Connect with us

iMovies

Novel “Ranah 3 Warna” Karya Ahmad Fuadi Di Angkat Ke Layar Lebar

Published

on

iMusic – MNC Pictures akan mempersembahkan film Ranah 3 Warna. Setelah Negeri 5 Menara difilmkan pada 2012 lalu, novel karangan Ahmad Fuadi selanjutnya yakni Ranah 3 Warna akan diangkat ke layar lebar. Kali ini, MNC Pictures akan menjadi rumah produksi untuk film adaptasi novel yang segera dirilis tersebut.

“Barang siapa yang bersabar, dia akan beruntung.” Itu adalah kutipan dari salah satu novel karangan Ahmad Fuadi yang segera diangkat menjadi karya film oleh MNC Pictures. Kutipan itulah yang menggambarkan proses dan perjalanan panjang hingga akhirnya film adaptasi novel berjudul Ranah 3 Warna ini segera diproduksi.

Hal tersebut diungkapkan Director MNC Pictures Titan Hermawan saat acara syukuran mulainya produksi film Ranah 3 Warna

“Sebenarnya MNC Pictures minta novel ini untuk difilmkan sudah lama, tapi tak dikasih sama Mas Fuadi. Akhirnya kita coba terus, kita kejar, dan meyakinkan Mas Fuadi. Hingga alhamdulilah, beliau akhirnya setuju kalau Ranah 3 Warna difilmkan,” tutur Titan Hermawan usai ditemui di acara syukuran di MNC Pictures, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Selasa.

Dia mengatakan, MNC Pictures sangat tertarik dengan novel ini karena ceritanya yang sangat menginspirasi. Hal itu terlihat dari motto besar dalam novelnya, yakni ‘Man Shabara Zhafira‘ yang memiliki arti, barang siapa bersabar, dia akan beruntung.

“Jadi, Ranah 3 Warna adalah sambungan dari Negeri 5 Menara. Di novel itu mottonya, siapa yang bersungguh-sungguh, dia akan berhasil. Tetapi ternyata, ada suatu kejadian yang mana sudah bersungguh-sungguh, tapi belum berhasil. Jadi, kesungguhan nggak menjamin keberhasilan. Ada ruang antara kesungguhan dan keberhasilan, yaitu kesabaran,” kata sang penulis, Ahmad Fuadi yang hadir dalam acara syukuran kali ini.

Dia berharap, film adaptasi dari novel Ranah 3 Warna ini akan menjadi motivasi dan inspirasi bagi anak-anak muda Indonesia yang menontonnya.

“Semoga bisa kolerasi pada generasi milenial. Bahwa untuk mencapai keberhasilan, harus dilengkapi dengan sabar dan konsisten. Jadi, terima kasih pada MNC Pictures yang mencoba menggambarkan 430 halaman menjadi sebuah karya film,” tutur Ahmad Fuadi.

Ranah 3 Warna ini menceritakan tentang sosok pemuda gigih bernama Alif dan perjuangannya dalam menimba ilmu hingga ke benua seberang. Diangkat dari salah satu buku dari trilogi best seller karya Ahmad Fuadi, film ini dibintangi oleh Arbani Yasiz, Amanda Rawles dan Teuku Rasya.

Demi mengangkat novel setebal 400 lebih halaman itu dalam karya film, MNC Pictures menggandeng sutradara Guntur Soehardjanto yang sebelumnya menggarap film Ayat-Ayat Cinta 2 (2017).

Selain itu, ada pula pemain-pemain yang lebih senior dalam industri film seperti Lukman Sardi, Maudy Koesnaedi, Asri Welas dan Tanta Ginting.

“Di film ini, saya sebagai Alif. Dia ini orang yang introvert, tapi bisa cheerful juga dan gigih untuk mencapai cita-citanya,” kata Arbani

Sementara Amanda, yang menjadi lawan main Arbani, sangat antusias dengan proses awal produksi film ini karena latar ceritanya di era 1990-an. Selain itu, lokasi syutingnya juga dilakukan di beberapa tempat di Indonesia dan luar negeri.

“Syutingnya di Bandung, Padang, Cikarang, dan luar negeri juga ada, tapi belum boleh bocorin,” tutur Amanda yang berperan sebagai Raisa.

Sementara itu, sang penulis, Ahmad Fuadi berharap film ini dapat menjadi motivasi dan inspirasi bagi anak muda di Indonesia. Selain Arbani, Amanda dan Rasya, film adaptasi novel Ranah 3 Warna ini juga dibintangi oleh Tanta Ginting, Miqdad Addausy, David Chalik, Hans De Kreker, Neneng Risma, Jordan Haag, Alvin Smith, Ucup Anfa, Donny Alamsyah, dan Lukman Sardi. (FE)

iMovies

Film horor “Danyang Wingit Jumat Kliwon” lekat dengan kultur budaya lokal

Published

on

iMusic.id – Antusiasme penonton terhadap “Danyang Wingit Jumat Kliwon” memuncak. Hanya beberapa jam setelah konferensi pers, lebih dari 3.000 tiket untuk Gala Premiere resmi ludes. Momentum ini menjadi sinyal kuat bahwa gelombang horor berbasis kultur Nusantara terus menemukan penontonnya.

Diproduksi oleh Khanza Film Entertainment, dan film ini disutradarai sekaligus diproduseri oleh Agus Riyanto dengan naskah karya Dirmawan Hatta. “Danyang Wingit Jumat Kliwon” menautkan atmosfer ritual, pusaka, dan mitos danyang dengan drama psikologis tentang harga sebuah ambisi mengarahkan teror bukan semata pada sosok gaib, tetapi pada keputusan-keputusan manusia yang rapuh.

Pesan moralnya tegas: hasrat akan kekuasaan dan keabadian dapat mengikis akal sehat pada titik itu, “hasrat manusia” tampil lebih menakutkan daripada perwujudan iblis itu sendiri. Celine Evangelista memerankan Citra, keponakan Mbok Ning asisten setia Ki Mangun. Citra direkrut sebagai sinden baru di sebuah padepokan, namun di balik panggilan seni itu, ia diam-diam ditetapkan sebagai tumbal terakhir dalam ritual keabadian.

Untuk memperdalam peran, Celine menjalani riset langsung ke pertunjukan wayang, mempelajari dunia nembang, dan berlatih intensif bersama acting coach.

“Saya menonton pertunjukan wayang secara langsung dan riset dari banyak aspek, karena nembang itu tidak mudah. Proses belajarnya cukup menantang, tapi justru itu yang membuat saya tertarik mengambil film ini. Saya juga ingin membuat orang-orang lebih peduli terhadap kesenian tradisional,” ujar Celine.

Di balik itu, Agus Riyanto menegaskan arah nilai yang ingin diantar pulang oleh penonton ialah. “Kita ingin mengangkat bahwa nilai budaya harus di atas nilai mistis yang tertinggal di dalamnya. Pada akhirnya penonton setelah keluar dari ruangan bioskop, membawa pesan, wayang adalah budaya Indonesia yang indah yang harus diperkenalkan ke setiap generasi, Bukan hal hal mistis yang dapat disalahgunakan untuk hal buruk.” kata Agus.

Dengan pijakan itu, “Danyang Wingit Jumat Kliwon” bukan hanya menghidupkan figur-figur penjaga tak kasat mata dalam khazanah lokal, tetapi juga mengangkat konflik keluarga dan konsekuensi ritual sebagai inti emosi cerita membuat teror terasa personal, berlapis, dan relevan. Ludesnya 3.000+ tiket Gala Premiere menjadi validasi awal bahwa perpaduan horor tradisi dan drama psikologis ini memiliki daya pikat kuat untuk peredaran nasional.

Continue Reading

iMovies

Danyang Wingit Jumat Kliwon sajikan kisah ritual tumbal manusia

Published

on

iMusic.id – Khanza Film Entertainment mempersembahkan “Danyang Wingit Jumat Kliwon”, film horor berlatar dunia pedalangan Jawa yang mengupas ambisi seorang dalang memburu hidup abadi melalui ritual terlarang.

Disutradarai sekaligus diproduseri oleh Agus Riyanto dengan naskah karya Dirmawan Hatta, film “Danyang Wingit Jumat Kliwon” ini hadir dengan mengedepankan horor okultisme yang berakar pada tradisi lokal, bukan semata deretan jump scare.

Kisahnya “Danyang Wingit Jumat Kliwon” berpusat pada Ki Mangun Suroto (Whani Darmawan), maestro dalang karismatik yang menempuh ilmu-ilmu kuno demi memperkaya diri dan menembus kematian. Tahun 2021, Citra (Celine Evangelista) keponakan Mbok Ning (Djenar Maesa Ayu), asisten setia Ki Mangun direkrut sebagai sinden baru di padepokan.

“Danyang Wingit Jumat Kliwon” menggambarkan di balik panggilan seni itu, Citra diam-diam ditetapkan sebagai tumbal terakhir untuk ritual keabadian. Demi upah yang ia harapkan untuk membantu pengobatan adiknya, Dewi (Aisyah Kanza), citra bertahan meski teror gaib makin menyesakkan. Kecurigaan Bara (Fajar Nugra), salah satu penjaga padepokan, kian menguat.

Alih-alih berpangku tangan, ia memilih menentang majikannya dan berupaya menyelamatkan Citra sebuah keputusan berisiko yang memacu mereka berpacu melawan waktu menuju puncak ritual Gerhana Bulan Merah yang bertepatan dengan malam keramat Jumat Kliwon.

Danyang Wingit Jumat Kliwon” menautkan atmosfer ritual, pusaka, dan mitos danyang dengan drama psikologis tentang harga sebuah ambisi. Antagonis yang kompleks, heroine yang dipaksa bertahan, serta momentum budaya yang lekat di ingatan publik menjadi pendorong ketegangan dari awal hingga klimaks.

Deretan pemain turut diperkuat Nathalie Holscher sebagai Putri Kusuma Ratih, serta Norma Cinta, Dimas Tedjo, Putri Maya Rumanti, Angga Wijaya, Keona Cinta, dan Bilqis Hafsa.

Continue Reading

iMovies

Ultah ke 21, Maxima Pictures perkenalkan film “Jangan Panggil Mama Kafir”

Published

on

iMusic.id – Rumah produksi Maxima Pictures bekerjasama dengan Rocket Studio Entertainment kembali menghadirkan karya terbarunya berjudul “Jangan Panggil Mama Kafir”, film yang manampilkan Michele Ziudith ini adalah sebuah film drama keluarga penuh haru yang dijadwalkan tayang serentak di seluruh bioskop Indonesia mulai 16 Oktober 2025.

Film yang digarap oleh sutradara Dyan Sunu Prastowo ini menghadirkan kisah tentang cinta, janji, perbedaan iman, hingga konsekuensi dari sebuah keputusan besar dalam hidup. Cerita berpusat pada sosok Maria (Michelle Ziudith), seorang perempuan Nasrani yang menikah dengan pria Muslim bernama Fafat (Giorgino Abraham).

Menurut Dyan Sunu Prastowo, “Jangan Panggil Mama Kafir” lahir dari kenyataan yang dekat dengan masyarakat kita. “Film ini lahir dari kisah nyata perjuangan seorang ibu (Michele Ziudith) lintas iman memperjuangkan hak asuh anaknya, sebuah perjalanan emosional yang hangat namun penuh tantangan, mengingatkan kita bahwa cinta tak pernah mengenal batas perbedaan, ruang, dan waktu meski pada akhirnya akan lebih utuh bila dijalani dalam satu keyakinan,” ungkapnya.

Bagi Michelle Ziudith, peran sebagai Maria menjadi tantangan tersendiri. Ia mengaku banyak belajar dari karakter yang diperankannya. “Tantangan terbesarku adalah menjadi ibu tunggal yang harus tegar demi anak. Pesanku sederhana, seorang ibu harus bisa mencintai dirinya sendiri lebih dulu agar kasih sayangnya kepada anak semakin penuh,” ujarnya.

Sementara itu, Giorgino Abraham menuturkan pentingnya karakter Fafat yang meski singkat tetap menjadi fondasi cerita. “Peran Fafat memang tidak banyak muncul, tapi justru menjadi pengantar penting bagi jalan cerita. Yang membuatku tertarik adalah bagaimana karakter ini menunjukkan cinta tanpa paksaan serta menghargai perbedaan dengan toleransi tinggi. Bagiku, sebesar apa pun agama, relasi keluarga terutama cinta seorang ibu dan anak tetap berada di atas segalanya,” katanya.

Elma Theana, yang memerankan Umi Habibah, juga menilai tokoh yang ia mainkan begitu dekat dengan kehidupan nyata. “Umi Habibah adalah representasi banyak orang tua yang keras karena ingin melindungi. Saya yakin penonton akan melihat sisi manusiawinya, meski caranya berbeda,” tuturnya.

Selain Michelle Ziudith, Giorgino, Humaira, dan Elma Theana, film ini juga menampilkan akting Kaneishia Yusuf, Indra Birowo, Tj Ruth, Dira Sugandi, Ence Bagus, Emmie Lemu, Gilbert Patiruhu, Pratiwi Dwiarti, hingga Runny Rudiyanti.

Kehadiran aktor lintas generasi ini menambah kekuatan cerita yang sarat akan konflik batin, nilai-nilai keluarga, dan ikatan emosional yang mendalam.

“Jangan Panggil Mama Kafir” sekaligus menjadi bagian dari perayaan Ulang Tahun ke-21 Maxima Pictures di industri perfilman Indonesia. Melalui kerjasama dengan Rocket Studio Entertainment, Maxima berharap dapat memberikan karya yang bukan hanya menghibur, tetapi juga membuka ruang empati serta refleksi bagi masyarakat dalam memandang perbedaan iman dan kehidupan keluarga.

Trailer resmi film ini sudah dapat disaksikan melalui kanal YouTube MaximaChannel8, sementara informasi tiket akan tersedia melalui berbagai aplikasi pemesanan bioskop. Dengan tema yang menyentuh dan deretan pemain yang kuat, Jangan Panggil Mama Kafir digadang-gadang menjadi salah satu film drama keluarga yang paling ditunggu di penghujung tahun 2025.

Jangan lewatkan kisah tentang cinta, janji, dan perbedaan ini di bioskop mulai 16 Oktober 2025.

Continue Reading