iMusic.id – Rahma Savitri, penyanyi muda berbintang Gemini, baru-baru ini merilis album kolaborasinya dengan musisi dan produser senior, Roedyanto Wasito. Album yang berjudul “432” ini menghadirkan 10 lagu dengan tanggal rilis pada 23 Februari 2024 lalu.
Rahma menyatakan bahwa judul album “432” ini dipilihnya sebagai simbol keseimbangan dan keselarasan. Dari segi frekuensi, 432 Hz dianggap sebagai harmonik dari getaran alam bumi dan sering digunakan untuk mendukung proses penyembuhan mental.
“Album 432 adalah perjalanan menemukan makna mendalam cinta diri melalui penemuan diri, penerimaan, pengampunan, syukur, akhirnya kembali pada diri kita sendiri,” ungkap Rahma yang lahir pada 2 Juni 1987 tersebut.
Album ini menjadi hasil kolaborasi musik yang mendalam antara Rahma dan Roedy Wasito, menghadirkan sensasi ketenangan namun tetap membangkitkan semangat. Rahma menggambarkan tema lagu-lagu sebagai “mantra yang menenangkan jiwa.”
Rahma memiliki alasan khusus dalam memilih tema tersebut. “Aku ingin menulis lagu yang dapat membuat orang tenang dan mendengar lebih dalam, tentang apa yang benar-benar ia rasakan dari hatinya, dan mengajak orang untuk merasakan emosinya dengan cara yang tenang,” tuturnya.
Berisi 10 lagu, antara lain ‘Mantra Cinta Diri (Ho’oponopono)‘, ‘SaatDalam Raga‘, ‘Kala‘, ‘Menanti Cinta‘, ‘Kasih‘, ‘Rayakan‘, ‘AkhirPenantian‘, ‘SangPencari Cahaya‘, ‘BahagiaKembali‘, dan ‘Pulang(I’m Home)‘. Rahma merekomendasikan mendengarkan lagu-lagu ini secara berurutan untuk sepenuhnya mengalami aliran dan getaran musik. “Secara berurutan, judul lagu itu membentuk kalimat utuh,” ujarnya.
Sebagai single pertama, lagu Mantra (Ho’oponopono) dipilih Rahma sebagai healing practice. Lagu ini mengusung praktik pengampunan, rasa syukur, dan introspeksi. “Mantra itu berisi 4 kalimat yaitu I’m Sorry, Please forgive me, I thank you, I love you, yang diucapkan secara berulang dan ditunjukan kepada diri sendiri,” ujar Rahma.
Rahma mengakui sebagai seorang loner dan introvert, ia merasa bahwa lagu ‘Mantra (Ho’oponopono)’ merupakan langkah awal untuk mencintai diri.
Menceritakan proses pembuatan album “432” nya ini, Rahma tidak hanya menyanyi, tetapi juga bertindak sebagai Penulis Vokal & Lagu serta Komposer. Tak sungkan dirinya juga memberikan pujian kepada Roedyanto Wasito, produser dan musisi senior, yang membantu mewujudkan album ini.
Menurut Rahma, Roedyanto memiliki pengalaman panjang di industri musik dan dapat menginterpretasikan lagu-lagunya dengan indah. Rahma yakin bahwa Roedyanto adalah orang yang tepat untuk menangani album ini karena memiliki ketertarikan pada sound healing dan healing frequencies.
Tanggapan Roedyanto, Rahma Savitri adalah penyanyi muda yang unik, langka, dan berbeda dari kebanyakan penyanyi muda saat ini. Meski demikian, Roedyanto mengakui bahwa persiapan untuk pertunjukan live setelah rilis album ini akan sedikit rumit karena melibatkan sound orchestra dan beberapa elemen live lainnya.
“Saya berharap dapat mempertahankan pemain tetap untuk band Rahma, karena kekuatannya juga ada disana,” Ungkapn ikon jazz fusion Indonesia di era 80-an-90-an yang menjadi produser bersama Rahma, melakukan aransemen, mixing, dan mastering.
Album musik “432” ini berkembang tanpa konsep awal, dasar lagu dari Rahma, dan kemudian aransemen berkembang di tangan Roedy. Roedy sendiri ingin menamakan genre musik album ini sebagai Celtic Pop, walaupun ada elemen jazz di dalamnya.
Rahma Savitri, yang memulai karier solonya dengan single “Kau Akan Baik Baik Saja” pada 6 Juni 2023, juga merupakan seorang guru yoga bersertifikat yang peduli dengan kesehatan mental dan pengembangan diri.
Bagi Rahma, musik bukan hanya bunyi, tetapi juga memiliki potensi untuk meningkatkan kesehatan fisik dan emosional. “Terlebih di tengah dunia yang penuh hiruk pikuk seperti sekarang, di mana semakin sulit bagi orang untuk mencari ketenangan, terutama ketenangan jiwa,” tutup Rahma Savitri. (FE)
iMusic.id – Shakey adalah adalah band asal Yogyakarta yang terbentuk pada 5 Maret tahun 2000. Dalam perjalanan musiknya, Shakey sudah mempunyai dua album kompilasi dimana salah satunya membawa mereka menjadi band yang me-nasional dengan lagu “Miliki Aku” dalam album kompilasi Indie Ten 2 tahun 2002.
Perjalanan panjang itu juga yang membuat mereka mempunyai dua album musik berbentuk kaset dan CD pada tahun 2004 dan 2008. Shakey saat ini adalah format ke 3 dengan beranggotakan empat personil yaitu Dinno (vocal), Opik (Bass), Dionn (keyboard), Andrie (drum).
Genap perjalanan 25 tahun mereka. Shakey meluncurkan single “Yang Ada Padamu” yang menjadi kerinduan tersendiri bagi penggemarnya. Single yang begitu lama ditunggu ini tetap mempertahankan warna dan corak musik Shakey. Rasa otentik timbre vokal Dinno menjadi ciri khas setiap lagu yang dikeluarkan. Nuansa Pop-Rock pada single “Yang Ada Padamu” ini juga tetap memberi sentuhan Shakey tahun 2000-an awal dimana kental dengan distorsi dan ketukan drum yang tight,
Di tahun 2025 ini Shakey, juga merilis album-album terdahulunya di kanal musik digital yang memberikan nafas baru bagi Shakey untuk kembali berkarya. Dinno, vokalis dari Shakey juga adalah penulis lagu dalam single baru shakey dimana ia adalah pencipta lagu-lagu beberapa artist ternama seperti Rossa, Rio Febrian, Nagita Slavina dan memproduseri lagu-lagu seperti Anneth, Armand Maulana, Ruth Sahanaya dan beberapa artist lainnya. Opik, bassis dari band ini juga punya peran bermusik bersama Seventeen, Armada dan banyak musisi lainnya.
“Yang Ada Padamu” jadi lagu pertama yang dirilis Shakey untuk menjadi momentum lahirnya band ini. Di produseri oleh Sasi Kirono, Shakey menunjuk Sasi karena kiprahnya tak main-main dalam memproduseri musisi Jogja seperti Putri Ariani.
“Yang Ada Padamu” bercerita tentang seseorang yang mengagumi seorang lain. Dimana ia belum dapat memilikinya namun dalam hati kecilnya ia akan bisa mendapatkan hati seseorang itu nantinya.
Kali ini, Shakey merilis single ini dengan konsentrasi promo di Radio. Radio adalah platform musik yang membersamai Shakey dalam berkarya sejak dulu. Mereka betul-betul besar di Radio, khususnya di Yogyakarta. Dimana karya pertama mereka di perkenalkan pertama kali oleh Radio di Yogyakarta. Karenanya, bagi Shakey, Radio adalah partner yang sangat berarti bagi perjalanan mereka.
iMusic.id – Sulit rasanya menutup mata dari lagu ini. Ada kejujuran yang berdesir pelan di balik nada riang “Kura-Kura”, kolaborasi antara Stand Here Alone (SHA) dan Tresno, sang vokalis legendaris Tipe-X. Lagu ini bukan sekadar kisah patah hati yang dibungkus jenaka, tapi semacam pengakuan halus bahwa cinta memang kerap berakhir dengan cara yang tidak gagah-gagah amat. Kadang lucu, getir, bahkan absurd. Seperti kisah pria yang ditinggal kekasihnya demi seseorang yang, entah kenapa, “berwajah seperti kura-kura.”
Namun justru di situlah letak keindahannya. “Kura-Kura” adalah cara Stand Here Alone dan Tresno mengubah duka jadi tawa, mengubah kecewa jadi bahan bakar untuk bernyanyi lebih kencang. Mereka seperti ingin bilang: jangan gentar meskipun ditikung reptil, sebab bahkan orang dengan paras hewan melata pun kadang bisa mengajari kita cara menerima nasib dengan elegan, patah hati tidak lagi tentang meneteskan air mata, tapi menghasilkan nada-nada yang membuat dada sesak dan bibir tersenyum di waktu yang sama.
Lagu kolaborasi Stand Here Alone dengan Tresno ini, dengan segala kesederhanaannya, mengingatkan bahwa kita tak berhak untuk dibuat sedih. Dunia sudah terlalu riuh untuk ditambahi keluh kesah yang tidak perlu. “Kura-Kura” hadir seperti kawan lama yang menepuk bahu, berkata pelan: sudahlah, tidak semua janji harus ditepati, tidak semua cinta harus berakhir bahagia, dan tidak semua luka harus disembuhkan, beberapa cukup ditertawakan.
Melalui proyek Album Nusantara, Stand Here Alone menunjukkan bahwa punk dan ska tak melulu soal pemberontakan, tapi juga tentang kelapangan hati. “Kura-Kura” menjadi semacam pernyataan lembut bahwa kehilangan bisa seindah pertemuan, bahwa humor adalah selimut terbaik bagi hati yang pernah robek, dan bahwa hidup, betapapun kejamnya, masih pantas ditertawakan, terutama ketika cinta pergi bersama seseorang yang bahkan kura-kura pun mungkin enggan bercermin padanya.
Single “Kura-Kura” sudah tersedia di seluruh platform digital dan video musiknya dapat disaksikan di kanal YouTube resmi Stand Here Alone.
iMusic.id – Setelah merilis single perdana berjudul “Ku Rindu” ciptaan Andri Ikola, penyanyi sekaligus penulis lagu Sundari Gasong kini memperkenalkan karya terbarunya bertajuk “Sedih” sebagai single kedua. Berbeda dari karya sebelumnya, lagu ini merupakan ciptaan Sundari sendiri.
“Penggarapan single kedua ini tidak jauh berbeda dengan proses single pertama. Aku tetap mempercayakan Debios Ikola sebagai Music Director dan Sis Akbar untuk proses mixing dan mastering. Aku juga tetap berdiskusi dengan kakak kandungku, Andri Ikola, hingga lagu “Sedih” siap dirilis,” ujar Sundari Gasong.
Lagu “Sedih” pertama kali ditulis Sundari Gasong pada tahun 2009. Lagu ini mengangkat kisah tentang kesedihan seorang jomblo yang memendam perasaan cinta tanpa keberanian untuk mengungkapkan.
“Lagu ini sebenarnya dibuat untuk adik kelas aku, Mega F. Yohana, alumni SMAN 1 Boedoet Jakarta angkatan 2008. Terinspirasi dari seorang laki-laki yang dulu menjadi pemujanya,” tutur Sundari Gasong.
Dalam single ini, Sundari sengaja menghadirkan konsep musik yang sederhana, agar pendengar dapat lebih merasakan emosi sedih yang menjadi inti cerita lagu tersebut.
Single “Sedih” resmi dirilis pada 12 Desember 2025 di seluruh digital music platform. Sementara video musiknya akan menyusul dan direncanakan tayang di kanal YouTube resmi Sundari Gasong setelah proses produksi rampung.
Sundari juga menyampaikan pesan khusus kepada pendengar:
“Buat para jomblo, cobain deh dengerin lagu ini pas lagi sedih. Insya Allah sedihnya dapet.”