Connect with us

iMovies

“Losmen Melati”, Film Horor dengan Kisah Pemilik Losmen yang Misterius.

Published

on

iMusic – Catchplay bersama Infinite Studios meramaikan perfilman Indonesia dengan merilis film Losmen Melati. Film ini akan segera tayang di bioskop-bioskop d seluruh Indonesia pada 16 Maret 2023 mendatang.

Film Losmen Melati sendiri merupakan sebuah film panjang bergenre horor, yang menceritakan sebuah penginapan yang terpencil dan misterius, yang dikelola oleh pemiliknya yang misterius bernama Melati, memikat para pengunjung yang tidak curiga.

Di sini, mereka dihadapkan dengan mimpi buruk terburuk mereka, dan tidak pernah terlihat lagi. Sebelum resmi dirilis pada 16 Maret mendatang, pihak rumah produksi merilis official trailer film Losmen Melati melalui jumpa pers yang dilakukan secara daring pada 20 Februari 2023.

“Losmen Melati merupakan sebuah film horor yang berbeda, dimana dilengkapi dengan drama, sains, thriller. Film ini bukan cerita yang dihadirkan dalam sesaat pengertiannya saja. Tetapi dengan karakter utama yang saya perankan, Madam Melati, film ini dikemas dengan pengertian bagus dan sejuta misteri di dalamnya,” ungkap Alexandra Gottardo, pemeran tokoh Melati.

Lebih jauh lagi, film Losmen Melati akan menyajikan ciri khas film dengan elemen klasik dan misterius. Menggabungkan campuran klenik paranormal, horor, dan sensasi horor yang menegangkan dengan banyaknya penampakan. Film Losmen Melati akan hadir menjadi satu sajian film horor paket lengkap untuk para penontonnya.

“Film genre horor di Indonesia sangat beragam dan sangat diminati, CATCHPLAY melalui film Losmen Melati ingin memberikan pengalaman menonton film horor yang berbeda denga menyajikan bukan hanya visual menyeramkan dan menegangkan tetapi juga cerita yang dibalut twists, thriller dan action, dengan kualitas visual dan para pemain yang sangat baik, sehingga memberikan kesan yang tak terlupakan bagi penonton hingga mereka ingin membagi pengalaman tersebut dengan orang lain.

Harapan kami Losmen Melati ini bisa memberikan film berkualitas dan menghibur untuk masyarakat Indonesia sekaligus berkontribusi bagi dunia perfilman Indonesia,” ungkap Dhini W. Prayogo, Country Manager Indonesia.

Melanjutkan pihak Catchplay, Billy Christian sebagai Co-Director ikut menambahkan pernyataan mengenai film ini. “Proses pembuatan film ini sudah kami pikirkan secara detail sejak pandemi 2020, dengan mempertimbangkan berbagai elemen horor Indonesia yang unik.

Kali ini, Losmen Melati diproduksi sebagai film horor dengan tokoh ikonik yang bisa dikenang dan menempel dalam ingatan, yaitu Madam Melati,” ungkap Billy Christian.

Selain diperankan oleh Alexandra Gottardo, film ini juga dibintangi oleh Kiki Narendra, Dwi Sasono, Fandy Christian, Samuel Panjaitan, Kinaryosih hingga Jordan Omar.

Film Losmen Melati akan dibuka tentang para pelancong yang tengah mencari penginapan. Mereka menemukan Losmen Melati dan menjadi tamu di sana. Hingga kemudian mereka menyadari jika sudah masuk ke sana, mereka tidak akan pernah keluar lagi.

Melati, sebagai pemilik losmen ternyata memiliki agenda tersembunyi untuk para tamu yang datang ke losmennya. Di tengah kengerian yang terjadi di dalam losmen, penonton akan diperlihatkan tentang latar belakang sosok Melati yang kelam.

Tapi ternyata ada hal yang lebih menyeramkan lagi dari masa lalu Melati, dan kekuatan jahat itu akan diungkap dalam film Losmen Melati. (FE)

iMovies

Peluncuran FFI 2024, Komite FFI Usung Tema “Merandai Cakrawala Sinema Indonesia”.

Published

on

iMusic.id -Komite FFI periode 2024–2026 yang baru saja terpilih dan diketuai Ario Bayu mengumumkan tema perhelatan Festival Film Indonesia (FFI) 2024. Tema yang diusung untuk FFI 2024 adalah “Merandai Cakrawala Sinema Indonesia.”

Merandai memiliki makna mengarungi, menjelajahi. Melalui tema “Merandai Cakrawala Sinema Indonesia,” FFI 2024 diharapkan menjadi ruang yang terus menghidupkan kolaborasi berlandaskan semangat kesetaraan dalam membangun ekosistem perfilman Indonesia yang kreatif, inovatif, inklusif, dan produktif.

Cakrawala sinema Indonesia terus-menerus meluas sebagai buah dari pergulatan insan film maupun perkembangan lingkungan global yang melingkupinya. Dengan demikian, perjalanan merandai (menjelajahi) cakrawala sinema Indonesia demi meraih kesempurnaan dan keunggulan itu mesti dibingkai oleh upaya menangguk kearifan masa lalu, memeluk masa kini, dan membentuk masa depan.

Dalam peluncuran FFI 2024, sekaligus diperkenalkan kepengurusan baru Komite FFI periode 2024–2026, yang diketuai oleh Ario Bayu. Komite FFI 2024–2026 adalah Ario Bayu (Ketua Komite), Prilly Latuconsina (Ketua Pelaksana), Budi Irawanto (Ketua Bidang Penjurian), Mandy Marahimin (Ketua Sekretariat), Gita Fara (Ketua Bidang Keuangan dan Pengembangan Usaha), Pradetya Novitri (Ketua Bidang Acara), Nazira C. Noer (Ketua Humas Acara), dan Michael Ratnadwijanti (Ketua Humas Penjurian). Bidang-bidang di kepanitiaan diisi oleh para profesional

yang memiliki rekam jejak dan capaian pada profesinya masing-masing yang masih berkaitan erat dengan dunia film.

Komite FFI 2024–2026 juga berkomitmen untuk mendorong proses kolaborasi sehingga dapat menemukan peluang dan potensi baru di industri film Indonesia.

Kolaborasi menjadi jiwa dan landasan utama dari FFI 2024 dan kunci untuk meningkatkan industri film Indonesia di mata dunia.

“Sinema Indonesia tak pernah berhenti pada titik tertentu, alih-alih terus menjelajahi kekayaan tematik, batas-batas artistik, dan kepelikan teknis yang ditawarkan oleh teknologi. Inilah sesungguhnya yang menjadi cakrawala atau horizon sinema Indonesia sekaligus konteks bagi mekarnya ekosistem perfilman Indonesia.

Melalui tema “Merandai Cakrawala Sinema Indonesia” Komite ingin FFI 2024 menggerakkan arah sinema ke depan, sekaligus belajar dari sejarah masa lalu sinema kita, dan terbuka dengan semua kemungkinan potensi baru dalam perkembangannya saat ini,” kata Ketua Komite FFI 2024–2026 Ario Bayu. Pada penyelenggaraan FFI 2024, sistem penjurian ‘hibrid’ yang mengombinasikan penilaian kuantitatif (lewat pemungutan suara) dan penilaian kualitatif (lewat diskusi) akan dipertahankan.

Sistem penjurian ini cukup komprehensif, representatif, dan partisipatif yang melewati sejumlah tahapan mulai dari tahap rekomendasi oleh asosiasi profesi perfilman, tahap nominasi oleh Akademi Citra (insan film peraih Piala Citra) hingga tahap penentuan pemenang oleh Dewan Juri Akhir yang merepresentasikan profesional/pembuat film dan mereka yang menjadi bagian dari ekosistem perfilman dengan beragam latar profesi. Publik juga akan terlibat yang difasilitasi oleh teknologi internet untuk mengungkapkan preferensinya terhadap film Indonesia.

“Dengan demikian, sistem penjurian yang melibatkan asosiasi profesi dan Akademi Citra tersebut menjunjung prinsip demokrasi dan penghormatan terhadap profesionalisme serta dedikasi para insan film. Sementara itu, peran Dewan Juri Akhir dalam penentuan pemenang menempatkan film sebagai produk budaya yang dinilai secara kualitatif.

Sedangkan keterlibatan publik bisa menumbuhkan partisipasi serta perluasan apresiasi terhadap film Indonesia,” ujar Ketua Bidang Penjurian FFI 2024–2026 Budi Irawanto. Lebih lanjut, Budi menekankan, “Sistem penjurian menjadi bagian dari upaya bersama untuk semakin memperkuat ekosistem perfilman kita agar lebih solid dan padu.”

Anggota Dewan Juri Akhir akan dipilih oleh Komite FFI 2024–2026 berdasarkan masukan dari asosiasi-asosiasi profesi perfilman. Ikuti informasi terbaru Festival Film Indonesia 2024 melalui kanal media sosial resmi FFI di Instagram @festivalfilmid dan situs resmi di festivalfilm.id. (FE)

Continue Reading

iMovies

Film Dokumenter “Harta Tahta Raisa” Garapan “Soleh Solihun” Rilis Official Poster & Trailer.

Published

on

iMusic.id -Imajinari bekerja sama dengan Juni Records mempersembahkan film dokumenter “Harta Tahta Raisa” yang disutradarai Soleh Solihun yang akan tayang pada 6 Juni 2024 di jaringan bioskop.

Menyambut penayangan film tersebut, Imajinari dan Juni Records merilis official poster & trailer yang memperlihatkan secuplik kisah di balik momen bersejarah “Raisa: Live in Concert: Stadion Utama Gelora Bung Karno” pada tahun lalu.

Selain itu, dalam trailer berdurasi 2 menit 13 detik itu juga menarik ke belakang refleksi perjalanan karir sang diva muda dengan menghadirkan orang-orang yang menjadi sistem pendukungnya. Termasuk, sang manajer dan CEO Juni Records Adryanto Pratono (AdryBoim), orangtua Raisa, dan orang-orang yang bekerja dekat dengan Raisa.

“Gue memang penyanyi tapi kami anggapnya itu sebagai merek. Misalnya gue bilang ‘Im pengen bikin ini’ nanti yang bikin jadi kenyataannya dia (AdryBoim) yang mendesain itu,” kata Raisa dalam salah satu adegan di trailer.

Sementara itu, official poster “Harta Tahta Raisa” menyajikan visual elegan dengan nuansa merah dan sosok Raisa yang mengenakan gaun berwarna merah dengan aksen bunga. Dalam poster tersebut, Raisa juga terlihat anggun, ditampilkan sebagai fokus utama dari poster.

Sebelum menyutradarai film dokumenter “Harta Tahta Raisa,” Soleh Solihun telah lebih dulu menyutradarai beberapa judul film panjang fiksi, “Mau Jadi Apa?” (2017), “Reuni Z” (2018), “Star Syndrome” (2023) dan serial “Cek Toko Sebelah Babak Baru” (2019-2020).

Menyutradarai kisah sang diva, Soleh pun merasa terhormat dengan bisa menyelami lebih dalam perjalanan Raisa di industri musik. Ia pun mengatakan ketika penonton menyaksikan film ini di bioskop, akan ada banyak kisah yang sebelumnya belum pernah terungkap.

“Raisa adalah penyanyi Indonesia yang hingga saat ini selalu mengalami pertumbuhan. Mulai dari kemunculan pertamanya di industri musik Indonesia hingga mencatatkan namanya dalam sejarah sebagai perempuan penyanyi Indonesia yang pertama kali menggelar konser tunggalnya di panggung paling spektakuler di Indonesia, Gelora Bung Karno (GBK). Saya berharap film dokumenter “Harta Tahta Raisa” bisa menjadi persembahan yang juga akan menjadi catatan baru dalam industri musik kita,” kata Soleh Solihun.

Raisa menambahkan, hadirnya film dokumenter “Harta Tahta Raisa” juga menjadi pengalaman baru. Setelah mempersembahkan konser tunggal di Stadion Utama Gelora Bung Karno, film dokumenter ini juga menjadi hal baru lagi yang akan memberikan pengalaman lain bagi para pendengar karyanya dan penonton Indonesia.

“Aku bersama Juni Records selalu memikirkan membuat karya-karya baru. Setelah konser di Stadion Utama Gelora Bung Karno tahun lalu, tentu banyak yang menanti gebrakan apa lagi yang akan dikeluarkan. Melalui film ini, semoga lebih banyak orang juga makin mengenal aku, perjalanan bermusikku, serta orang -orang yang selama ini menjadi bagian dari perjalanan itu,” kata Raisa.

Film dokumenter “Harta Tahta Raisa” sekaligus menandai kerja sama perdana bagi Imajinari dan Juni Records, dua entitas yang bergerak di bidang yang saling bersisian di industri hiburan. Setelah sukses dengan “Ngeri-Ngeri Sedap,” “Jatuh Cinta Seperti di Film-Film,” dan “Agak Laen” yang mencatatkan sejarah dalam industri perfilman Indonesia, dengan menghadirkan film dokumenter yang mengangkat perjalanan dari seorang diva muda Indonesia juga menjadi capaian baru lagi bagi Imajinari.

Produser film dokumenter “Harta Tahta Raisa” dan Co-Founder Imajinari Dipa Andika mengatakan rumah produksinya berkomitmen untuk terus memberikan penyegaran pada karya-karya film yang diproduksi. Terbukti, dari tiga film yang telah dirilis mendapatkan apresiasi yang tinggi dari penonton Indonesia, baik secara komersial dan pujian kritis. Dipa berharap film dokumenter “Harta Tahta Raisa” juga bisa diterima dengan baik oleh penonton Indonesia.

“Meski secara perjalanan Imajinari adalah sebagai rumah produksi baru, tetapi komitmen kami untuk terus menyajikan karya-karya berkualitas yang segar dan baru adalah mutlak. “Harta Tahta Raisa” menjadi bukti bahwa kami tidak pernah bermain di zona nyaman dan selalu mendorong keragaman karya di industri perfilman Indonesia,” kata produser film dokumenter “Harta Tahta Raisa” Dipa Andika.

Film dokumenter persembahan Imajinari bekerja sama dengan Juni Records akan tayang di jaringan bioskop Indonesia pada 6 Juni 2024. Diproduseri oleh Dipa Andika dan Adryanto Pratono, disutradarai oleh Soleh Solihun, dan Ernest Prakasa sebagai Eksekutif Produser. Ikuti terus perkembangan film dokumenter “Harta Tahta Raisa” di akun media sosial resmi Instagram @imajinari.id dan @juni_records. (FE)

Continue Reading

iMovies

Film Horor “Temurun” Misteri Tradisi Penerus Perusahaan Keluarga,Rilis Teaser Saat Lebaran.

Published

on

iMusic.id — Film horor “Temurun” produksi Sinemaku Pictures yang bekerja sama dengan Legacy Pictures hari ini merilis teaser yang bisa disaksikan di bioskop XXI, mulai 11 April 2024.

Film “Temurun” karya perempuan sutradara muda Inarah Syarafina merupakan film horor perdana bagi Sinemaku Pictures yang telah sukses dengan dua film drama “Kukira Kau Rumah” dan “Ketika Berhenti di Sini.” Film “Temurun” juga menjadi film panjang debut bagi Inarah.

Dalam teaser berdurasi satu menit tersebut menampilkan pemeran utama Yasamin Jasem dan Bryan Domani. Dewi (Yasamin Jasem) diperlihatkan selalu berada di dalam rumah, mengalami berbagai teror dari sosok perempuan misterius. Sementara itu, Sena (Bryan Domani) terlihat seperti sedang menginvestigasi sesuatu yang masih menjadi misteri baginya.

Di teaser tersebut juga disajikan adegan-adegan mencekam mulai dari peristiwa orang-orang yang digantung, hingga Dewi yang disekap dan terkapar di antara potongan daging. Selain menampilkan Yasamin Jasem dan Bryan Domani, teaser juga menampilkan Kiki Narendra dan Jajang C. Noer.

“Sudah menjadi tradisi di keluarga kita, bahwa kepemimpinan perusahaan dijalankan garis temurun keluarga,” bunyi potongan dialog yang disampaikan Jajang C. Noer di atas ranjang tidurnya.

Film “Temurun” dibintangi oleh Yasamin Jasem, Bryan Domani, Jajang C. Noer, Kiki Narendra, Mian Tiara, dan Karina Suwandi. Umay Shahab dan Prilly Latuconsina menjadi produser film ini.

“Ketika Sinemaku Pictures memutuskan memproduksi horor, saya juga berpikir bahwa kami di sini ingin mencoba dengan berbagai genre. Apa yang membedakan horor yang diproduksi Sinemaku dengan yang lain, saya rasa yang membedakan adalah alur ceritanya. Karena “Temurun” mengangkat cerita dari berbagai macam kejadian yang ada di Indonesia namun kami modifikasi ceritanya hingga seperti yang ada di film “Temurun” yang akan penonton saksikan,” kata produser film “Temurun” dan Sinemaku Pictures Prilly Latuconsina.

Film “Temurun” telah merampungkan syuting pada Februari dan akan tayang pada tahun ini. Ikuti informasi terbaru mengenai film horor “Temurun” melalui akun media sosial Instagram di @temurun.film dan @sinemaku.pictures. (FE)

Continue Reading