Connect with us

iMusic

“Julien Baker” Membagikan Single Barunya, “Favor” Dari Album “Little Oblivions”.

Published

on

iMusic – Julien Baker baru saja membagikan lagu terbarunya, ‘Favor’ dari album Little Oblivions yang akan dirilisnya tahun ini. Lagu ini merupakan follow-up dari single-nya sebelumnya, ‘Hardline’ dan ‘Faith Healer’. Album akan dirilis pada 26 Februari mendatang via Matador Records.

“Aku sering menganggap diriku seperti seorang pembohong yang ulung,” Baker menceritakan tentang lagunya, “ternyata semua teman-temanku membantuku.” Teman-temannya di sini adalah kolaborator Baker di boygenius, Lucy Dacus dan Phoebe Bridgers.

Phoebe berkomentar, “Julien adalah orang yang semua opininya menarik untuk didengarkan. Ia adalah seorang pemikir kritis dengan pandangan yang luas dan menyeluruh. Musiknya juga berkembang dengan cara yang sama, dan album ini bisa dibilang merupakan karya favoritku. Aku yakin karya selanjutnya juga akan menjadi favoritku.”

Lucy menambahkan, “Kami menyanyikan Favor in Nashville pada hari yang sama kami merekam vokal untuk Graceland Too dan lagu milikku. Hari itu atmosfernya sama dengan saat kita merekam EP boygenius. Menulis musik adalah hasil yang alami ketika kami berkumpul, mudah tetapi juga langka karena rasanya sulit direplikasi.

Aku menyukai lagu ini karena ia menggambarkan persahabatan dengan jelas dan sensitive, dan bagaimana mengembalikan kepercayaan yang hancur. Semua ini membuatku berpikir bagaimana kebenaran hanya akan menghancurkan apa yang seharusnya hancur, dan bahwa cinta bukanlah salah satu dari hal yang akan hancur. Aku bangga bisa menjadi bagian dari kehidupan dan music Julien.”

Pada penampilan di rumah untuk KEXP Seattle, Baker membawakan lagu-lagu dari Little Oblivions sekaligus cover untuk single Soundgarden tahun 1995 yang berjudul ‘Fell On Black Days’. Tonton seluruh penampilan sekaligus interview bersama host Cheryl Waters.

Little Oblivions juga masuk ke daftar ‘11 Things To Look Forward to In 2021’ dari The New York Times yang menyebutnya ““Manakjubkan sekali melihat penulis lagu yang tetap jujur apa adanya meskipun penontonnya bertambah… Ia menaikkan musiknya ke ruang yang lebih besar, dikelilingi band rock yang gitar dan drumnya keras, tetapi ia tidak bersembunyi di balik mereka.

Ia tetap bersinar sendiri.” Rolling Stone column, noting “How does a songwriter hold on to honest vulnerability as her audience grows….she scales her music up to larger spaces, backed by a full rock band with ringing guitars and forceful drums. But she doesn’t hide behind them; she’s still ruthless and unsparing, particularly about herself.”

Rolling Stone menambahkan “Little Oblivions bukan hanya karya yang paling kaya dan paling pop sepanjang karir Julien, tetapi juga yang paling jujur dan apa adanya.” Variety juga menambahkan, “Meskipun ia tetap mempertahankan gaya penulisan lagu yang autobiografis dan katarsis, aransemen lagu-lagu di album ini jau lebih kaya dengan berbagai instrumen, yang hampir semuanya dimainkan oleh Julien sendiri. Tanpa ingin membandingkan, kalau di 2020 ada Punisher dari Bridgers, 2021 ini bisa dibilang milik Little Oblivions.”

Julien Baker juga membawakan ‘Faith Healer’ di The Late Show With Stephen Colbert. Syuting penampilan ini dilakukan di Nashville, dan Baker didampingi full band yang mempertegas suara megah yang ia bawakan di albumnya. Stereogum menyebut penampilan ini “luar biasa” sedangkan Rolling Stone berkomentar, “Baker dan band membawakan lagu yang luar biasa ini, menuntunnya menuju chorus akhirnya yang menggugah, ‘Oh faith healer, come put your hands all over me,’ Baker bernyanyi, menampilkan suaranya yang luar biasa.” Artikel tersebut juga memuji Baker sebagai “vokalis paling powerful,” dan Uproxx menyebut penampilan tersebut “powerhouse.”

‘Faith Healer’ merupakan perkenalan perdana Little Oblivions dengan palet musik yang luas dan menularkan keberanian, sebuah transformasi suara bagi Julien yang karya-karya sebelumnya lebih intim. Little Oblivions direkam di kampung halaman Baker di Memphis, Tennessee sejak Desember 2019 hingga Januari 2020, dibantu engineer Calvin Lauber dan mixing oleh Craig Silvey (The National, Florence & the Machine, Arcade Fire) yang keduanya juga bekerja sama dengan Baker di album Turn Out the Lights (2017). Permainan gitar dan piano memukau dari Baker dipadukan dengan bass, drum, synthesizer, banjo, dan mandolin — semua instrumen tersebut dimainkan oleh Baker sendiri. Album ini menjadi autobiografi untuk pengalaman hidup yang ia jalani dan pengamatannya akan sekelilingnya, menunjukkan kepiawaian Baker dalam bercerita.

Album ini menjadi follow-upnya untuk album keduanya di tahun 2017 dan album pertamanya di Matador, Turn Out The Lights. The New York Times memuji LP ini sebagai “karya seorang penulis lagu yang beresonansi dengan penonton internasional (…), album kedua yang langka, membentang melampaui debut yang murni menjadi luar biasa”. The Sunday Times juga menyebutnya sebagai “paduan vokal, aransemen yang kaya, dan post-mortem tentang cinta, kehilangan, kehancuran, dan penerimaan”.

Baker membentuk boygenius pada tahun 2018 bersama Phobe Bridgers dan Lucy Dacus. EP boygenius dan tur Amerika mereka menjadi salah satu yang banyak dibicarakan oleh komunitas musik pada tahun 2018, melejitkan nama Baker sebagai salah satu musisi era ini. (FE)

iMusic

GIGI luncurkan single “Menari – nari”

Published

on

iMusic.id – GIGI resmi merilis single terbaru berjudul “Menari-nari”, sebagai langkah awal menuju peluncuran album penuh mereka yang akan datang, “Forever In The Air”. Single ini menjadi penanda kembalinya GIGI dengan warna musik yang segar namun tetap mengakar pada identitas mereka yang sangat kuat.

Sebagai pelengkap, Menari-nari juga hadir dalam bentuk video lirik bernuansa metropolitan dengan visual yang memberikan interpretasi artistik dari pesan lagu tersebut. Rilisan terbaru GIGI ini lahir dari semangat Armand, Budjana, Hendy, dan Thomas untuk kembali meramaikan industri musik Tanah Air dengan warna yang lebih segar dan relevan.

Lewat single ini, GIGI ingin menghadirkan sesuatu yang baru tanpa meninggalkan ciri khas mereka, sekaligus menjangkau generasi pendengar yang lebih luas, baik para penggemar setia maupun kalangan muda yang mungkin baru mengenal karya-karya GIGI. Harapannya, lagu ini bisa menjadi jembatan antara lintas generasi dan memperkuat eksistensi GIGI di panggung musik Indonesia. Selama ini GIGI dikenal dengan karakter pop-rock yang kuat dan aransemen musik yang kompleks.

Lewat single Menari-nari, mereka menghadirkan pendekatan baru yang lebih sederhana dan segar. Tanpa meninggalkan jati diri musikal mereka, GIGI menyuguhkan warna yang lebih ringan namun tetap penuh makna, sebagai bagian dari evolusi dalam perjalanan musik GIGI.

Dalam proses kreatif pun banyak variasi dan perubahan. Workshop lagu ini pertama kali digarap di Puncak, dengan aransemen yang lebih cepat dan nada yang berbeda. Namun seiring waktu, ritmenya diperlambat, disesuaikan agar lebih seimbang. Part-part baru bermunculan, termasuk keinginan untuk menambahkan solo Hawaiian atau harmonika. Tapi akhirnya, diputuskan: biarlah ini jadi lagu Gigi yang utuh berempat, apa adanya.

Bahkan solo gitar yang tadinya hanya “guide” untuk sementara, dibiarkan tetap hidup hingga proses mixing terakhir. Karena seperti masa lalu, kadang hal yang tak direncanakan justru paling layak untuk dibiarkan tinggal.

Single terbaru Gigi “Menari-nari”, kini bisa didengarkan hari ini di layanan digital streaming platforms seperti Spotify, Apple Music, Deezer, YouTube Music dan lain-lain.

Continue Reading

iMusic

Perjuangan seorang laki – laki di single Zaen bertajuk “Tuhan Bantu Aku”

Published

on

By

iMusic.id – Musisi pendatang baru, Zaen, kembali menyentuh hati para pendengar musik Indonesia dengan peluncuran single terbarunya yang ke-4 berjudul “Tuhan Bantu Aku“. Lagu ini sudah rilis pada tanggal 05 Juli 2025 dan sudah dapat di dengarkan di berbagai DSP seperti (spotify, youtube musik, apple music, Meta (IG, FB, Wa), tiktok, dan Youtube).

Lagu “Tuhan Bantu Aku” dari Zaen menceritakan kisah pilu seorang laki-laki yang tengah berjuang dalam sebuah hubungan cinta jarak jauh (LDR). Inti dari lagu ini adalah curahan hati dan harapan sang pencinta agar rasa cintanya yang besar dapat terbalaskan sepenuhnya oleh sang kekasihnya.

“Tuhan Bantu Aku” dari Zaen mencerminkan beberapa kisah yang kerap dialami banyak orang, perjuangan seseorang yang mengharapkan balasan cinta dari yang ia puja. Namun, harapannya seringkali bertepuk sebelah tangan. Yang di cintainya tidak sepenuhnya membalas perasaannya, bahkan cenderung mengabaikan setiap pesan singkat dan panggilan telepon oleh sang pencinta.

Dalam keputusasaan dan harapannya, ia memohon pertolongan (dengan berdoa kepada Tuhan) untuk bisa membantunya melewati situasi pelik ini. Sikap acuh tak acuh ini meninggalkan sang Pencinta dalam kehampaan dan kerinduan yang mendalam. Banyak dari kita mungkin pernah merasakan bagaimana rasanya diabaikan oleh orang yang kita sayang”, terang Zaen.

Lewat ‘Tuhan Bantu Aku’, saya ingin menyampaikan bahwa dalam situasi seperti itu, kita tidak sendirian dan selalu ada tempat untuk berdoa dan berharap serta memohon pertolongan agar perasaannya dapat tersampaikan dan diterima, atau setidaknya diberi kekuatan untuk menghadapi situasi sulit ini. tambah Zaen mengenai single barunya.

Zaen mengungkapkan tentang bagaimana rasanya mencintai seseorang secara mendalam, memberikan segalanya, namun merasa seperti tidak dianggap atau tidak sepenuhnya diterima. Ada perjuangan batin yang luar biasa ketika Pesan-pesan dan teleponnya hanya berujung pada keheningan atau balasan singkat tanpa makna. Ini adalah ungkapan hati bagi mereka yang berjuang dalam diam, berharap cintanya diperhatikan.

Sebelum “Tuhan Bantu Aku”, Zaentelah dikenal melalui beberapa single yang telah dirilisnya, menunjukkan konsistensinya dalam berkarya. Karya-karya sebelumnya antara lain “Indahnya Ramadhan” yang bernuansa religi, serta lagu cinta melankolis seperti “Kapan Kau Kembali” dan “Jangan Pernah Tinggalkan Aku“. Kehadiran single baru ini semakin memperkaya diskografi Zaen dan membuktikan kematangannya dalam bermusik.

Lagu “Tuhan Bantu Aku” sudah dapat didengarkan melalui media platform musik digital favorit Anda seperti Spotify, Apple Music, Joox, dan lainnya. Video lirik resmi juga tersedia di kanal YouTube Zaen.

Continue Reading

iMusic

Unit Metalcore asal Banjarmasin, ‘Finalmorph’ ganas di EP “mental Health”

Published

on

iMusic.id – Setelah memperkenalkan diri melalui single perdananya, “Civil War” pada tahun lalu, akhirnya Finalmorph berhasil merilis EP (mini album) yang ber tajuk “Mental Health” pada 1 Juli 2025. EP ini telah tersedia format digitalnya di berbagai DSP.

Single utama dari EP tersebut yang berjudul “Lust” juga telah dirilis MV (Music Video)-nya di kanal YouTube resmi band metalcore asal Banjarmasin, Kalimantan Selatan ini. “Lust” menjadi karya Finalmorph yang sangat gelap, mengisahkan tentang gelora hawa nafsu yang akan membawa kepada kepedihan, didukung dengan MV nya yang bernuansa teatrikal menghidupkan visualisasi gelap “Lust”.

Home Studio Recording Proses rekaman EP “Mental Health” dilakukan di studio pribadi dalam rumah gitaris sekaligus komposer Finalmorph, Ahmad Hidayat yang akrab disapa Jims. Bersama dua rekan bandnya, dramer M. Adwa Ulhaq dan vokalis Fernando Sastra Cendana alias Vero, Jims mengerjakan EP ini memakan waktu sekitar enam bulan namun karena adanya kesibukan mereka masing-masing, prosesnya menjadi agak molor.

“Tak disangka effort yang kami kerahkan untuk proses pengerjaan EP ini, mengingat kami semua memiliki kesibukan pekerjaan masing-masing. Tetapi justru dari sinilah chemistry kami sebagai Finalmorph terbentuk dan teruji. Sungguh pengalaman yang luar biasa dan kami sangat bersyukur pada Juli 2025 ini semua bisa rampung dan kami sangat puas dengan hasil kerja keras kami dalam EP ini,” ungkap Jims.

Proses pengerjaan EP ini juga turut melibatkan Karis, gitaris Deadsquad. Mixing dan mastering EP berisi 5 lagu tersebut dikerjakan oleh Karis.

“Awal mulai kenal Karis karena saya nge-DM bang Karis setelah melihat IG Story-nya beliau yang menawarkan jasa mixing dan mastering. Setelah ngobrol, akhirnya saya coba kirim materi kami ke Karis, ternyata hasilnya menurut kami oke. Selain mendapatkan hasil suara yang bagus, kami juga mendapat ilmu dari bang Karis terutama ilmu tentang teknis rekaman karena nggak semudah mengirim materi saja sih ke bang Karis. Beliau sangat kritis dan detail dalam mendengarkan materi mentah saat take rekaman. Jadi kalau ada yang missed dalam take gitar atau vokal pasti disuruh revisi, hehe,” ungkap Jims.

“Nah dari situ kami dikasih tahu ilmu tentang bagaimana rekaman yang benar walau hanya di studio rumahan. Bahkan yang bang Karis ajarkan ke kami ya itulah cara Deadsquard rekaman sehingga kami ikuti instruksi beliau karena itu ilmu yang sangat bermanfaat buat kami,” imbuhnya.

Tema lirik dan musik EP “Mental Health” terinspirasi oleh permasalahan kaum muda dalam pergaulan kehidupan zaman sekarang dengan segala problematikanya yang kompleks. Hal itu melahirkan inspirasi besar sebagai materi utama Finalmorph dalam menciptakan karyanya sepanjang satu tahun terakhir ini.

Rhino” dengan musiknya yang agresif menjadi track pembuka EP, dilanjutkan track ke-2, “Voiceless” yang epik dengan irama yang enerjik membuat warna baru dalam musikalitas Finalmorph. “Civil War” menempati urutan track ke-3 yang pastinya sudah familiar sejak 2024 lalu, dan “Fallacy” yang berada di track ke-4 menjadi daya tarik tersendiri dari EP ini, sementara itu “Lust” menjadi track penutup di EP ini.

Secara aransemen “Lust” cukup tricky dengan riff-riff yang catchy, ketukan dram yang groovy serta vokal yang keras dan berat. Semuanya berpadupadan antara nuansa gelap dan tetap manis yang menjadi ciri khas Finalmorph yang unik.

Pengaruh Musikal Setelah single “Civil War” didengarkan oleh banyak orang, tidak sedikit orang yang menilai bahwa musik Finalmorph kental dengan pengaruh band metalcore Inggris, Architects. Tak terkecuali lagu-lagu dalam EP “Mental Health”.

“Tiap personel memiliki selera musik yang berbeda-beda dan sangat kompleks. Cukup banyak vokalis terkenal yang menjadi inspirasi kami seperti Corey Taylor dari Slipknot, alm. Chester Bennington dari Linkin Park, M. Shadow dari Avenged Sevenfold, termasuk Sam Carter dari Architects. Untuk riff gitar sendiri sih mungkin ada terinspirasi dari Architects, namun saya juga mengambil inspirasinya nggak cuma metal, bisa dari musik progressive rock pun bisa. Mungkin bisa dengar lagu “Voiceless”, riff-nya sih menurut kami jarang sekali digunakan di metal, agak unik gitu, menurut kami jadi warna baru,” pungkas Jims menegaskan.

Finalmorph mengakui melalui EP “Mental Health” mereka menjadi semakin dewasa dalam menciptakan karya musik mereka, memacu mereka untuk terus berkarya lebih baik lagi.

Continue Reading