Connect with us

iMusic

Inilah 10 Lagu Yang Susah Banget Dinyanyikan Secara Sempurna

Published

on

iMusic – Bagi kita-kita yang hobi nyanyi atau memang bekerja sebagai penyanyi, tak jarang kita merasa tertantang untuk menyanyikan lagu-lagu yang secara universal, dianggap sangat sulit untuk dinyanyikan.

Katakanlah setelah melatih lagunya berbulan-bulan, akhirnya kita bisa juga menyanyikan lagunya. Tapi dikarenakan adanya alasan teknis baik di vokal kita atau struktur nada lagunya, alhasil kitapun tidak berhasil menyanyikannya dengan sempurna.

Dan faktanya banyak banget lagu-lagu di luar sana yang berkarakteristik demikian. Namun dari sekian banyak, rasanya hanya 10 lagu inilah yang membuat kita frustasi sendiri ketika mencoba untuk menyanyikannya sesempurna vokalis aslinya.

10. Jennifer Holliday / Jennifer Hudson – And I Am Telling You I’m Not Going (1982 / 2006)

Baik versi orisinilnya yang dinyanyikan Jennifer Holliday atau versi cover-nya Jennifer Hudson, lagu tema Dreamgirls ini, benar-benar “Ganas”. Nada pembukanya, memang bisa kita jangkau. Tetapi ketika tensi lagunya makin tinggi dan tinggi, usaha super maksimal harus benar-benar diterapkan.

Terlebih ketika mendekati coda yang menampilkan lirik “You’re gonna love me” yang mengharuskan kita menahan nada kata “love” selama beberapa detik itu. Walau mungkin kita memiliki ketahanan nafas yang panjang, tidak menjamin kita bisa “menembak” nadanya sesempurna seperti yang dilakukan oleh 2 Jennifer tersebut.

9. Steelheart-She’s Gone (1990)

WOW! Bisa dibilang lagu Rock Ballads milik band asal Connecticut, AS ini adalah lagu yang paling ditakuti sekaligus benar-benar ingin dikuasai oleh banyak orang. Bagaimana tidak? Selain memang lagunya enak banget, jangkauan vokal yang ditampilkan oleh vokalis Miljenko Matijevic di lagu ini benar-benar “out of this world”

Jangkauan nada teriak Miljenko terutama ketika di lirik “Forgive me, Girl” sebelum memasuki refrain, benar-benar super tinggi dan benar-benar seperti teriakan seorang rocker seharusnya. Tinggi dan melengking bersih tanpa ada gangguan noise di tenggorokannya.

Memang, saat ini sudah lumayan banyak penyanyi atau kita-kita yang bisa mengikuti tarikan vokal Miljenko di lagu ini. Tapi walau demikian, yang benar-benar bisa hampir sempurna seperti dirinya, lumayan bisa dihitung dengan jari.

8. Aerosmith-Dream On (1973)

Sebenarnya kalau kita dengar-dengar lagi, lagu-lagu milik Aerosmith memang cukup menantang tapi di saat yang sama, tidak sulit-sulit banget. Yang membuatnya menjadi terasa sangat sulit adalah teriakan sang vokalis Steven Tyler yang memang benar-benar gila.

Dan kenyataannya, teriakan Tyler memang kerap dianggap sebagai teriakan terbaik di sejarah musik Rock. Dan tidak dipungkiri dari seluruh teriakan yang diteriakkannya di lagu-lagunya, adalah di lagu yang diambil dari debut album Aerosmith, Aerosmith (1973) inilah yang benar-benar puncaknya.

Saking sempurnanya teriakan di akhir lagunya, hingga detik ini, masih banyak vokalis yang super jarang untuk bisa menyanyikan sekaligus meneriakkan Dream On dengan benar-benar sempurna.

7. LeAnn Rimes-Blue (1996)

Lagu susah, bukan berarti harus yang selalu memiliki nada atau teriakan tinggi. Terkadang kesulitan itu berasal dari tipe suara atau cara bernyanyi spesifik yang dimiliki oleh si vokalisnya. Dan Blue milik LeAnn Rimes, adalah contoh yang tepat dari pernyataan tersebut.

Lagu yang mempopulerkan Rimes ini, benar-benar memiliki suara cengkok (Yodel) Rimes yang sangat khas. Alias, hanya dirinyalah yang memang memiliki tone yodel seperti yang diperdengarkan di lagu yang aslinya dinyanyikan oleh Bill Mack ini.

Pokoknya terlepas kamu jago yodel, kalau kamu tidak memiliki Yodel Tone yang serupa seperti Rimes, dapat dipastikan akan sangat sulit untuk menyanyikan Blue dengan sangat sempurna.

6. Adele-When We Were Young (2016)

Semenjak kemunculannya di tahun 2008-2009, Adele sukses memikat kita semua dengan suara dan penjiwaannya yang sangat mumpuni. Oleh karenanya tidak heran apabila banyak dari kita yang ingin bisa menyanyikan tembang-tembang hit-nya secara sempurna.

Dan to be fair, memang sangat susah untuk bisa sempurna menyanyikan lagu-lagu milik penyanyi cantik bertubuh tambun ini. Tapi dari seluruh lagu-lagu yang ada, tidak dipungkiri bahwa lagu yang diambil dari album 25 (2015) inilah yang paling menantang.

Pasalnya,  untuk menyanyikan lagu ini, bukan hanya bermodalkan suara keren seperti dirinya saja. When We Were Young, adalah lagu yang membtuhkan penjiwaan refleksi nostalgi yang sangat mumpuni.

Hal ini dikarenakan tema / makna lagu ini menyangkut, ingatan masa lalu indah terhadap yang kita sayangi bertahun-tahun lalu dan, kita tidak ingin ingatan itu hilang hingga menjelang tua nanti.

Kalau kita tidak bisa menjiwai makna ini dengan super duper mantap, ya bisa dibilang kita cuma menyanyikan saja lagu ini tanpa adanya, suntikan “nyawa” yang sangat vital bagi lagunya.

5. The Darkness-I Believe in a Thing Called Love (2003)

Lagu hit milik The Darkness ini, semenjak kemunculannya tidak dipungkiri langsung mencuri perhatian. Pasalnya baik melodi maupun tarikan vokal Justin Hawkins benar-benar bagaikan super throwback terhadap lagu-lagu Hard Rock dan Glam Metal 80an.

Tak pelak, kitapun langsung tertarik untuk ikutan menyanyikan lagu ini. Namun ya terlepas sudah semaksimal atau “semaksa” apapun kita menyanyikan lagunya, tak disangkal bahwa untuk mencapai kesempurnaan sangatlah sulit.

Hal ini dikarenakan suara falsetto Hawkins yang mewarnai hampir sebagian besar lagu ini, benar-benar super tinggi. Terkecuali kamu memiliki teriakan falsetto Tenor 1 seperti dirinya, sekali lagi sangatlah mustahil untuk bisa sempurna menyanyikan lagu yang sukses menjadi pendamping Where is the Love? The Black Eyed Peas di tangga Billboard tahun 2003 ini.

4. Minnie Riperton-Lovin’ You (1975)

Lagu cinta hit milik ibu komedian Maya Rudolph ini, benar-benar tantangan super legit bagi seluruh wanita di dunia ini. Bagaimana tidak? Belum cukup dengan basic key-nya yang sudah cukup tinggi bahkan bagi wanita, Riperton melanjutkannya lagi dengan bagian chorus yang memanfaatkan suara siulan (whistle voice) yang super ikonik itu.

Memang, lumayan banyak vokalis (dan mungkin sebagian kita) yang bisa menaklukkan suara siulan tingginya. Tapi untuk benar-benar sesempurna Riperton? Well, sangat sulit.

3. The Cranberries-Zombie (1994)

Sedikit mirip dengan kasus Blue milik LeAnn Rimes, yang membuat lagu hit The Cranberries ini kerap dianggap sulit untuk dinyanyikan secara sempurna, adalah suara yodel (alm) Dolores O’ Riordan yang benar-benar khas dan rapuh.

Terlepas sudah berpuluh atau beratus kali kita melatih repetisi lirik “Zombie, zombie, ie,ie,ie” yang super ikonik itu, tetap saja hanyalah Dolores yang bisa menampilkannya dengan sangat sempurna.

2. Mariah Carey-Emotions (1991)

To be fair, hampir sebagian besar lagu milik diva sensasional ini memanglah susah untuk dinyanyikan. Pasalnya, Carey memiliki jangkauan titi nada sebanyak 7 Oktaf. Yang artinya, dirinya bisa mencapai nada perempuan terendah (Alto) dan juga bisa mencapai nada tertinggi (Sopran 1).

Namun dari seluruh lagu-lagu sulitnya, rasanya hanya Emotions yang sukses membuat pita suara seluruh wanita hampir putus.Bagaimana tidak? Setelah menyanyi dengan nada standar-nya yang sudah lumayan tinggi, di pertengahan lagu, dirinya “menghajar” lagunya lagi denga suara whistle-nya yang super tinggi.

Dan whistle yang dimaksud disini bukan hanya sekedar whistle menahan nada seperti Lovin’ You-nya Minnie Riperton. Namun suara siul tinggi ini “dipenggal-penggal” lagi AKA Staccato yang tentuntya menuntut kita untuk bisa mencapai sekaligus mempertahankan pemenggalannya di saat bersamaan.

Yap fix. My All atau Hero, adalah pilihan lagu Carey yang jauh lebih aman untuk karaoke.

1. Queen-Bohemian Rhapsody (1975)

Sebenarnya bukan masalah bagian vokal solo (alm) Freddie Mercury yang sulit. Bisa dikatakan bagian itu tidaklah terlalu masalah. Buktinya, Adam Lambert, Brandon Urie dan bahkan sosok yang kerap dianggap “kloning” Mercury, Gary Mullen, mampu menyanyikan bagian itu dengan sempurna.

Yang kerap dianggap masalah utama bagi lagu yang diambil dari A Night at the Opera (1975) ini, adalah lebih ke departemen koor-nya. Paduan suara keempat anggota Queen, benar-benar rapih, indah dan kompleks.

Sehingga terlepas sudah sesempurna apapun paduan koor band atau backing vocal yang menyanyikan, tetap saja mereka tidak akan terdengar seindah dan semegah Mercury cs. Selain itu, masalah lain disini juga adalah Bohemian Rhapsody, tidak bisa dinyanyikan secara solo.

Jadi sangat tidak mungkin apabila kita memaksakan diri untuk menyanyikan lagu ini dengan minus one baik itu melalui PC atau tempat karaokean. Kalaupun tayangan video karaoke menampilkan suara backing vocal, tetap saja tidak akan senendang seperti versi orisinil-nya.

Nah, itulah tadi kesepuluh lagu yang memang sangat sulit untuk dinyanyikan secara sempurna menurut imusic.id. Bagaimana apakah kamu setuju dengan pilihan ini? Atau kamu merasa ada lagu lain yang lebih susah untuk dinyanyikan secara sempurna? Silahkan sampaikan pendapatnya ya!

(Mervi)

iMusic

Patrick Lesmana tawarkan komposisi apik di single kedua bertajuk “Yabai”

Published

on

iMusic.id – Sempat setahun hiatus, solois gitar ‘Patrick Lesmana’ kembali memperkenalkan karya musik keduanya yang berjudul “Yabai”. Dalam bahasa Jepang, “Yabai” mengandung arti tentang sesuatu yang ‘berbahaya, gila’ dan bahkan ‘keren’ tergantung konteksnya, gitaris muda asal Malang, Jawa Timur tersebut mengungkapkan keunikan kata ‘Yabai’ tersebut sebagai konsep dari komposisi musik yang dia tulis.

“Yabai” merepresentasikan sisi spontan, eksperimental dan energi tak terduga dalam musik yang saya tulis. Saya memilih konsep Jepang karena saya sangat terinspirasi oleh kultur dan estetika mereka dari anime, seni visual, sampai cara musisi fusion Jepang seperti Casiopea, T-Square, dan Dezolve membentuk sound yang khas tapi tetap “tightt” dan teknikal”, terang Patrick Lesmana tentang single keduanya tersebut.

Tumbuh dewasa dengan mendengarkan dan terpengaruh oleh musik Progessive-Rock/Jazz-Rock medio 60-80an seperti King Crimson, Frank Zappa, Yes, Genesis, Weed, Kansas, I.O.U (Allan holdsworth) dan lainnya, Patrick Lesmana tertarik untuk menggabungkan musik – musik prog-rock diatas dengan elemen musik Jazz-Fusion dan musik – musik game Jepang ke single “Yabai” tersebut.

“Yabai” adalah judul EP saya yang sudah rilis di tahun 2023 lalu dan di dalam mini album saya tersebut juga ada lagu yang berjudul “Yabai” yang saya perkenalkan sebagai single ke 2 setelah “Paradise Of Inner Fire”. Kalau disimak secara keseluruhan, EP saya itu tidak berusaha menampilkan gitar sebagai instrumen utamanya melainkan semua instrumen bermain dengan porsi yang sama. Dalam hal ini, komposisi adalah yang saya coba tonjolkan dalam lagu – lagu di dalam EP tersebut termasuk “Yabai”,tandas Patrick Lesmana.

“Secara komposisi, “Yabai” menggabungkan elemen progressive rock, jazz fusion, dan nuansa Japanese contemporary fusion. Ada banyak permainan time signature, harmoni kompleks, dan improvisasi yang tetap punya alur emosional”, jelas Patrick lagi.

Dalam proses produksi single “Yabai”, gitaris yang sangat menggemari gitaris – gitaris dunia seperti Allan Holdsworth, Al di meola, Eric johnson, Ritchie blackmore dan lain – lain ini mengaku tidak menemui kendala yang berarti. Proses rekaman yang dilakukan di studio pribadinya “Suara Wibu Production” ini terbilang lancar.

“Tantangan terbesarnya justru menjaga keseimbangan antara teknikalitas dan feel, karena di genre seperti progressive fusion, mudah sekali terjebak dalam permainan rumit tapi kehilangan rasa”, terang Patrick.

Sementara itu, Fransiscus Eko dari Cadaazz Pustaka Musik yang berperan sebagai co-producer mengaku cukup lega bisa merilis lagu “Yabai” ini sebagai single kedua Patrick Lesmana.

“Patrick ini sibuk banget, proyek musiknya banyak dan dia juga ikut bergabung dengan beberapa band berbeda genre di Malang. Bisa merilis single kedua ini sudah membuat saya cukup lega. Yang masih nge-ganjel adalah video musik nya belum sempat di buat karena Patrick sendiri masih belum punya waktu luang ke Jakarta”, terang Fransiscus Eko.

Setelah merilis single “Yabai” ini, Patrick Lesmana berencana menampilkan komposisi musik dengan genre yang berbeda pada karya EP berikutnya,

“Saya tidak ingin terpatok satu genre saja, saya ingin menjadikan karya – karya solo saya sebagai sebuah kolase untuk menunjukan banyaknya repetoar yang saya dengarkan sehari – hari dan tidak berhenti di satu genre saja”, ujar Patrick.

Single dan EP “Yabai” karya Patrick Lesmana sudan bisa di simak diseluruh Digital Store Platform serta seluruh media sosial seperti Instagram feed dan story, Tiktok, Facebook dan lain – lain, sementara itu video visualizer nya bisa di tonton di Cadaazz Pustaka Musik Official Youtube Channel.

Credit Title

Single : Yabai

Artis : Patrick Lesmana

Song : Patrick Lesmana

Production by Cadaazz Pustaka Musik & Patrick Lesmana

Executive Producer : Patrick Lesmana

Producer : Patrick Lesmana

Co Producer : Fransiscus Eko & Christian Wibisono

Music Recorded at Suara Wibu Production Studio by Patrick Lesmana

Guitar. Bass, Keys, Drums played & recorded by Patrick Lesmana

Mixing by Bayu Randu at Musicblast / Greenland Studio

Mastering by Bayu Randu at Musicblast / Greenland Studio

Patrick Lesmana Artist Management & Contact Person : Fransiscus Eko (081277666468)

Artwork by Christian Wibisono

Media Relation : Eny Handayani (0812-9776-547)

Continue Reading

iMusic

Band Jogja, Shakey rilis single baru “Yang Ada Padamu”

Published

on

iMusic.id – Shakey adalah adalah band asal Yogyakarta yang terbentuk pada 5 Maret tahun 2000. Dalam perjalanan musiknya, Shakey sudah mempunyai dua album kompilasi dimana salah satunya membawa mereka menjadi band yang me-nasional dengan lagu “Miliki Aku” dalam album kompilasi Indie Ten 2 tahun 2002.

Perjalanan panjang itu juga yang membuat mereka mempunyai dua album musik berbentuk kaset dan CD pada tahun 2004 dan 2008. Shakey saat ini adalah format ke 3 dengan beranggotakan empat personil yaitu Dinno (vocal), Opik (Bass), Dionn (keyboard), Andrie (drum).

Genap perjalanan 25 tahun mereka. Shakey meluncurkan single “Yang Ada Padamu” yang menjadi kerinduan tersendiri bagi penggemarnya. Single yang begitu lama ditunggu ini tetap mempertahankan warna dan corak musik Shakey. Rasa otentik timbre vokal Dinno menjadi ciri khas setiap lagu yang dikeluarkan. Nuansa Pop-Rock pada single “Yang Ada Padamu” ini juga tetap memberi sentuhan Shakey tahun 2000-an awal dimana kental dengan distorsi dan ketukan drum yang tight,

Di tahun 2025 ini Shakey, juga merilis album-album terdahulunya di kanal musik digital yang memberikan nafas baru bagi Shakey untuk kembali berkarya. Dinno, vokalis dari Shakey juga adalah penulis lagu dalam single baru shakey dimana ia adalah pencipta lagu-lagu beberapa artist ternama seperti Rossa, Rio Febrian, Nagita Slavina dan memproduseri lagu-lagu seperti Anneth, Armand Maulana, Ruth Sahanaya dan beberapa artist lainnya. Opik, bassis dari band ini juga punya peran bermusik bersama Seventeen, Armada dan banyak musisi lainnya.

“Yang Ada Padamu” jadi lagu pertama yang dirilis Shakey untuk menjadi momentum lahirnya band ini. Di produseri oleh Sasi Kirono, Shakey menunjuk Sasi karena kiprahnya tak main-main dalam memproduseri musisi Jogja seperti Putri Ariani.

“Yang Ada Padamu” bercerita tentang seseorang yang mengagumi seorang lain. Dimana ia belum dapat memilikinya namun dalam hati kecilnya ia akan bisa mendapatkan hati seseorang itu nantinya.

Kali ini, Shakey merilis single ini dengan konsentrasi promo di Radio. Radio adalah platform musik yang membersamai Shakey dalam berkarya sejak dulu. Mereka betul-betul besar di Radio, khususnya di Yogyakarta. Dimana karya pertama mereka di perkenalkan pertama kali oleh Radio di Yogyakarta. Karenanya, bagi Shakey, Radio adalah partner yang sangat berarti bagi perjalanan mereka.

Selamat menikmati “Yang Ada Padamu”

Continue Reading

iMusic

Stand Here Alone kolaborasi dengan Tresno Tipe X di single “Kura – Kura”

Published

on

iMusic.id – Sulit rasanya menutup mata dari lagu ini. Ada kejujuran yang berdesir pelan di balik nada riang “Kura-Kura”, kolaborasi antara Stand Here Alone (SHA) dan Tresno, sang vokalis legendaris Tipe-X. Lagu ini bukan sekadar kisah patah hati yang dibungkus jenaka, tapi semacam pengakuan halus bahwa cinta memang kerap berakhir dengan cara yang tidak gagah-gagah amat. Kadang lucu, getir, bahkan absurd. Seperti kisah pria yang ditinggal kekasihnya demi seseorang yang, entah kenapa, “berwajah seperti kura-kura.”

Namun justru di situlah letak keindahannya. “Kura-Kura” adalah cara Stand Here Alone dan Tresno mengubah duka jadi tawa, mengubah kecewa jadi bahan bakar untuk bernyanyi lebih kencang. Mereka seperti ingin bilang: jangan gentar meskipun ditikung reptil, sebab bahkan orang dengan paras hewan melata pun kadang bisa mengajari kita cara menerima nasib dengan elegan, patah hati tidak lagi tentang meneteskan air mata, tapi menghasilkan nada-nada yang membuat dada sesak dan bibir tersenyum di waktu yang sama.

Lagu kolaborasi Stand Here Alone dengan Tresno ini, dengan segala kesederhanaannya, mengingatkan bahwa kita tak berhak untuk dibuat sedih. Dunia sudah terlalu riuh untuk ditambahi keluh kesah yang tidak perlu. “Kura-Kura” hadir seperti kawan lama yang menepuk bahu, berkata pelan: sudahlah, tidak semua janji harus ditepati, tidak semua cinta harus berakhir bahagia, dan tidak semua luka harus disembuhkan, beberapa cukup ditertawakan.

Melalui proyek Album Nusantara, Stand Here Alone menunjukkan bahwa punk dan ska tak melulu soal pemberontakan, tapi juga tentang kelapangan hati. “Kura-Kura” menjadi semacam pernyataan lembut bahwa kehilangan bisa seindah pertemuan, bahwa humor adalah selimut terbaik bagi hati yang pernah robek, dan bahwa hidup, betapapun kejamnya, masih pantas ditertawakan, terutama ketika cinta pergi bersama seseorang yang bahkan kura-kura pun mungkin enggan bercermin padanya.

Single “Kura-Kura” sudah tersedia di seluruh platform digital dan video musiknya dapat disaksikan di kanal YouTube resmi Stand Here Alone.

Continue Reading