iMusic.id – Gelaran seni rupa kontemporer tahunan bertajuk ARTJOG Kembali akan dilangsungkan tahun ini selama kurang lebih 65 hari dari 28 Juni hingga 1 September 2024. di Jogja National Museum, Yogyakarta. ARTJOG 2024, demikian acara ini disebut merupakan sebuah acara pameran seni yang konsisten digelar oleh para penggiat seni rupa Jogja sejak tahun 2008 ketika saat itu masih bernama Jogja Art Fair hingga berubag menjadi ARTJOG pada 2010 silam.
Heri Pemad selaku CEO ARTJOG menjelaskan asal dari kata ARTJOG dan misi perhelatan seni rupa tersebut khusus untuk tahun 2024 ini,
“Penamaan ARTJOG sangatlah sederhana, Art adalah seni dalam Bahasa Inggris dan Jog adalah singkatan untuk kota Jogja di dalam dunia penerbangan dan bandaranya, sesimpel itu kita menamakan perhelatan tersebut”, Ujar Heri Pemad dalam acara temu media di Komunitas Salihara, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Sabtu, (20/4/2024).
“Untuk ARTJOG 2024 ini kami akan menggelar acara “Road to ARTJOG” yang kita selenggarakan di Galeri Komunitas Salihara Jakarta dari tanggal 20 sampai 30 april 2024 sebelum acara puncaknya di Jogja nanti. Perhelatan Road to ARTJOG ini ditujukan untuk menjemput bola, kami ingin menyapa lebih banyak orang yang belum belum tahu atau ingin terlibat dengan ARTJOG. Kami ingin keluar kandang, menuju Jakarta. Supaya lebih dekat,” tambah Heri Pemad lagi.
Sebagai salah satu helatan seni rupa kontemporer berskala besar di Indonesia, kehadiran ARTJOG setiap tahunnya tentu dinanti oleh banyak kalangan tidak hanya para pegiat seni tapi juga publik dalam lingkup lokal maupun internasional. Selama ini ARTJOG telah menjadi katalisator dalam mengembangkan aspek pariwisata berbasis seni. Tak kalah penting, ARTJOG telah mengemas sebuah perhelatan seni rupa kontemporer menjadi tonton yang populer sekaligus sarana pendidikan bagi khalayak luas.
Pada Road to ARTJOG 2024 yang dilangsungkan di Galeri Komunitas Salihara tersebut Heri Pemad dan kawan – kawan akan menggelar sebuah pertunjukan seni rupa awal yang dinamakan Performa Kinestetik dimana Road to ARTJOG ini menghadirkan presentasi karya dari Zulfian Amrullah, seorang arsitek, perupa, dan pengarah artistik. Setelah banyak berkarya dengan bentuk dan fungsi kursi, kali ini Zulfian mengeksplorasi berbagai persepsi indrawi, pengadeganan, dan gerakan, sekaligus bereksperimen terhadap peluang narasi yang terus dibangun dari sebuah peristiwa seni.
Dialog atas pengalaman tubuh dalam karya instalasi masif ini juga akan diperkuat lewat pertunjukan tari yang dibawakan oleh Siska Aprisia, penari dan koreografer asal Sumatera Barat yang sudah kerap berkolaborasi lintas disiplin.
Road to ARTJOG 2024 – Performa Kinestetik akan berlangsung mulai 20 hingga 30 April 2024 di Galeri Salihara, Jakarta Selatan. Dengan membeli tiket pameran Performa Kinestetik, pengunjung sekaligus akan mendapatkan tiket mengunjungi ARTJOG 2024 di Jogja secara cuma-cuma. Informasi harga tiket dan cara berkunjung dapat diakses melalui media sosial dan website ARTJOG atau langsung kunjungi tiket.salihara.org.
Sementara itu konsep ARTJOG 2024 di Jogja nanti akan mengambil tema “ARTJOG 2024 Motif: Ramalan”. Pada 2023 lalu, ARTJOG menggandeng Hendro Wiyanto, kurator dan penulis berbasis di Jakarta menjadi anggota tim kurator hingga tahun 2025 mendatang. Hendro menghadirkan ‘Motif’ bukan sebagai tema pameran, melainkan sebuah penawaran bagi para seniman untuk ditafsirkan, di mana ARTJOG akan memadukan ide-ide pola karya para seniman, sekaligus mengajak mereka mengungkapkan maksud dan motivasi di balik karya-karyanya.
ARTJOG Motif: Ramalan akan diselenggarakan pada 28 Juni-1 September 2024 di Jogja National Museum, Yogyakarta. Menyambung keberlanjutan dari gelaran sebelumnya, ARTJOG kembali menghadirkan program-program pendukung seperti Young Artist Award, ARTJOG Kids, performa•ARTJOG, Exhibition Tour, Meet the Artist, Artcare, serta Jogja Art Weeks.
Untuk target pengunjung, Heri Pamed menjelaskan bahwa ARTJOG lebih mengutamakan kenyamanan dalam menikmati pameran seni rupa tersebut dengan cara membatasi memakai system ticketing,
“Biasanya dalam skala pameran ini maksimal itu setiap harinya dikunjungi 1500 orang setiap hari, Nah tahun ini kita khan akan menyelenggarakan selama kurang lebih 2 bulan, jadi sebenarnya kita nggak ada target jumlah pengunjung, malah kita sudah dalam tahap mengurangi atau membatasi kalau terlalu rame tidak bisa menikmati atau mengaplikasikan, maka kemudian kits batasi dengan cara menjual tiket agar bisa terkontrol,”ujar Heri Pamed.
iMusic.id – Prison Of Blues sukses menyelesaikan total 50 Gigs Tour selama 3 bulan di Indonesia dan Eropa. “Untuk Tour Eropa ini kami adalah kali ke 5 memenuhi undangan salah satu festival Psychobilly terbesar dunia, yang diadakan di Oberhausen-Jerman, dan kali ini kami juga mengajak kolaborator untuk vokal yaitu Dellu Uyee”, kata Bayu Randu gitaris dan juga produser dari Prison Of Blues.
Band Psychobilly Punk ini menyambangi 6 Negara Eropa sekaligus, yaitu German, Ceko, Belgia, Hungaria, Austria, dan Belanda, serta beberapa kota di indonesia dengan total 50 gigs, dan ini tentunya menjadi pencapaian tersendiri dari band dengan genre minoritas ini.
Prison Of Blues adalah band beraliran Psychobilly yang lahir di kota tembakau Temanggung pada 2007, Kali ini Prison Of Blues lebih fresh dengan masuknya Endy Barock pada drum, Topan Murdox pada gitar 2, Dhana pada Contra Bass, 2 personil lama yaitu Bowo pada Vocal & gitar, serta Bayu Randu pada gitar 1 yang juga merangkap sebagai produser.
Hingga saat ini sudah mempunyai 11 album kompilasi yang release di Eropa dan Amerika, dan 4 album solo Prison Of Blues. “Kan saya baru pertama ikut di tour eropa bareng POB, jujur kaget banget, band ini disini besar dan sangat banyak penggemarnya, sampai ada yang bela belain dari California, Spanyol, Italia datang buat nonton POB”, cerita Dellu Uyee.
“Tour 50 titik Indonesia-Eropa ini juga sebagai promo album ke 4 kami, dan seperti biasa kami membawa misi promosi untuk Indonesia, selain bawa atribusi kain Indonesia kami juga secara khusus mempromosikan hantu-hantu Indonesia, seperti Pocong, Kuntilanak, Santet, dll”, ujar Bowo sang vokalis dan founder band ini.
Band ini melakukan tour Eropa mulai tanggal 3-31 Oktober, titik terakhir sukses memukau fans Prison Of Blues di Festival “Psychobilly Earthquake 2025”. Sebelumnya Prison Of Blues sudah langganan memenuhi undangan festival Psychobilly, pada tahun 2016 Bedlam Breakout Festival di Inggris, 2017 Psychobilly Meeting Festival di Spanyol, 2018 tour 7 negara Eropa, 2024 kembali bermain di Psychobilly Meeting Festival di Spanyol, dan 2025 Pyschobilly Earthquake di German.
“Ada hal yang unik dan selalu membuat kami selalu ingin kembali ke festival ini di Eropa, yaitu fanbase kami yang di Eropa, ini unik karena kami sendiri di Indonesia masih kurang diminati, mungkin karena genrenya ga ada yang memainkan di Indonesia sekarang. Lucunya banyak yang mengira kami di Indonesia adalah band besar, setelah kami ceritakan tentang tidak adanya scene Psychobilly di Indonesia baru mereka kaget, haha” tambah Endy Barock, sang drummer.
Prison Of Blues juga memberikan gambaran tentang bagaimana sistem royalti di Eropa berjalan, “tiap titik disini, sebelum main kami harus isi form dari Gema, CMO atau LMK nya Eropa, isi detail lagu yang akan dibawakan lengkap dengan pencipta lagunya, sangat tertib, bahkan kami bawakan lagu artis besar seperti Motorhead atau Queen pun tidak perlu repot dan takut ijin ijin” cerita Dhana dan Topan.
Tour ini disupport oleh kementerian kebudayaan dan juga beberapa sponsor swasta.
iMusic.id – Ajang kompetisi menyanyi nasional tertua di Indonesia, Bintang Radio Indonesia, kembali digelar tahun ini dengan format yang lebih segar dan dinamis. Setelah sukses diselenggarakan di Surabaya tahun lalu, Bintang Radio Indonesia 2025 kini hadir di Jakarta dengan rangkaian pertunjukan spektakuler yang akan berlangsung pada 4, 5, dan 6 November 2025, dan ditutup dengan Result Show pada 8 November 2025.
Sejak pertama kali diselenggarakan pada 1951, Bintang Radio Indonesia telah menjadi wadah lahirnya para penyanyi legendaris tanah air seperti Titiek Puspa, Bing Slamet, dan Vina Panduwinata. Di era modern, ajang ini terus melahirkan bintang-bintang baru seperti Josh Florentino, Maria Pudesa, dan Shabrina Leanor, yang membuktikan bahwa semangat Bintang Radio tetap relevan lintas generasi.
Tahun ini, Bintang Radio Indonesia hadir dengan format tiga putaran penampilan, di mana para finalis akan menunjukkan kemampuan terbaik mereka dalam tiga genre musik: pop, rock, dan lagu daerah. Tak hanya menonjolkan vokal, para peserta juga akan dinilai dari karakter, penghayatan, dan kemampuan beradaptasi dalam berbagai gaya musik.
Menariknya, tahun ini Bintang Radio juga memperkenalkan sistem voting, yang memungkinkan publik ikut menentukan siapa yang akan menjadi bintang baru Indonesia.
Rangkaian Grand Final akan diakhiri dengan penampilan spesial dari Maliq & D’Essentials pada malam puncak tanggal 6 November 2025, serta Result Show spektakuler pada 8 November 2025 yang akan menampilkan Shabrina Leanor, salah satu bintang muda hasil ajang ini, dalam pertunjukan istimewa.
Melalui format dan konsep baru ini, Bintang Radio Indonesia 2025 tidak hanya menjadi ajang kompetisi, tetapi juga perayaan keberagaman musik Indonesia dan bukti bahwa semangat Bintang Radio terus menyala, dari generasi ke generasi.
Tentang Bintang Radio Indonesia
Diselenggarakan pertama kali pada tahun 1951 oleh RRI (Radio Republik Indonesia), Bintang Radio Indonesia merupakan kompetisi menyanyi nasional tertua di tanah air. Selama lebih dari tujuh dekade, ajang ini telah menjadi batu loncatan bagi banyak penyanyi yang kini menjadi ikon musik Indonesia. Dengan semangat inovasi dan regenerasi, Bintang Radio terus beradaptasi mengikuti perkembangan zaman, menggabungkan tradisi, kreativitas, dan teknologi untuk mencari talenta terbaik bangsa.
iMusic.id – Hip Hop Reggae Connection (HRC) siap menyajikan gerakan kolaboratif lintas genre “Rise Up Unity 2025” yang siap mengguncang Jakarta pada 8 November 2025 di Cibis Park, TB Simatupang.
Acara yang di inisiasi Hip Hop Reggae Connection (HRC) ini menghadirkan empat sosok berpengaruh di kancah musik urban Indonesia, Ras Muhamad, Tuan Tigabelas, Conrad Good Vibration, dan Dirayha bersama para seniman lintas scene seperti Laze, Kapala Itang, Iqbal N.G.A., Joe Million, Mister Nobody dari kubu hip hop serta dari scene reggae Radit Echoman, Namoy Budaya, Andrez and The Babylion, Alien Punk, dan masih banyak lagi.
Acara ini bukan sekadar konser, melainkan sebuah movement yang menyerukan semangat kebangkitan, solidaritas, dan aksi nyata untuk perubahan sosial. Lahir dari inisiatif Hip Hop Reggae Connection (HRC) sebuah kolektif yang muncul di masa pandemi 2020 Rise Up Unity hadir sebagai simbol persatuan dan keberlanjutan kreativitas. Melalui power track “Rise Up Unity” yang bisa didengarkan di semua platform streaming digital, proyek ini mengajak generasi muda untuk bersuara dan beraksi bersama.
“Gerakan dari Hip Hop Reggae Connection (HRC) Ini bukan sekadar musik, tapi ajakan untuk menyatukan energi positif dan mengubah kesadaran menjadi tindakan,” ujar Dirayha, produser proyek ini sekaligus salah satu performer utama.
Rise Up Unity bukan sekadar konser. Ini adalah ruang di mana musik, komunitas, dan kreativitas berjalan bersama dalam satu energi. Di sini, hip hop dan reggae bukan hanya didengar, tapi juga dirasakan, dilihat, dan dihidupkan melalui kolaborasi lintas kultur yang segar dan menggerakkan semangat. Selain pertunjukan musik yang penuh semangat positif dan respon sosial, acara ini juga menghadirkan pop-up market berisi karya-karya independen, serta aktivitas komunitas yang merefleksikan semangat gerakan akar rumput dari Rise Up Unity.
“Musik adalah keluarga. Rise Up Unity itu seperti rumah bagi semua orang yang percaya pada kasih, cinta, dan kolaborasi,” tutur Conrad Good Vibration, kolaborator sekaligus performer utama.
Di tengah hiruk-pikuk kota dan industri musik yang mulai meninggalkan akar, Rise Up Unity hadir untuk menandai bahwa kekuatan musik selalu tumbuh dari kebersamaan dan kesadaran. Di panggung ini, hip hop dan reggae berpadu dalam satu ritme yang sama: jujur, lantang, dan membangkitkan. Setiap orang yang datang bukan sekadar penonton, melainkan bagian dari cerita. Cerita tentang musik yang menyatukan, tentang gerakan yang tumbuh dari bawah, tentang energi positif yang menular dan mempersatukan. Karena pada akhirnya, Rise Up Unity bukan hanya soal genre, panggung, atau crowd tapi tentang bagaimana kita semua bisa berdiri dalam satu getaran yang sama. One Vibration. One Movement. Rise Up Unity!
Untuk info lengkap mengenai line up, harga tiket dan lain-lain bisa disimak di https://riseup-unity.com/ dan IG @hiphop_reggae_connection .