Connect with us

iMusic

Dinda Permata Kembali Dengan Single “Ku Tak Bisa”

Published

on

iMusic – Dinda Permata kembali hadir dengan single terbaru karya Ato Angkasa yang menceritakan tentang wanita yang sabar, yang selalu mengalah terhadap pasangannyaa. Intinya ia selalu memaafkan kesalahan pasangannya. Namun pasangananya selalu mengulang terus sampai pada akhirnya ia tidak dapat memaafkan lagi. Akhirnya si pasangannya ini menyadarinya dan mau berubah, tapi sudah terlambat.

Proses pembuatan lagu hanya dalam waktu 15 menit dan untuk proses rekaman memakan waktu sampai 2 hari, untuk aransemen pertama diperuntukkan di ajang Big Stage Malaysia, karena ketika itu Dinda sedang mengikuti ajang tersebut. Kemudian untuk aransemen ke dua di Indonesia dibuat selama 2 hari juga.

Lagu Ku Tak Bisa memang spesial dibuat untuk Dinda Permata karena sesuaikan dengan karakter Dinda yang melankolis dan romantis . Cocok dengan suara Dinda. Lagu ini ketika di publish di Malaysia mendapatkan respon yang positif sampai para musisi dan artis-artis Malaysia banyak yang mengcover lagu ini.

Menurut Ato Angkasa untuk Aransemen lagu ini baik yang sudah di publish di Malaysia maupun sekarang di Indonesia memang sedikit berbeda . Di Malaysia musiknya slowrock dan di Indonesia lebih ngepop.

Saya merasa lebih senang dan lebih puas baik dengan hasil rekaman yang pertama dan yang kedua, karena lagu ini memang sangat menyayat hati, apalagi mendengarkan karakter suara Dinda merdu, melankolis dan lembut. Berharap lagu ini lebih nge hits lagi dan di kenal di semua kalangan. Ujar Ato penuh semangat.

Dinda Permata, adalah satu-satunya wakil Indonesia dalam ajang nyanyi BIG STAGE 2019 (musim kedua) Malaysia, kini kembali ke Tanah Air. Selama 8 minggu pertandingan, Dinda berhasil masuk final bersama 4 peserta lainnya dari Malaysia dan Korea Selatan.

Dalam konser malam final yang berlangsung di Auditorium Majlis Bandaraya Shah Alam, Malaysia, Ahad (6/10/2019) itu, Dinda tampil membawakan dua lagu yakni Simalakama (dipopulerkan oleh Yopie Latul) dan lagu terbaru miliknya, Ku Tak Bisa. Namun, pada akhirnya, Dinda hanya duduk di peringkat 5 sebagai penutup. Sementara, Han Byul peserta asal Korea Selatan, dipilih juri sebagai juara utama.

Dewan juri yang antara lain adalah Datuk Siti Nurhaliza, Cakra Khan dan Judika, berkali-kali memberikan nilai tinggi kepada Dinda. Namun, dukungan kepadanya di dunia maya sejumlah 30 persen sangat minim diperoleh Dinda. Hal ini sebaliknya justru dimaksimalkan oleh peserta lawan asal Malaysia dan Korea Selatan.

Bagaimana pun, pertandingan telah berakhir. Dinda juga menanggapi perjuangan panjangnya selama 8 minggu di BIG STAGE 2019 secara positif. Ia mengaku bersyukur mendapat kesempatan tampil dalam ajang menyanyi tingkat Asia itu.

Dinda merasa ini juga menjadi jalan buat Dinda untuk bisa berkarier lebih baik di Malaysia, punya banyak fans di sini. Mudah-mudahan juga bisa dikenal di Asia, katanya.

Sejak awal tampil dalam ajang BIG STAGE musim kedua, Dinda sudah menarik perhatian banyak orang. Bukan hanya Datuk Siti Nurhaliza yang memujinya, tapi ia juga memiliki banyak penggemar di Malaysia. Dalam dua konser pertama, Dinda bahkan sempat duduk di urutan kedua dari total 12 peserta yang bertanding.

Hingga menuju puncak acara, Dinda merupakan salah satu peserta yang diunggulkan. Bahkan bersama 3 peserta asal Malaysia lainnya, ia dipercaya menjadi bintang iklan sebuah produk mobil di negeri jiran itu.

Sebagai penyanyi dangdut yang berada di bawah label NAGASWARA, Dinda yang juga jebolan ajang KDI, ternyata siap bertarung dengan menyanyikan genre musik apa pun. Sosoknya yang humble, murah senyum serta ditambah kemampuan olah vokal yang prima, menjadikan Dinda mudah mencuri hati banyak orang.

BIG STAGE adalah ajang lomba nyanyi yang digelar dan tayang di Astro TV Malaysia. Tahun 2019 ini, acara tersebut diikuti oleh 12 peserta (terbagi atas 6 pria dan 6 wanita) yang berasal dari Malaysia, Brunei Darussalam, Indonesia, Thailand dan Korea Selatan. (FE)

iMusic

Stand Here Alone libatkan Iksan Skuter di single “Kita Semua Saudara”

Published

on

iMusic.id – Setelah sukses dengan single “Pura PuraTerluka” bersama Mr Botak, Stand Here Alone kembali merilis single baru dalam rangkaian album Nusantara yang semakin memperkaya eksplorasi musikal mereka.

Kali ini, Stand Here Alone, band pop punk asal Bandung tersebut berkolaborasi dengan seorang musikus yang selama ini lebih dikenal di ranah folk. Namun, ia sendiri meyakini bahwa karyanya melampaui batasan genre tersebut, Ia adalah Iksan Skuter, sosok yang dalam repertoarnya kerap mengangkat berbagai isu, mulai dari politik, sosial, hingga romansa.

Lagu berjudul “Kita Semua Saudara” lahir dari kegelisahan bersama, hasil diskusi panjang yang kemudian terwujud dalam melodi dan lirik yang penuh makna. Stand Here Alone merasa tidak ada figur lain yang lebih tepat untuk diajak berkolaborasi selain Iksan, yang dikenal dengan kemampuannya mengejawantahkan perbedaan secara jelas dan gamblang, dalam gaya khasnya yang reflektif namun tetap membumi.

“Kami ingin lagu ini lebih dari sekadar karya musik. Kami ingin ada pesan yang tersampaikan, dan Iksan memiliki pendekatan unik dalam mengartikulasikan keresahan menjadi sesuatu yang dapat diterima oleh banyak orang,” ujar Mbenk, vokalis Stand Here Alone.

Dengan karakter musikal Stand Here Alone yang penuh energi berpadu dengan warna khas Iksan Skuter yang mendalam dan kontemplatif, “Kita Semua Saudara” menghadirkan dinamika yang segar.

Lagu ini bukan sekadar narasi, tetapi juga refleksi tentang bagaimana keberagaman sudut pandang dapat berpadu dalam harmoni. Lebih dari itu, lagu ini diharapkan mampu menginspirasi pendengarnya untuk hidup berdampingan dalam keberagaman, menghargai perbedaan suku, ras, dan agama sebagai kekuatan, bukan pemisah.

Single Kita Semua Saudara sudah dapat dinikmati di berbagai platform streaming mulai Maret 2025 ini.

Continue Reading

iMusic

Cerita tentang hubungan Anak dan Ayah di single ‘Hunian’ bertajuk “Potret Kecil”

Published

on

iMusic.id – ‘Hunian’, sebuah group musik asal Jogjakarta baru saja hadir perkenalkan single ketiga berjudul “Potret Kecil”. Lagu ini memuat tema tentang peran seorang Ayah dalam tumbuh kembang seorang anak laki-laki.

Trio Ghozi, Elang dan Ancal yang tergabung dalam ‘Hunian’ ini memang acapkali membuat lagu dengan lirik – lirik yang bercerita tentang kehidupan yang merekam tentang romantisme – romantisme keakraban di lingkungan terdekatnya.

Mewakili ‘Hunian’, Elang menganggap single ketiga yang dirilis ini sebagai implementasi diri yang relate dengan tema dan lirik lagu “Potret Kecil” itu sendiri. Elang juga mengatakan bahwa cepat atau lambat seorang anak laki-laki yang berani akan segera menemukan jalannya sendiri.

“Aku menggambarkan diriku sendiri sebagai anak laki-laki pasti akan lepas dari orang tuaku untuk memilih jalan ku sendiri, Sedangkan ketika aku sudah punya anak, seolah aku melihat diriku yang tumbuh, berkembang, dan melangkahkan kaki untuk bergerak menjadi dewasa.” Terang Elang dari ‘Hunian’.

“Ketika seorang anak sudah bisa menentukan langkahnya sendiri, sebagai orang tua pastilah memberikan dukungan, doa, dan nasihat yang baik. Orang tua tak akan mengharap kembali, kasihnya tak terhingga sepanjang masa, Biarlah “Potret Kecil” menjadi doa setiap langkah dan napasnya. Barangkali hidup adalah doa yang panjang’, Tutur Elang.

Pada produksinya, di single “Potret Kecil”, posisi drummer dibantu sepenuhnya oleh Rizky Alan. Seperti single – single sebelumnya, penyelaras akhir dan finalisasi “Potret Kecil” dikerjakan oleh Ardha Buzzbanditz di Neverland Studio.

Tak hanya merilis single saja, Hunian juga merilis video klip di kanal You Tube resmi mereka. “Potret Kecil” ini juga mengakhiri trilogi single sebelumnya yaitu “Kota Besar”, “Bermuara” dan kemudian akan menjadi jembatan menuju album yang akan dirilis beberapa bulan lagi.

‘Hunian’ menjadikan “Potret Kecil” sebagai debut video klip di kanal YouTube resmi mereka. Video klip yang rencananya akan dirilis pada tangga 21 Maret 2025 ini memvisualisasikan lirik – lirik dari single ketiga mereka tentang hubungan orang tua khususnya ayah dengan anak laki-laki.

Video klip yang dibintangi oleh Arif Putranto sebagai seorang ayah dan Panji Firdaus sebagai seorang anak laki-lakinya ini jelas sekali memperlihatkan kota di mana band ini tumbuh dan berkembang. Di Yogyakarta juga diceritakan sebagai titik loncat pertama sang anak untuk mencapai cita-citanya di kota yang ingin ia tuju.

Processed with VSCO with a10 preset

“Ini menjadi video klip pertama yang kita buat. Secara produksi juga kami mandiri dan dibantu oleh teman-teman kami yang juga masih sering nge-band bareng,” kata Ghozi sang vokalis.

“Sejatinya sebuah grup band, karya yang pasti dimiliki selain audio adalah visual,” Ancal menambahkan.

Di setiap detik – detik di video klip ini juga diperlihatkan kilas balik saat sang anak laki-laki tumbuh dan berkembang. Momen hangat dan hampa bisa dirasakan bagi siapapun yang menontonnya, entah seorang ayah, anak laki-laki, atau mereka-mereka yang berperan sebagai orang tua dan anak.

Continue Reading

iMusic

Fufu Clan luncurkan single baru “Qur Sera”

Published

on

iMusic.id – Tak cukup merilis ‘Rungkad Remix’ di bulan Januari 2025, ‘Fufu Clan’ yang terdiri dari Hara, Elsha dan Faiz kembali memantapkan langkah musikalitas band mereka dengan rilisan terbaru “Que Sera”.

Seperti yang sudah dipertunjukkan dalam EP mereka di penghujung 2024 (Headshot of The Year), tidak butuh waktu lama untuk pendengar mereka terpikat dan tenggelam dalam dunia ‘Fufu Clan’.

“Que Sera” yang secara harfiah berarti ‘Apa yang terjadi’ dari bahasa Spanyol, menunjukkan secara naratif apa yang dilalui oleh ‘Fufu Clan’ dalam keseharian mereka.

“Lagu-nya bisa dibilang bittersweet secara cerita. Karena dari awal kita menyanyikan “Que Sera”, kita itu ibaratkan wajah panas terkena matahari pagi yang kemudian diikuti oleh alarm berbunyi. Sebenarnya kita tidak ingin bangun dari tidur, tapi ya apa daya: hari sudah tiba dan kita harus menjalaninya,” Ungkap sang penyanyi dan penulis lagu ‘Fufu Clan’, Elsha.

Dengan hook ‘Menantang kegagalan’ yang beberapa kali diulang oleh ‘Fufu Clan’, jelas lagu ini tidak menyiratkan suratan pesan kepada para pendengar untuk semangat dan melawan.

Menariknya dari ‘Fufu Clan’, pesan ini menjadi benang merah antar EP pertama mereka ke project-project lainnya di masa depan.

Elsha pun menambahkan: “Perlawanan dan perjuangan itu bisa datang dari hal kecil. Bangun tidur saat bersedih, malas menggosok gigi, hingga mencintai dirimu sendiri di cermin kaca, semua ini terasa sepele, tapi juga menjadi perang besar untuk sebagian orang. ‘Fufu Clan’ ada di sini untuk remind itu: lo nggak sendirian di sini, dan kemenangan-kemenangan kecil dalam hidup itu patut dirayakan,”.

Dari sisi dapur produksi, Hara dan Faiz merasa “Que Sera” adalah manifestasi saat sebuah band sudah saklek dan pede dengan antar anggotanya.

“Seperti band indie pada umumnya, lagu ini kita buat di dalam kamar kost. 2 hari lumayan mengurung diri, hanya keluar saat jam pulang atau jam makan. Tapi karena fokus luar biasa, “Que Sera” lahir. Benar-benar tidak ada merasa pressure atau pun dorongan ambisius. Ini kita hanya menyuarakan suara kami sebagai band, semoga banyak yang suka,” Kata Hara.

Faiz, yang akhirnya ‘pecah telor’ dengan menjadi produser di lagu ini, cukup bahagia dengan kebebasan yang didapatkan dari membuat segalanya sendiri.

“Ini benar-benar jadi lagu pertama gue untuk nge-produce. Selain Hara dan Elsha yang sudah satu otak dengan gue, pengalaman terbaik dari membuat “Que Sera” ini adalah kebebasan yang gue dapatkan dari keterbatasan. Kita menjadi lebih dekat antar satu sama lain sebagai manusia, benar-benar serba DIY, kita bertiga ngulik bersama. Kalau tadi sempat dibilang bittersweet oleh Elsha, gue setuju banget dengan itu. Namanya seniman miskin, ya modal untuk menciptakan karya memang benar-benar kembali ke niat,” Tutup Faiz

“Que Sera”, lagu terbaru dari ‘Fufu Clan’ siap untuk dinikmati di semua platform streaming digital favorit pendengar.

Continue Reading