iMusic – Sebuah album kompilasi bertajuk Kopi Manis Pahit dirilis Komunitas Musik Padamara (KMP) yang dilaunching pada
Sabtu (26/12/2020) malam di Bioskop Misbar Purbalingga. Sedangkan pada
Minggu (3/1/2021) untuk digitalnya baru dirilis.
Album kompilasi ini
merupakan program kerja tahunan dari KMP sebagai wujud keikutsertaannya
memajukan industri musik Purbalingga. Tidak sebatas program
kerja tahunan yang harus dikerjakan alakadarnya, sebab seiring kemajuan
teknologi pun album ini diharapkan dapat menjadi wadah para anggota KMP untuk
berkarya sesuai genre yang dikuasai.
Adapun kali ini Album
kompilasi berisi track:
- Pipit –
Terlambat
- Diana – Jangan
Berdiam Saja
- Satusajak –
Jangan Terlalu
- Salsa Bila –
Pelampiasan
- Padaswara –
Bukan Kisah Kelabu
- Gaby Natasya –
Butuh Waktu
- VIP Band –
Parwati
- Eki – Selamat
Pagi
“Kami mewadahi
bagi pegiat seni music di Purbalingga untuk bisa terus berkarya, karena itulah
tidak jarang dari KMP juga mengajak pihak lain sebagai penyelenggara acara
untuk dapat mengundang anggota KMP untuk tampil,” kata ketua KMP, Andy Aziz.
Untuk filosofi dipilihnya
nama Kopi Manis Pahit sebagai judul bukan tanpa alasan, sebab perjalanan dalam
berproses di KMP layaknya secangkir kopi yang ada rasa pahit dan manis. Ada
kalanya menghadapi kepahitan dalam tantangan, dan tidak jarang juga mendapat
manfaat dari proses yang dilakukan.
Dari perjalanan dalam
berproses itulah yang akhirnya membentuk beberapa tema yakni ‘persahabatan,
solidaritas, dan cinta’ yang diharapkan tidak membatasi kreativitas para
anggota komunitas untuk terus berkarya.
Komunitas Musik Padamara Terbentuk pada 25 November
2018 lalu membuat KMP terbilang masih sangat belia dalam berkomunitas, meski
begitu tidak menyurutkan semangat para anggotanya untuk belia juga dalam
berkarya.
Awal terbentuknya KMP hanya
memiliki 15 orang anggota dan itu menjadi modal utama dalam perjalanan KMP
hingga sekarang memiliki sekitar 28 orang anggota aktif, yang terdiri dari 2
(dua) departemen yakni Official dan Talent.
Layaknya sebuah komunitas,
kendala dalam pengelolaan tentu saja menjadi masalah yang pertama dihadapi.
Namun karena semangat, konsisten, dan kerjasama antar anggota yang akhirnya
membuat KMP mampu bertahan dan berkembang secara berlahan. Hal itu ditunjukan
dengan banyaknya jadwal performance antar anggota yang mampu menyokong KMP untuk
eksis dikancah music lokal.
“Kita juga kerap
kali melakukan kegiatan seperti sharing session, pertemuan rutin, dan rekreasi
bersama untuk makin menambah keaktifan dan keakraban antar anggota,” ujar Andy.
KMP memiliki basecamp yang berada di Kalitinggar Kidul dimana disitu para anggota komunitas sering
kali mengadakan latihan dan pertemuan rutin. Tak banyak aset yang dimiliki oleh KMP, tapi itu tidak mengurangi semangat para anggota untuk
berlatih dan belajar tentang musik. Justru memperbanyak aset adalah salah satu
target yang harus dicapai dalam waktu dekat. (FE)