resmi diperkenalkan melalui penayangan khusus yang diadakan oleh Project 69 di Queens Head Kemang, Jakarta, pada Jumat (12/12/2025).
Meskipun baru akan tayang serentak di bioskop seluruh Indonesia pada tahun 2026, antusiasme sudah terasa, terutama karena film “Dalam Sujudku” ini menjanjikan narasi yang sangat kuat dan dekat dengan realitas kehidupan sehari-hari, berpusat pada badai yang menguji fondasi sebuah rumah tangga.
Kisah “Dalam Sujudku” ini dengan lugas menyoroti bagaimana goncangan terbesar dalam hubungan suami istri dapat merusak kebahagiaan yang telah dibangun, memaksa pasangan tersebut untuk bergumul dengan keputusan sulit demi mempertahankan ikatan keluarga.
Inti dari cerita “Dalam Sujudku” ini berfokus pada dinamika kehidupan rumah tangga Farid, yang diperankan oleh Marcell Darwin, dan Aisyah, yang dibintangi oleh Vinessa Inez, sepasangan suami istri yang awalnya hidup harmonis bersama dua buah hati mereka. Titik balik dramatis terjadi ketika karir Farid menanjak pesat dan mengharuskannya pindah ke Jakarta, sebuah momentum yang seharusnya menjadi pencapaian namun justru menjadi pemicu keretakan. Di kantor barunya, Farid bertemu dengan rekan kerja, Rina (Naura Hakim), yang lambat laun memikat hatinya setelah sering terlibat dalam proyek kerja bersama, menciptakan sebuah chemistry terlarang yang mulai mengikis kesetiaan dalam pernikahannya.
Walaupun tak selalu mendampingi suaminya di Jakarta, Aisyah di rumah merasakan firasat kuat bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan Farid, mengisyaratkan bahwa ikatan batin mereka masih terhubung meski jarak memisahkan. Sayangnya, kecurigaan Aisyah berujung pada kenyataan pahit, ketika Farid memilih untuk menikahi Rina, meninggalkan Aisyah dalam keadaan luka batin yang mendalam.
Vinessa Inez, yang memerankan Aisyah, menggambarkan peran ini sebagai tantangan emosional yang besar. Mengenai karakternya, ia menyampaikan, “Aisyah berusaha tegar meskipun hatinya diguncang situasi yang rumit. Aku ingin penonton bisa merasakan pergolakan itu, terutama saat ia harus berdamai dengan dirinya sendiri.”
Rico Michael selaku sutradara tertarik menjadikan alur yang rumit ini sebagai film drama yang kuat karena juga ingin menampilkan karakter Rina, orang ketiga, dengan latar belakang trauma psikologis yang mendalam, sehingga “penonton nggak sekedar ‘terima jadi’ karakternya sebagai perebut suami orang,” namun dapat memahami dimensi kemanusiaannya.
Rico Michael menegaskan bahwa film ini lahir dari keinginan untuk mengangkat cerita yang aktual dan relate dengan kehidupan masyarakat, sebuah komitmen yang akan ia lanjutkan pada proyek film berikutnya yang akan mengangkat isu teror video asusila di media sosial. Hal ini menunjukkan ambisi Project 69 untuk menyajikan karya yang tidak hanya menghibur, tetapi juga memicu refleksi sosial.
Keunikan lain dari “Dalam Sujudku” adalah lokasinya yang beragam, meliputi Cimahi, Jakarta, dan Garut, yang turut memperkaya visualisasi dan nuansa cerita, menjauhkan kesan studio semata.
Meskipun judul dan posternya mungkin menyiratkan cerita drama religi, Rico Michael secara spesifik menjelaskan bahwa film ini tidak bermaksud menonjolkan aspek religius, melainkan lebih menekankan pada “usaha mempertahankan keluarga” dalam kondisi yang sangat sulit. Penekanan ini mengarahkan fokus cerita pada nilai-nilai universal tentang komitmen, pengorbanan, dan proses pemulihan. Salah satu adegan yang berhasil membalikkan emosi penonton adalah saat Farid merasakan frustrasi mendalam atas kehancuran keluarganya, momen yang sukses mengubah rasa gemas dan sebal penonton terhadap karakter tersebut menjadi rasa iba.
Sementara itu, Mamu Black Sweet sebagai pengarah musik memberi sentuhan emosional mendalam di film ini. Kontribusi Mamu Black Sweet dalam menggarap musik menjadi elemen krusial yang menyempurnakan atmosfer dramatis film ini.
Film “Dalam Sujudku” diperkuat juga oleh jajaran aktor ternama seperti Riyuka Bunga, Dominique Sandra, Chika Waode, Momo Mariska, hingga Dennis Adhiswara.