Connect with us

iMusic

“MAHEN” Kembali Merilis Single Terbarunya Berjudul “Seamin Tak Seiman”.

Published

on

iMusic – Di tengah mempersiapkan album perdananya, MAHEN kembali merilis single terbarunya yang berjudul “Seamin Tak Seiman”. Lagu yang rencananya akan hadir di albumnya tersebut ini, diciptakan oleh Mahen bersama Beraldy Dean. Hadir dengan genre musik Pop, lagu ini mengangkat tema tentang hubungan cinta beda agama.

“Aku suka banget sama lagu ini. Tentang cinta beda agama, pasti banyak orang yang pernah atau sedang mengalami ini. Dalam permasalahan ini kita seperti dihadapkan pada pertanyaan atau pilihan enggak sih? Apakah kamu ingin memilih cintamu atau memilih kepercayaanmu?. Mungkin lagu ini bisa menemani mereka-mereka yang sedang mengalami hal ini.

Aku juga dulu pernah sih, menjalani hubungan beda agama, cinta pertama pula. Walaupun hubungannya enggak berjalan baik, tapi gak apa-apa. Dimana hubungan Seamin Tak Seiman ini menyakitkan tapi menjadi pembelajaran buat aku dan memberi aku pengalaman yang luar biasa”, jelas Mahen soal lagu ini.

Mahen mengungkapkan bahwa ia menulis lagu ini karena terinspirasi dari sebuah lagu yang pernah ia dengar. “Beberapa teman yang sudah aku kasih dengar lagu ini ada yang berkomentar kalo lagu ini mirip lagu apa yah? Itu hal yang wajar yah dalam bermusik kalo sebuah lagu baru dibilang mirip dengan lagu yang sudah ada. Namun sebenarnya saat buat lagu ini, aku sedikit banyak terinspirasi dari lagu Will Gittens yang judulnya A day With You”, ujar Mahen.

Di lagu ini Mahen dan Beraldy Dean cukup piawai memainkan kata demi kata dalam lirik lagu untuk menyampaikan isi dari lagu ini. Secara aransemen musik pun, dihadirkan dengan apik sehingga semua terasa pas dan mungkin bisa mewakili perasaan orang-orang yang sedang mengalami dilema hubungan beda agama.

“Proses pembuatan lagunya cuma 3-4 jam dibuat bareng mas Beraldy. Keren banget, kita break down sama-sama lagunya. Yang aransemen musiknya juga mas Beraldy, lalu aku kasih ide bagaimana kalo di lagu ini dikasih element sound atau chord gereja seperti suara lonceng gereja, dan diberi sedikit Arabic Sound di part tertentu. Supaya yang mendengarkan lagu ini bisa memahami rasa yang ingin kami sampaikan di lagu ini”, ungkap Mahen.

Mahen adalah penyanyi muda berbakat yang sukses menarik perhatian penikmat musik di awal kemunculannya di blantika musik Indonesia dengan lagu “Pura Pura Lupa”.  Lagu yang dirilisnya di akhir tahun 2019 tersebut mendapat respon yang sangat baik dan dicover banyak orang, bahkan dicover dalam berbagai bahasa.

Sejak saat itu, Mahen cukup produktif dalam mengeluarkan karya. Sebut saja lagu “Luka Yang Ku Rindu”, “Datang Untuk Pergi”, “Cinta Selesai” dan “It’s Okay To Not Be Okay” adalah jejeran lagu yang telah dirilis Mahen hingga saat ini. (FE)

iMusic

Group rock Surabaya, POTS rilis single kolaborasi dengan Naykilla

Published

on

iMusic.id – Grup band rock asal Surabaya, The People of the Sun (POTS) dengan bangga mengumumkan perilisan single terbaru mereka berjudul “Two Tickets“, yang menjadi bagian dari album perdana yang akan datang.

Sebagai single ketiga POTS, “Two Tickets” merupakan lanjutan dari maxi-single yang dirilis akhir 2024. Lagu ini membawa harapan besar untuk menjadi gerbang menuju album perdana mereka.

Di tengah pengerjaan maxi-single “Akal/Bagaimana Jika Gelap“, Naykilla diminta untuk mengisi vokal di salah satu trek. Saat itu pula, ide kolaborasi vokal di single “Two Tickets” muncul dan berhasil dieksekusi, membuat lagu ini menjadi kolaborasi pertama POTS dengan musisi lain.

Dengan kolaborasi dan eksplorasi musik yang matang, POTS yang digawangi oleh Adria Riswinanda (gitar, produser), Johannes Febrianto Elyas (gitar, vokal), Rahmana Wiradanu (bass, vokal), dan Bimo Putranto Widiyahutomo (drum, songwriter) ini berharap “Two Tickets” dapat menyentuh hati pendengar dan menjadi karya yang relevan bagi siapa pun yang mendengarkannya.

Bimo Putranto Widiyahutomo, drummer POTS, menjelaskan bahwa lagu ini adalah eksplorasi dari berbagai elemen yang telah lama ada.

“Liriknya sudah ditulis sejak 2016 tetapi tidak menemukan tempat yang tepat. Baru di 2022, ketika POTS terbentuk dan kami aktif workshop, ide untuk memasukkan lirik dan vokal muncul. Namun, proses pengerjaannya baru rampung pada 2024 setelah pergantian personil yang membawa semangat baru,” ucap Bimo.

Dalam liriknya, lagu ini menghadirkan perspektif seorang pria yang mengungkapkan perasaannya terhadap pasangan, menggambarkan momen-momen kebersamaan yang begitu berarti hingga ia yakin untuk menawarkan “dua tiket hingga akhir dunia”, sebuah kiasan indah untuk mengajak ke jenjang hubungan yang lebih serius.

Shot with OldRoll Classic M.

Proses kreatif dalam penggarapan “Two Tickets” melibatkan seluruh personil POTS, dari para pemain tambahan hingga manajer band yang berkontribusi dalam aransemen. Lagu ini sepenuhnya dikerjakan secara in-house di 912studio, milik gitaris mereka, dengan dukungan Naykilla, yang turut mengisi vokal. Mixing dan mastering dilakukan oleh Avedis Mutter, menghasilkan kualitas audio yang memuaskan.

Single “Two Tickets” adalah karya dengan nuansa soft, mengurangi elemen elektronik dan lebih fokus pada pendekatan organik. Lagu ini mencerminkan proses kreatif yang jujur, tanpa banyak intervensi distorsi, dengan aransemen vokal yang memberikan kesan emosional mendalam.

Continue Reading

iMusic

Mitty Zasia alami kerinduan akan kampung halaman di lagu “Untuk Perempuanku Di Cermin” feat. Fanny Soegi

Published

on

iMusic.id – Mitty Zasia, penyanyi dan penulis lagu asal Indonesia yang pernah merilis lagu berjudul “Yang lain Boleh Hilang Asal Kau Jangan” sudah cukup lama menjadi perantau di Jogjakarta merilis sebuah single yang melibatkan Fanny Soegi sebagai kolaboratornya.

Single baru yang berjudul “Untuk Perempuanku Di Cermin” adalah lagu yang ia daulat sebagai single kedua dari album keduanya berjudul “Nanti Malam Ku Pikir Lagi” yang sudah dirilis pada Oktober 2024 lalu oleh Mitty Zasia.

Lagu “Untuk Perempuanku Di cermin” ditulis oleh Mitty Zasia sebagai bentuk dari usaha untuk mendokumentasikan banyak hal yang ia rasakan selama di perantauan. Apa yang Mitty rasakan selama perantauan coba dirangkumnya dalam sebuah karya.

Menurut Mitty Zasia, beberapa pemicu sederhana kerap memancing rindu bagi seseorang yang sedang ada di perantauan. Di antaranya seperti aroma masakan ibu, kehangatan obrolan di ruang keluarga, puasa pertama bersama orang tua dan masih banyak lagi. Hal – hal al tersebut kerap menjadi alasan bagi mereka yang sedang berada di perantauan ingin segera kembali pulang. Namun sayangnya, tak semua orang yang berada di perantauan bisa dengan leluasa untuk bisa pulang.

Banyak faktor yang membuat para perantau sukar untuk kembali ke kampung halaman walau hanya sebentar. Mulai dari jarak yang begitu jauh, alasan ekonomi, waktu yang dimiliki tidak begitu luang dan lainnya. Dan hal itu tentunya bukanlah sesuatu yang mudah untuk bisa diterima oleh mereka yang kini sedang berada jauh dari kampung halaman. Mitty Zasia sendiri sudah sejak tahun 2014 sudah meninggalkan tempat kelahirannya di Kotamobagu, Sulawesi Utara

“Apalagi ketika bulan puasa seperti ini, ada momen yang sangat aku rindukan bersama keluarga di sana. Seperti sahur dan puasa pertama bersama mereka (keluarga). Mungkin itu sederhana, tapi aku sudah bertahun-tahun tidak bisa merasakan momen sederhana itu bersama keluarga di sana. Mungkin hal ini juga dirasakan oleh para perantau sepertiku,” ungkap musisi yang kini bermukim di Yogyakarta itu.

Berkaitan denga pemilihan Fanny Soegi sebagai kolaborator dalam lagu “Untuk Perempuan Di Cermin”, Mitty menjelaskan bahwa ini didasari ketika ia mendengar hal – hal yang Fanny kisahkan dalam sebuah podcast bersama Soleh Solihun. Dari berbagai macam perasaan yang ia rasakan bersama lagunya tersebut, Mitty merasa bahwa lagu “Untuk Perempuan Di Cermin” harus ia bawakan bersama Fanny Soegi.

“Ketika aku menonton podcast tersebut, aku benar-benar merasa perasaan yang ada di dalam lagu ini harus dibawakan sama aku dan juga Fanny. Belum lagi, Fanny juga ternyata sama-sama merantau seperti aku,” pungkasnya.

Untuk lebih mengenalkan single ini sendiri, Mitty Zasia bersama Fanny Soegi merilis video lirik dan juga tayangan live session lagu “Untuk Perempuanku Di Cermin” di kanal Youtube Mitty Zasia, dan resmi dirilis pada hari ini, Jumat (7/3/205) lalu.

“Untuk Perempuanku Di Cermin versi live session sendiri direkam secara langsung di Studio Kuaetnika, studio yang ada di dalam komplek Padepokan Seni Bagong Kussudiardja, salah satu pusat budaya bersejarah di Yogyakarta. Dalam live session untuk lagu ini, selain melibatkan Fanny Soegi, aku pun melibatkan beberapa nama musisi lain, salah satunya adalah Ronie Udara dan dari sisi visual, aku pun berkolaborasi dengan Mas Bagus Kresnawan bersama teman-temannya di GAS!,” jelas Mitty.

Fanny Soegi yang diajak kolaborasi oleh Mitty mengaku senang bisa terlibat dan mendapatkan banyak manfaat,

“saya mendapatkan sudut pandang lain ketika ia menjadi seorang perantau. Di mana ia bisa menemukan orang-orang baik yang bisa saling menguatkan. “Merantau itu seru. Kita bisa bertemu teman yang sama-sama merantau dan saling menguatkan. Buatku, ternyata arti kata merantau tidak seburuk itu,” ucap Fanny.

Selain itu, lagu “Untuk Perempuanku Di Cermin” yang ditulis oleh Mitty, bagi Fanny memiliki pesan yang sangat bagus. Karena lagu ini bisa memberi kekuatan dan juga menjadi obat rindu bagi para perempuan yang memilih keluar dari zona nyamannya.

“Melalui lagu ini aku ingin menyampaikan, bahwa seseorang yang datang dari jauh pun bukan cuma sekadar untuk bermain-main dengan waktu, berharap pulang nanti akan membawa sesuatu. Walaupun rasa rindu atau kesendirian di tempat jauh sangat menyiksa, ada cinta dari diri sendiri dan cinta yang terkasih menguatkan. Peluk erat,” tutup Fanny.

Continue Reading

iMusic

Stand Here Alone libatkan Iksan Skuter di single “Kita Semua Saudara”

Published

on

iMusic.id – Setelah sukses dengan single “Pura PuraTerluka” bersama Mr Botak, Stand Here Alone kembali merilis single baru dalam rangkaian album Nusantara yang semakin memperkaya eksplorasi musikal mereka.

Kali ini, Stand Here Alone, band pop punk asal Bandung tersebut berkolaborasi dengan seorang musikus yang selama ini lebih dikenal di ranah folk. Namun, ia sendiri meyakini bahwa karyanya melampaui batasan genre tersebut, Ia adalah Iksan Skuter, sosok yang dalam repertoarnya kerap mengangkat berbagai isu, mulai dari politik, sosial, hingga romansa.

Lagu berjudul “Kita Semua Saudara” lahir dari kegelisahan bersama, hasil diskusi panjang yang kemudian terwujud dalam melodi dan lirik yang penuh makna. Stand Here Alone merasa tidak ada figur lain yang lebih tepat untuk diajak berkolaborasi selain Iksan, yang dikenal dengan kemampuannya mengejawantahkan perbedaan secara jelas dan gamblang, dalam gaya khasnya yang reflektif namun tetap membumi.

“Kami ingin lagu ini lebih dari sekadar karya musik. Kami ingin ada pesan yang tersampaikan, dan Iksan memiliki pendekatan unik dalam mengartikulasikan keresahan menjadi sesuatu yang dapat diterima oleh banyak orang,” ujar Mbenk, vokalis Stand Here Alone.

Dengan karakter musikal Stand Here Alone yang penuh energi berpadu dengan warna khas Iksan Skuter yang mendalam dan kontemplatif, “Kita Semua Saudara” menghadirkan dinamika yang segar.

Lagu ini bukan sekadar narasi, tetapi juga refleksi tentang bagaimana keberagaman sudut pandang dapat berpadu dalam harmoni. Lebih dari itu, lagu ini diharapkan mampu menginspirasi pendengarnya untuk hidup berdampingan dalam keberagaman, menghargai perbedaan suku, ras, dan agama sebagai kekuatan, bukan pemisah.

Single Kita Semua Saudara sudah dapat dinikmati di berbagai platform streaming mulai Maret 2025 ini.

Continue Reading