iMusic – Sejak pandemi Covid-19 melanda, Bakti
Budaya Djarum Foundation senantiasa menghadirkan beragam pementasan dan
hiburan menarik yang dapat disaksikan di rumah. Menjelang akhir tahun 2020,
Bakti Budaya Djarum Foundation bersama ArtSwara Production akan
mempersembahkan sebuah pertunjukan film pendek musikal bertajuk Lentera
di Tepian yang akan
ditayangkan pada Minggu (20/12) pukul 20.00 WIB mendatang di www.indonesiakaya.com.
“Tak terasa 2020 akan
segera berakhir, banyak perubahan yang dapat kita rasakan dalam dunia seni
pertunjukan selama pandemi. Ruang pentas yang identik dengan bangunan fisik
kini beralih ke ruang daring dan perubahan ini menjadi alternatif agar seni
pertunjukan tetap bertahan. Walaupun sekarang kita tidak dapat menyaksikan
sebuah pertunjukan secara langsung, kami harap keadaan ini dapat mendorong para
pelaku seni untuk terus berkarya dan berinovasi dalam menghasilkan pertunjukan-pertunjukan
virtual yang menarik seperti Lentera di Tepian ini,” ujar Renitasari
Adrian, Program Director www.indonesiakaya.com.
Film pendek musikal yang disutradarai oleh Maera Panigoro
dan ditulis oleh Titien Wattimena ini, akan dimeriahkan oleh Bima
Zeno, Kikan Namara, Chandra Satria, Simhala Avadana, Sita
Nursanti, Taufan Purbo, dan Ubiet Raseuki. Dengan
diiringi musik dari Dian HP dan sutradara visual Tanta Ginting,
musikal Lentera
di Tepian menceritakan tentang Yahya, seorang pemuda yatim yang miskin secara
kebetulan bertemu dengan seorang gadis cantik bernama Cindur, putri seorang
bangsawan Palembang.
“Memproduksi sebuah karya di
tengah pandemi tentu menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi kami. Dengan
proses latihan hingga produksi di tengah-tengah keterbatasan sambil menjalankan
protokol kesehatan seperti pengecekan suhu badan, menjaga jarak, dan senantiasa
mencuci tangan, mendorong kami untuk semaksimal mungkin untuk menyajikan sebuah
lakon yang dapat menginspirasi serta
menghibur para penikmat seni di rumah. Semoga lakon ini dapat diterima dengan
baik dan mendapatkan apresiasi yang tinggi dari para penikmat seni,” Maera
selaku sutradara Lentera di Tepian.
Yahya dan Cindur jatuh cinta pada
pandangan pertama. Namun, hubungan cinta mereka tidak mungkin dapat diwujudkan
sebab perbedaan status sosial yang mencolok antara keduanya. Baik Yahya maupun
Cindur sama-sama menyadari akan kenyataan itu, namun cinta kasih mereka yang
selalu bergejolak mengabaikan kenyataan itu. Itulah sebabnya cinta mereka
dilangsungkan melalui surat.
Pada
suatu hari Yahya bertekad untuk mengakhiri hubungan cinta mereka yang selalu
dilakukan secara sembunyi-sembunyi itu. Dia hendak melamar Cindur secara
terang-terangan. Dengan segala kesederhanaannya, keluarga Yahya pergi melamar
Cindur. Namun, maksud kedatangan mereka ditolak oleh keluarga Cindur karena
mereka berasal dari keluarga dusun yang miskin. Mereka bahkan menghina dan
menyindir keluarga Yahya sehingga rombongan itu pulang dengan membawa segudang
rasa malu dan kesal.
Tak
lama kemudian keluarga Cindur didatangi oleh Harun, seorang saudagar keturunan
Arab yang kaya raya. Lelaki itu bermaksud untuk melamar Cindur. Orangtua Cindur
yang materialistis langsung memutuskan untuk menerima lamaran Harun. Sekalipun
Cindur menolak lamaran itu, perkawinan antara keduanya pun tetap berlangsung.
Kehidupan
perkawinan mereka tidak membawa kebahagiaan bagi Cindur karena ia tidak
mencintai Harun. Ia pun mengetahui kalau tujuan Harun menikahinya hanyalah
karena harta ayahnya saja. Selain itu, perlakuan Harun terhadapnya pun sangat
kasar. Itulah sebabnya ia selalu menceritakan kegalauan, kesedihan, dan
kerinduannya terhadap Yahya melalui surat-suratnya. Apa yang akan terjadi
kepada sepasang kekasih ini?
“Kali ini, dalam film pendek musikal
Lentera di Tepian, saya akan memerankan sosok Cindur, seorang perempuan yang berada di tengah pilihan sulit
antara cinta, keluarga, dan sebuah dilema besar dalam hidupnya. Senang rasanya bisa kembali bekerja sama dengan
para seniman hebat dan menghibur para
penikmat seni di rumah. Semoga selain menjadi alternatif hiburan,
penampilan kami juga dapat menginspirasi. Jangan sampai ketinggalan untuk
menonton ya!” ujar Kikan Namara.
Lentera di Tepian ini adalah
pertunjukan virtual dengan tiket berbayar sebesar Rp. 35.000, untuk 100 pembeli
pertama dan Rp. 50.000, untuk reguler yang dapat dibeli di www.Indonesiakaya.com sejak 27 November 2020 yang lalu. Tunggu apa lagi,
segera dapatkan tiketmu, sebelum kehabisan!
Sebagai salah satu produsen rokok
terbesar di Indonesia yang berasal dari Kudus, Jawa Tengah, Indonesia,
PT Djarum memiliki komitmen untuk menjadi perusahaan yang turut berperan serta
dalam memajukan bangsa dengan cara meningkatkan kualitas sumber daya manusia
dan mempertahankan kelestarian sumber daya alam Indonesia.
Berangkat dari komitmen tersebut,
PT Djarum telah melakukan berbagai program dan pemberdayaan sebagai bentuk
tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) di masyarakat dan lingkungan selama
kurun waktu 60 tahun. Pelaksanaan CSR ini dilaksanakan oleh Djarum Foundation
yang didirikan sejak 30 April 1986, dengan misi untuk memajukan Indonesia
menjadi negara digdaya yang seutuhnya melalui 5 bakti, antara lain Bakti
Sosial, Bakti Olahraga, Bakti Lingkungan, Bakti Pendidikan, dan Bakti Budaya.
Semua program dari Djarum Foundation adalah bentuk konsistensi Bakti Pada
Negeri, demi terwujudnya kualitas hidup Indonesia di masa depan yang lebih baik
dan bermartabat.
Dalam hal Bakti Budaya Djarum
Foundation, sejak tahun 1992 konsisten menjaga kelestarian dan kekayaan budaya
dengan melakukan pemberdayaan, dan mendukung insan budaya di lebih dari 3.500
kegiatan budaya. Beberapa tahun terakhir ini, Bakti Budaya Djarum Foundation
melakukan inovasi melalui media digital, memberikan informasi mengenai kekayaan
dan keragaman budaya Indonesia melalui sebuah situs interaktif yang dapat
diakses oleh masyarakat luas melalui www.indonesiakaya.com. Kemudian membangun dan
meluncurkan “Galeri Indonesia Kaya” di Grand Indonesia, Jakarta pada
10 Oktober 2013. Ini adalah ruang publik pertama dan satu-satunya di Indonesia
yang memadukan konsep edukasi dan multimedia digital untuk memperkenalkan
kebudayaan Indonesia agar seluruh masyarakat bisa lebih mudah memperoleh akses
mendapatkan informasi dan referensi mengenai kebudayaan Indonesia dengan cara
yang menyenangkan dan tanpa dipungut biaya.
Bakti Budaya Djarum Foundation
bekerja sama dengan Pemerintah Kota Semarang mempersembahkan “Taman
Indonesia Kaya” di Semarang sebagai ruang publik yang didedikasikan untuk
masyarakat dan dunia seni pertunjukan yang diresmikan pada 10 Oktober 2018,
bertepatan dengan ulang tahun Galeri Indonesia Kaya ke-5. Taman Indonesia Kaya
merupakan taman dengan panggung seni pertunjukan terbuka pertama di Jawa Tengah
yang memberikan warna baru bagi Kota Semarang dan dapat menjadi rumah bagi para
seniman Jawa Tengah yang bisa digunakan untuk berbagai macam kegiatan dan
pertunjukan seni budaya secara gratis.
Bakti Budaya Djarum Foundation
juga melakukan pemberdayaan
masyarakat dan rutin memberikan pelatihan membatik kepada para ibu dan remaja
sejak 2011. Hal ini dilatarbelakangi kelangkaan dan penurunan produksi Batik
Kudus akibat banyaknya para pembatik yang beralih profesi. Untuk itu, Bakti
Budaya Djarum Foundation melakukan pembinaan dalam rangka peningkatan
keterampilan dan keahlian membatik kepada masyarakat Kudus agar tetap hadir
sebagai warisan bangsa Indonesia dan mampu mengikuti perkembangan jaman tanpa menghilangkan ciri khasnya.
Lebih lanjut informasi mengenai Bakti Budaya Djarum Foundation dapat
mengakses www.djarumfoundation.org, www.indonesiakaya.com. (FE)