iMusic – Bagaimana caranya membuat film Indonesia agar
menjadi tuan rumah di negeri sendiri? Pertanyaan krusial itu mengemuka dalam
Sosialisasi BSM Kebangkitan Perfilman dan Bioskop Pasca
Program Vaksinasi COVID-19, secara virtual di Jakarta,
Rabu (2/6/2021).
Menurut produser film, sutradara, artis dan penggiat
perfilman Indonesia Lola Amaria, pertanyaan sederhana itu, membutuhkan
jawaban yang tidak sederhana. Karena, meski pertanyaan itu acap diulang-ulang,
tapi sampai sekarang, pada praktiknya film Indonesia tetap belum mampu menjadi
tuan rumah di negerinya sendiri. Apalagi di masa pandemi seperti
sekarang ini.
Yang terjadi justru sebaliknya. Film import atau film asing (Hollywood)
yang justru menjadi tuan di Indonesia. Karena proteksi atas film nasional
dan perlakuan yang diterima film produksi anak negeri, dalam peredarannya
ditentukan di pemilik jaringan bioskop secara sepihak.
Yang tentu saja, menjadi rahasia umum, lebih mementingkan
film import yang notabene didatangkannya ke Indonesia, via bendera usahanya
miliknya yang lain. Dan oleh karenanya, secara alamiah, jaringan bioskop
miliknya, akan lebih mengutamakan peredaran filmnya sendiri. Demi mengembalikan
modal, atau alasan lainnya, dari pada nasional, yang hanya “menumpang
tayang” di jaringan bioskop miliknya.
“Bagaimana bisa menjadi tuan rumah jika satu (1) bioskop
ada lima (5) layar. Dan empat (4) layar itu, digunakan untuk memutar film asing
dan hanya satu (1) layar untuk memutar film Indonesia. Itu namanya film asing
menjadi tuan rumah di negeri Indonesia,” kata Lola Amaria dalam sesi Q n A
di virtual meeting yang diinisiasi Lembaga Sensor Film (LSF).
Lola menambahkan, bioskop hanya pro pada film yang
menguntungkan mereka. Karena sistem yang dibangun pemilik jaringan bioskop
sudah berjalan seperti itu, dari lama.
“Atau film yang berbujet promo sangat besar. Apalah
kita-kita ini, yang bikin film aja bujetnya kecil,” kata Lola sembari
menekankan di masa pandemi yang membekap dunia ini, bukan hanya bioskop yang
terkena dampak signifikan. Sektor yang lain, seperti pariwisata, penerbangan,
perhotelan, media, juga sektor lainnya juga mengalami pukulan telak yang
serupa.
Selain itu, masih menurut Lola Amaria, media tonton karya
kreatif seperti film, bukan hanya ada di bioskop. Ada Over The Top (OTT)
dan media digital lainnya, karenanya dia tetap meminta ekosistem perfilman
harus mampu dan mulai mencari alternatif penayangan film di luar bioskop yang
sangat hegemonis.
Dalam acara yang juga menghadirkan Menteri BUMN Erick
Thohir, Ketua Gabungan Pengusaha Bioskop Indonesia (GPBSI) Djonny
Syahruddin, dan narasumber lainnya itu, tema Kebangkitan Perfilman dan
Bioskop Pasca Program Vaksinasi COVID-19, oleh Lola Amaria juga dikritik.
“Harusnya temanya Kebangkitan Perfilman Indonesia dan Bioskop Pasca Program Vaksinasi COVID-19. Karena yang paling pertama dan utama yang harus diperhatikan adalah ekosistem pendukung utama perfilman Indonesia, yaitu orang-orang kreatif seperti kami. Sebagai backbone perfilman Indonesia,” tekan Lola Amaria. (FE)