iMusic –
Pernah menikmati musik yang lebih nyaman untuk didengar saja tanpa harus
menontonnya secara live? Lagu dari Idiofon berjudul Hindsight20/20 mungkin salah satunya. Lagu yang baru saja dirilis sebagai solo
project dari bassistadditionalNoah ini memberikan
kesegaran baru di penghujung tahun 2020 yang lumayan banyak peristiwa
haru.
Musik
bernuansa alternative rock yang khas dengan balutan Britpop ini
diciptakan sendiri oleh Lanlan Strangers yang tengah bersiap merilis
album solo project bernama IDIOFON di tahun mendatang. Sebelumnya, Lanlan
memang dikenal sebagai bassist dan song writer band Britpop asal Bandung
bernama Strangers.
Seperti judulnya,
Hindsight 20/20 mengajak kita untuk melihat lebih jelas apa yang sudah terjadi
di tahun 2020. “Semua akan lebih jelas kalau sudah kita lalui. Dari lirik
awalnya lumayan harfiah, cerita tentang banjir Jakarta dan pandangan
pribadi soal harapan untuk semua selamat. Saat ini yang bisa kita lakukan
adalah bertanggung jawab, agar semuanya lebih ringan. Over all ini hanya
pemberitaan dari saya, 2020 tuh lagi begini situasinya,” ungkap Lanlan.
Bersama
IDIOFON, Lanlan mampu menghadirkan konteks kedewasaan pada lagu-lagunya. Hal
ini juga dapat menjadi jawaban atas dinamika kehidupan musisi yang sudah
menjadi bapak-bapak. Saat membentuk sebuah band dirasa mulai sulit, solo
project adalah jawaban yang efektif agar bapak-bapak yang tidak bisa terlepas
dari musikalitas tetap dapat produktif.
“Awalnya
lagu-lagu ini mau saya garap bersama Strangers, tapi situasinya sedang tidak
memungkinkan. IDIOFON sekaligus menjadi tempat saya untuk belajar sound design.
Selain itu bikin band baru itu susah tapi hasrat berkarya ga bisa dibendung.
Menurut saya ini cara bermusik bapak-bapak yang efektif, yaitu dengan menjadi solois,”
jelas Lanlan.
Lagu-lagu
IDIOFON dalam album yang sedang dipersiapkan dibuat seluruhnya oleh Lanlan. Ia
juga melakukan mixing sendiri dengan supervisi dari Gio Guidi (sound
engineer Noah) yang juga turut memastering materi IDIOFON.
Lanlan
nampaknya paham betul peruntukkan karya-karya yang dia buat. Sejalan dengan
keinginannya, karya-karya IDIOFON memang tidak untuk diproyeksikan untuk
ditampilkan di atas panggung. “Harapan saya agar bisa tembus jadi soundtrackfilm. Lagu-lagu yang saya tulis kayanya kebayang untuk ditempatkan
menjadi kompilasi soundtrack film, dilihat dari tipe lagu dan musiknya.
Jangan harap
menemukan ritmis yang gegap gempita untuk dinikmati di atas panggung dalam
atmosfer dansa. Tapi nuansanya mampu memanjakan telinga dan jiwa jadi lebih
bijaksana. Saatnya masukkan Hindsight 20/20 di dalam Playlist. Sudah tersedia
di berbagai platformdigital.
Lanlan Strangers adalah
seorang musisi yang terlahir dari skena musik indie tahun 2000-an di
Bandung. Dia menulis semua 11 lagu untuk band pertamanya, Strangers yang
kemudian merubah tipografinya menjadi STRNGRS. Album pertama Strangers bertajuk
EverythingGoesAutomatic diluncurkan pada Januari tahun
2008 dan terdiri dari 10 lagu, sembilan lagu berbahasa Inggris, dan satu lagu
berbahasa Indonesia berjudul TangisanIbuPertiwi yang
kemudian menjadi OST untuk film MingguPagi di VictoriaPark garapan sutradara LolaAmaria. Menyusul single
berikutnya dari STRNGRS berjudul Bonfire dirilis September tahun 2012
yang kemudian menjadi OST untuk program YouTube dan Televisi Jalan-Jalan
Men.
Perjalanan musik
membawanya untuk juga bermain bass bersama band dan artis-artis lain seperti
band indie asal Bandung TheMilo, compromisedEGO
yang digawangi oleh penyanyi jebolan X-Factor Indonesia Isa Raja,
beberapa band cover version hingga akhirnya bermain bass untuk band Noah.
Influence musik Radiohead
dan ThomYorke bisa terdengar dari karya-karyanya bersama
Strangers. Bahkan masih terdengar pada permainan bass dan nyanyian latarnya di
band Noah hingga hari ini. Selain Radiohead, Lanlan pun tengah mengagumi dan
menyelami musikalitas dan kekayaan literasi dari artis-artis kawakan seperti DavidBowie, JohnLennon, BobDylan, BruceSpringsteen
dan GordonSumner atau Sting.
Setelah 20 tahun bergelut
di dunia musik profesional, Lanlan akan merilis solo pertamanya berjudul
“Hindsight 20/20” dengan menggunakan nama IDIOFON.
Lanlan adalah seorang
musisi otodidak. Ia bermain bass, gitar, bernyanyi, sedikit piano dan drums
bukan hasil dari pendidikan sekolah musik formal, melainkan hasil dari
kecintaannya terhadap elemen-elemen musik yang pernah ia sentuh dan coba.
Lanlan menggambarkan
musik IDIOFON sebagai retro-modern-alternative-rock dengan sentuhan
nuansa musik british yang cukup kental. Lirik-lirik lagunya terlahir dari
pemikiran yang mengalir ke dalam kata-kata setelah menyaksikan atau mengingat
sesuatu yang menyentuh dan membangkitkan suatu perasaan yang kuat. Sesuatu yang
dia anggap cukup penting untuk dimetamorfosakan ke dalam lagu. (FE)
iMusic.id — Brunnera, dynamic duo asal Jakarta, siap membuat gebrakan dalam dunia musik dengan merilis single debut mereka, “Faith.” Lagu ini, dengan perpaduan rock, blues, dan sedikit sentuhan pop, menjadi bukti nyata akan kepiawaian musikalitas band ini dan kemampuan mereka menghadirkan narasi yang dapat menyentuh pendengar.
Terjatuh adalah kecelakaan, tetap terjatuh adalah sebuah pilihan. “Faith” bukan sekadar lagu; ini adalah sebuah anthem bagi mereka yang melewati perjalanan hidup yang penuh tantangan. Dengan lirik yang tulus dan mendalam, lagu ini menjelajahi tema tentang percaya pada diri sendiri meski dihadapkan pada kesulitan.
Paduan khas Brunnera antara blues rock, country, dan folk, dengan sentuhan pop, menciptakan latar yang sempurna untuk pesan penuh semangat dalam “Faith.” Mengambil inspirasi dari band-band legendaris seperti Led Zeppelin, The Cranberries, Fleetwood Mac, dan The White Stripes, Brunnera membawa perspektif segar pada genre blues rock.
“Kami ingin menciptakan sesuatu yang tidak hanya menggetarkan jiwa tapi juga menginspirasi ketabahan,” kata Vega Mediana, gitaris ritme dan vokalis Brunnera. “Faith adalah pengingat bahwa, bahkan di saat-saat paling gelap, kita memiliki kekuatan untuk bangkit.” (FE)
iMusic.id – Tahun 2011, lebih dari 1 dekade lalu, sebuah band asal Malang bernama Brigade 07 merilis lagu berjudul “Pergilah” dengan musik Alternative Rock/Pop Punk dan menjadi lagu yang sangat popular di zaman itu, khususnya di kota Malang.
Saking melekatnya lagu ini di kuping dan hati pendengarnya, lagu ini masih seringkali dibawakan Brigade 07 hingga hari ini. Sayangnya, versi original dari “Pergilah” ini tidak tersedia di berbagai platform musik digital seperti Spotify, Apple Music ataupun YouTube Music.
Walaupun begitu, kabarnya mereka akan merekam ulang lagu tersebut untuk album kompilasi terbaiknya di tahun 2024 ini juga, diluar versi piano yang pernah juga mereka rilis di tahun 2014. Di awal tahun 2024 ini, Somniumsaic merilis versi Modern Metal dari “Pergilah” dengan restu sang pencipta lagu dan vokalis Brigade 07 sendiri, Galih Hadi SetyawarmanSaputra atau yang lebih dikenal dengan Galih Babi.
Dalam “Pergilah” versi Somniumsaic ini, Galih Babi juga terlibat sebagai featuring vokalis agar arwah dari “Pergilah” tetap melekat di lagu ini sendiri dan di pendegar Brigade 07 juga. Projek remake lagu “Pergilah” ini juga merupakan bentuk refreshment dan sebuah pembuktian bahwa sebuah lagu dapat dimainkan dalam berbagai genre sehingga tercipta atmosfer baru tanpa merubah pesan.
“Pergilah” versi Somniumsaic disuguhkan dengan riff gitar mayor, salah satu ciri khas musik Modern Metal pada umumnya, seperti Polaris, Novelist, Monuments, hingga Periphery.
“Pergilah” versi Somniumsaic ini juga merupakan rilisan pertama Somniumsaic yang menggunakan Bahasa Indonesia, setelah merilis beberapa single dan juga album debut dalam Bahasa Inggris di tahun 2022 dan 2023 lalu.
“Pergilah” sendiri bercerita tentang seseorang yang ditinggalkan oleh orang yang dikasihinya, namun seorang tersebut terus mencoba kuat dalam menghadapi apa yang dilaluinya. Semua rasa kecewa, marah, sedih tidak perlu dipikirkan berlarut-larut.
Waktu akan menyembuhkan semua perasaan buruk itu, dan akhirnya juga berlalu begitu saja. Pesan ini ditujukan untuk semua orang yang sedang melalui masa-masa terendahnya agar tetap kuat dan bertahan, apapun keadaanya.
Konsep visual dari “Pergilah” versi Somniumsaic ini menggambarkan sebuah modernitas dan masa depan, yang mewakili versi terbaru dari lagu “Pergilah”ini. Hal tersebut terpampang dalam video visualiser di YouTube dan art cover yang digunakan di berbagai platform streaming digital. Projek ini berkolaborasi dengan seniman 3D asal kota Malang, Billy Briliant.
Beliau merupakan seniman 3D dengan style futuristik yang banyak digunakan di platform NFT. Konsep visual dari “Pergilah” ini adalah objek manusia abstrak, dimana tulang dari objek ini ingin “pergi” dari dalam tubuhnya, cukup mewakili lagu “Pergilah”.
Warna emas yang digunakan melambangkan kehidupan yang lebih baik jika kita mampu menghadapi dan melalui masalah yang kita hadapi, seperti pesan dalam lagu “Pergilah” ini. Selain itu warna emas juga menambah kesan futuristik dari elemen visual “Pergilah” versi Somniumsaic di tahun 2024 ini. Tepat tanggal 8 Maret 2024 single “Pergilah” versi Modern Metal sudah dapat dinikmati di berbagai platform yang tersedia. Untuk informasi lebih lanjut dapat mengunjungi sosial media kami @somniumsaic. Dengan ini kami mengucapkan terima kasih atas dukungan Anda! (FE)
iMusic.id – Kembali setelah merilis debut EP, Faye Risakotta, seorang penyanyi-penulis lagu muda, telah merilis single terbarunya yang berjudul “Berdua Saja“, 2 tahun sejak rilis terakhirnya.
Single yang dirilis pada tanggal 22 Maret 2024 ini juga disertai dengan Music Video baru. “Berdua Saja” juga merupakan rilisan berbahasa Indonesia pertama Faye dalam diskografinya, setelah sebelumnya merilis lagu-lagu berbahasa Inggris.
Tentang “Berdua Saja”
Seperti judul lagunya, “Berdua Saja” menggambarkan bagaimana rasanya memiliki ‘unspoken words’ kepada seseorang yang dicintai. Faye, yang baru saja memulai menulis lagu dalam Bahasa Indonesia, menulis lagu ini dari sudut pandang seseorang dalam sebuah hubungan yang tidak bisa menemukan kata-kata untuk mengungkapkan kepada pasangannya betapa ia sangat mencintainya, sehingga hal tersebut menjadi meresahkan.
Namun, dalam kata-kata Faye sendiri, ia menyampaikan, “saat seseorang itu bersama dengan orang yang mereka cintai, hal tersebut dapat menebus setiap kegelisahan karena ‘unspoken words’, karena jauh di lubuk hati terdalam, kamu tahu bahwa mereka juga mencintaimu hanya dari keberadaannya saja”.
Dalam proses produksi “Berdua Saja”, Faye dibantu oleh produser musik populer Lafa Pratomo. Direkam di Ruang Waktu Music, Pratomo bertindak sebagai Produser, Arranger, Instrumen dan Vocal Director, serta menangani proses mixing pada lagu ini. Selain itu, ada Otta Tarrega yang juga membantu pada bagian Piano & Keys, dan Dimas Pradipta yang menangani mastering.
Pada dasarnya, “Berdua Saja” adalah sebuah lagu piano ballad dengan tempo lambat, namun lagu ini berhasil menangkap tidak hanya vokal yang kuat dan vocal range yang dimiliki Faye dalam repertoarnya, tetapi juga emosi lirik yang disampaikan melalui setiap nada yang dinyanyikannya.
Hasil akhir dari lagu ini sangat memuaskan, di mana Faye pertama kali bernyanyi dalam register yang lebih rendah dan hanya diiringi oleh piano, tetapi kemudian berubah menjadi karya yang megah, dengan penekanan pada Faye yang mencapai nada-nada yang lebih tinggi dan kuat bersama dengan lebih banyak instrumen yang bergabung untuk menciptakan tontonan yang luar biasa.
Per tanggal 22 Maret 2024, “Berdua Saja” dari Faye Risakotta tersedia untuk streaming di semua Digital Streaming Platform dan dinikmati semua orang.
Tidak menyimpang jauh dari materi sesungguhnya, music video (MV) “Berdua Saja” menangkap esensi dari lagu ini – sebuah kisah tentang dua orang yang saling mencintai, yang selalu menghabiskan waktu bersama, tetapi tidak dapat mengungkapkan kata-kata yang tak terucapkan hingga akhirnya menjadi resah.
MV yang menyertai lagu ini disutradarai oleh Saktian Maulana (Rodagenic), yang kini menjadi kolaborator langganan dengan Dominion Records, setelah sebelumnya pernah menyutradarai MV untuk talent lainnya seperti Basboi dan Noni.
Faye Risakotta sendiri berperan sebagai pemeran utama wanita, dimana ia dan sang pemeran pria, yang diperankan oleh Lorenzo Gibbs, menceritakan sepasang kekasih yang tampaknya sudah saling mengenal sejak lama, dibantu dengan potongan adegan flashback di awal video di mana mereka bertemu di masa lalu, yang terlihat dalam kondisi hubungan yang lebih baik.
Mereka berkeliling kota bersama, mengunjungi banyak tempat, dan berbagi banyak momen mesra bersama, namun perasaan keseluruhan dari MV ini sangat, ‘bittersweet’.
Tentang Faye Risakotta
Faye Risakotta adalah seorang penyanyi-penulis-produser muda yang berasal dari Jakarta, Indonesia, yang memiliki reputasi yang bertumbuh di industri ini. Bakatnya ini ditemukan sejak kecil, dan Faye mulai menulis lagu sendiri sejak usia 13 tahun.
Dipengaruhi oleh berbagai genre musik seperti Pop Eksperimental dan RnB, Faye merilis single pertamanya di umur 14 tahun berjudul If You See Me Cry pada tahun 2016. Setelah itu, Faye kemudian merilis single kembali pada Desember 2018 berjudul Stay Home, dan single berikutnya yang berjudul Simple, dirilis pada tahun 2019. Talentanya segera membawanya bergabung dengan Dominion Records & Entertainment pada tahun 2020, di mana dia masih berada.
Faye kemudian merilis EP pertamanya di bawah Dominion yang berjudul “Mind Of My Own” pada April 2022, yang juga dia tulis dan produksi sendiri. EP ini dinaungi dua single, These Walls dan Ecstasy, yang mampu membantu Faye memperoleh nominasi Anugerah Musik Indonesia (AMI) untuk kategori Artis Solo Alternatif Terbaik.
Seiring dengan meningkatnya permintaan, Faye mulai diundang untuk tampil di panggung-panggung terbesar di festival musik Indonesia seperti Java Jazz dan Synchronize Fest. Dia juga tampil di Upacara Penutupan G20 di Bali, di mana dia tampil di depan para pemimpin dunia yang menghadiri konferensi internasional tersebut. Dengan awal karirnya yang menjanjikan, Faye memiliki masa depan yang cerah dan menarik yang akan dinanti-nantikan oleh dunia musik Indonesia. (FE)