iMusic.id – Sebagai seorang penyanyi, tidak lengkap rasanya jika belum menghadirkan album musik untuk dinikmati khayalak luas. Setelah melepas single-single yang sudah didengar jutaan orang di platform musik digital, Meiska Adinda siap menghadirkan album perdananya dengan mengambil judul ‘Hanya Figuran’.
Total akan ada 10 track dengan lima di antaranya merupakan lagu baru, sementara sisanya adalah lima single yang sudah dirilis sejak tahun 2022 silam. Pemilihan lagu-lagu tersebut tentunya menyesuaikan dengan karakter suara Meiska dan ditulis dengan mendengarkan isi hati dirinya, curahan hati orang-orang terdekat, dan juga mewujudkan harapan dari para penikmat karya-karya mahasiswi jurusan Sistem Informasi ini.
Di antara 10 lagu yang ada di album perdananya ini, salah satunya berjudul “Buang Waktu” yang ditulis Meiska berdasarkan pengalamannya pribadi. Ia menyebutkan bahwa lagu ini benar-benar ditulisnya sendiri, tanpa ada keterlibatan penulis lain. Genre musik yang diambil pun tetaplah mengikuti apa yang dia anggap sesuai untuk dirinya.
“Ceritanya tentang aku yang sedang dekat dengan seseorang, tapi dia belum siap menjalin hubungan yang baru. Bahkan, dia masih minta mantannya untuk kembali lagi. Dari pengalaman itu, lewat “Buang Waktu”, aku ingin berpesan untuk menerapkan “three months rules (aturan tiga bulan)” saat sedang pedekate dengan seseorang karena, biasanya, sifat asli atau arah seseorang akan semakin terlihat setelah tiga bulan. Jadi, nikmati saja prosesnya. Tidak perlu buru-buru supaya tidak menyesal pada akhirnya karena sudah buang-buang tenaga dan waktu.” Ujar Meiska.
Pemilihan judul ‘Hanya Figuran’, diungkapkan Meiska, merupakan pengingat kepada semua pendengarnya bahwa setiap individu itu bernilai.
“Setiap lagu di album ini memiliki pesan untuk peduli terhadap diri sendiri karena semua orang berharga dan merupakan tokoh utama dalam hidupnya. Jangan buang waktu hanya menjadi figuran dalam hidup seseorang. Namun, perlu diingat kalau proses mencintai diri sendiri itu bukanlah proses yang mudah karena butuh kesabaran. Tapi, seiring berjalannya waktu, kita akan mulai paham bahwa kalau bukan kita yang sayang dengan diri sendiri, siapa lagi?” tambah Meiska.
Meiska mengaku sempat kaget dengan pengerjaan album yang tidak sesederhana single.
“Prosesnya lumayan panjang, mulai dari pemilihan lagu, pembuatan lirik, kerja sama dengan para produser hebat, pemotretan, sampai visualisasi. Banyak sekali yang harus aku siapkan sehingga agak sedikit kaget bahwa pembuatan album perdana ternyata tidak semudah itu. Bahkan, perilisannya sempat mengalami penundaan untuk menyempurnakan detail-detail yang ada agar lebih matang dan siap dinikmati oleh para pendengarku nanti.” Jelas Meiska.
Solois berdarah Bali ini ternyata masih memiliki rasa tidak percaya diri untuk merilis album perdana meski sudah mengeluarkan lima single yang salah satunya di-streaming sebanyak 90 juta kali di Spotify.
“Sampai saat ini, aku masih insecure karena merasa belum pantas untuk mengeluarkan album. Aku juga overthinking sendiri dengan omongan orang karena khawatir akan dicap “bukan siapa-siapa”. Tapi, kalau dipikir-pikir,sebenarnya, keputusan untuk merilis suatu karya ada di tanganku. Yang penting, aku berusaha yang terbaik untuk menghadirkan album yang bisa diterima dan dinikmati oleh semua yang mendengarkan.” Cerita Meiska.
Meiska berharap Hanya Figuran akan menjadi gerbang pembuka untuk semakin memperlebar jalannya di industri musik.
“Ini sekaligus menandai bukti perjalanan awal aku di peta musik Indonesia. Seiring berjalannya waktu, album ini akan menjadi sebuah kenangan yang selalu aku ingat.” Papar Meiska.
Beberapa keinginan Meiska setelah memiliki lima single dan satu album adalah bertatap muka langsung dengan para pendengarnya melalui intimate showcase dan juga belajar menulis lagu yang keluar dari zona nyamannya.
“Aku ingin bisa bernyanyi di depan para penikmat laguku. Tidak masalah yang datang sedikit, yang penting adalah mereka memang benar-benar mendengarkan laguku. Selain itu, aku juga ingin mencoba gaya menulis lagu yang agak berbeda dari sekarang. Tapi, untuk itu, aku masih harus banyak belajar lagi dan menunggu momen yang tepat untuk melakukannya. Semoga mimpiku ini suatu saat bisa terwujud,” tutupnya.
iMusic.id – Kentalz band, baru saja merilis lagu debut mereka yang berjudul “Ironi Frekuensi.” Lagu ini menjadi protes kreatif mereka terhadap fenomena polusi suara ‘Sound Horeg’ yang mengganggu banyak orang, sebuah tema yang kini semakin relevan di tengah kehidupan Kota maupun Kabupaten Malang.
Kentalz adalah grup musik asal Malang, Jawa Timur yang baru dibentuk sejak 2024, Kentalz memiliki musikalitas yang tidak terpatok sebuah influence apapun, Kentalz cenderung menyuarakan keresahan pribadi hingga keresahan masyarakat luas yang diwakilkan melalui lirik dan ornamen musiknya.
Kentalz terdiri dari personel dengan latar belakang musik yang sangat beragam. Cunk, gitaris utama yang juga berasal dari band Denai, beraliran Pop, memberikan sentuhan melodius dan catchy dalam permainan gitarnya.
Patrick, gitaris kedua yang berasal dari band Inheritors yang beraliran Thrash Metal/Crossover, Patrick juga mempunyai band bernama Medreis yang beraliran Math-Rock yang sebentar lagi juga akan melakukan debut, membawa intensitas dan kekuatan riff sedikit kompleks akan tetapi tetap earworm.
Yobis, seorang solois Synth-Pop yang biasa dikenal dengan nama Yobis Siboy yang kemarin baru saja berhasil mendobrak panggung Buzz Youth Fest 2025 di Surabaya. Entitas unik satu ini mengisi posisi bass dengan gaya yang nge-groove, memberikan warna yang unik pada struktur musik mereka.
Sementara itu, Sandy, seseorang yang sebenarnya berprofesi sebagai Disc Jockey (DJ) mengisi posisi drum, memadukan elemen-elemen perkusi digital dan tradisional, menciptakan ritme yang penuh energi. Semua personel di band ini turut berperan dalam vokal. Kolaborasi vokal mereka memberi kekuatan dan keunikan tersendiri dalam setiap lagu yang mereka bawakan.
Proses pembuatan “Ironi Frekuensi” berawal dari keresahan mereka terhadap kegiatan “sound horeg” yang tidak teratur. “Kami lagi resah sama kegiatan sound horeg yang gak aturan ini. Akhirnya kami coba nge-jam di studio, dan tiba-tiba aku iseng coba bikin pattern sound horeg dengan suara yang sember,” kata Yobis, salah satu personel Kentalz. “Mas Cunk meminta aku untuk melanjutkan pattern itu hingga ditemukan sebuah pattern gitar yang absurd, lalu gitar Patrick semakin random, dan drum Sandy membuat lagu ini semakin mantap untuk dipersembahkan ke massa.” Lagu ini bukan hanya soal suara bising yang mengganggu, tetapi juga sebuah ekspresi kreatif dari band yang ingin menyuarakan keresahan mereka dengan cara yang unik dan penuh humor.
Melalui “Ironi Frekuensi,” Kentalz mengajak pendengar untuk menyuarakan keresahan mereka terhadap gangguan suara yang tidak terkontrol. “Pesan kami adalah jika ada sesuatu yang tidak terduga, kami butuh bantuan kalian,” ujar band ini. Lagu ini menyampaikan bahwa sudah saatnya kita bersuara dan meminta perubahan ketika ada sesuatu yang mengganggu kenyamanan hidup bersama.
“Ironi Frekuensi” adalah bentuk keberanian Kentalz untuk menyuarakan isu yang telah lama dianggap mengganggu namun jarang diangkat. “Tidak ada band yang se-nekat kami. Bahkan band lain yang vokal terhadap isu-isu, padahal hal ini sudah sangat meresahkan,” ujar mereka.
Meskipun lagu ini tidak menghadapi kendala teknis yang berarti dalam proses pembuatannya, band ini mengungkapkan bahwa tantangan terbesar justru datang pada saat mereka mempersiapkan perilisan. “Kendala teknis tidak ada, tapi kendala saat perilisan ada, karena takut di gebuk massa,” kata mereka dengan tawa.
Kentalz menegaskan bahwa dalam pembuatan lagu ini, mereka berusaha untuk tidak terpengaruh oleh musisi atau referensi lain. “Kami tidak ingin terhantui oleh pengaruh eksternal. Kami cukup fokus pada proyek kami masing-masing,” tambah mereka, menunjukkan bahwa “Ironi Frekuensi” adalah hasil murni dari ekspresi kreatif mereka.
Saat pertama kali selesai membuat lagu, Kentalz mengaku merasa takut. Namun, mereka tetap berharap “Ironi Frekuensi” bisa diterima dengan baik oleh pendengar. “Harapan kami, semoga selalu sehat dan bisa melaksanakan showcase di acara TV Pagi-Pagi, Pasti Happy,” tambah mereka dengan optimis.
Tidak berhenti di lagu pertama, Kentalz segera melanjutkan untuk mengerjakan lagu kedua mereka yang terinspirasi oleh konten Ferry Irwandi & Pesulap Merah. Sebagai pesan terakhir dari band ini, mereka mengajak pendengar untuk tidak takut mengungkapkan keresahan mereka. “Jangan takut untuk bersuara atas keresahan kalian!”
Dengan “Ironi Frekuensi,” Kentalz telah membuka babak baru dalam perjalanan musik mereka. Sebagai band yang baru terbentuk, mereka sudah menunjukkan keberanian dan kreativitas yang tinggi. Lagu debut ini adalah awal dari perjalanan panjang mereka di dunia musik Indonesia, dan tentunya karya-karya berikutnya yang lebih mengejutkan akan segera hadir. (FE)
iMusic.id – Setelah merilis single berbahasa Inggris “Love Me Like You”, Rahmania Astrini, yang akrab disapa Astri, kembali dengan lagu berbahasa Indonesia berjudul “Pilihlah Aku”. Dalam lagu ini, Astri tidak hanya membawa musik yang segar, tetapi juga menyampaikan pesan pemberdayaan yang kuat bagi perempuan.
Rahmania Astrini mengungkapkan makna di balik lagu ini: “Empowerment sih. That girls can also do the things yang biasanya di society dilakukan sama laki-laki, contohnya: making the first move.”
Lagu ini sendiri merupakan interpolasi dari karya legendaris Krisdayanti yang dirilis di tahun 2004. Tidak hanya membawakan ulang tapi juga membuat lagu ini berbeda di beberapa bagian menjadi sebuah tantangan besar bagi Rahmania Astrini.
Centil Era vibes is definitely back? “Pastinya ada, karena lagu ini sudah sangat iconic. Aku pengen bisa tetep bawain core value dan essence asli dari lagu ini tapi dengan incorporating sentuhan personalku juga,” kata Rahmania Astrini.
Saat ditanya mengenai bagaimana dia mendeskripsikan versi “Pilihlah Aku” yang dibawakannya, Astri dengan santai menyebutkan, “2 kata lucu: joget centil,” menggambarkan suasana ceria dan penuh energi yang ingin dia tampilkan melalui lagu ini.
Dalam video musik yang dirilis bersamaan dengan lagu ini, Astri menonjolkan gaya yang fresh dan penuh semangat. Pilihan wardrobe yang bold dan dance choreography yang catchy menjadi elemen yang semakin menegaskan tema youth and fun yang ingin dia tonjolkan.
“Inspirasi utamanya adalah youth and fun. Aku pengen bisa ngembaliin masa-masa musik Indonesia yang very fun and youthful,” ujar Astri, menunjukkan kecintaannya pada era musik yang lebih ceria dan penuh warna.
Harapan Astri untuk Pilihlah Aku adalah agar lagu ini bisa diterima dan dinikmati oleh masyarakat luas.
“Semoga bisa enak didengar dan dinikmati oleh masyarakat luas,” tutupnya.
‘Pilihlah Aku’ sudah dapat dinikmati di seluruh digital streaming platforms di Indonesia. Official Music Video juga bisa ditonton di kanal youtube Rahmania Astrini.
iMusic.id – Musikus Indonesia, Reza Arfandy melepas karya musik terbaru berupa single bertajuk “Perfect“. Lagu bernuansa rock and blues dengan lirik berbahasa Inggris ini, dilepas sebagai karya perdananya sebagai penyanyi solo.
Lewat keterangan tertulisnya, Reza Arfandy mengatakan bahwa lagu “Perfect” mengusung tema cinta. Lantaran itu pula, single ini dilepas pada awal Februari menyambut Hari Valentine.
“Liriknya berkisah tentang cinta yang terjalin mendalam dengan pasangan kita, dimana hubungan tersebut saling menyempurnakan satu sama lain,” ucap Reza Arfandy.
“Penggalan lirik ‘we were made perfect for each other’ dalam lagu ini, semoga bisa menghangatkan hati bersama pasangan di hari Valentine tahun ini,” tutur Reza Arfandy .
Dari segi musikalitas, unsur blues dan rock dengan nuansa balada demikian lekat di single “Perfect” ini. Reza Arfandy, melakukan pendekatan pengkaryaan yang terinspirasi dari warna musik slow blues dengan instrumentasi sederhana, yakni vokal, gitar, keyboard, dan drum.
Proses produksi lagu ini melibatkan Andre Pratadaja, rekan Reza di grup band Strolling Wizards untuk mengisi departemen bass. Sementara instrumen drum, ditabuh oleh drummer legendaris Indonesia, Cendi Luntungan. Serta Thomas Budhi Handoyo sebagai produsernya.
Pada proses kreatif di lagu ini, Reza Arfandy bertanggung jawab untuk penulisan lagu, notasi, aransemen, vocal, keyboard, dan mengisi gitar. Sementara liriknya ditulis bersama Gitasanti Djais yang tak lain adalah adik iparnya.
Reza Arfandy sendiri adalah kakak kandung dari chef ternama Farah Quinn dan merupakan musisi kantoran yang pernah tinggal di Amerika Serikat selama 10 tahun. Latar tersebut menjadikan sosoknya demikian terinspirasi warna musik musisi classic/Americana/southern rock seperti Jimi Hendrix, Jack White, The Black Keys, Doobie Brothers, Steely Dan.
Sebelum melepas single “Perfect” dalam format solo, Reza Arfandy sempat berkarya lewat unit musik Strolling Wizards dan telah melepas sejumlah karya berupa single, termasuk “Cherry Girl”, “Fading Magnolia”, “Forever More”, “I’m OK” dan “High”, serta satu mini album berjuluk “Strolling Wizards“.
Setelahnya, Reza Arfandy membuktikan konsistensinya dalam berkarya dengan terlibat di banyak proyek kolaborasi, antara lain bersama Anov Blues One dan Ashley Hamel di single “Bad Boi“, serta bersama Asora dan Anov Blues One dalam EP “Twisted Blues“.
Pada Desember 2024 lalu, pria yang berkarier sebagai profesional di bidang logistics dan international trading ini juga merilis single berjudul “Devil’s Road” dengan melibatkan istrinya, Gitasasti Djais dan putranya, Regiandra Arfandy untuk bernyanyi dan memainkan piano di single tersebut.
Perilisan single “Perfect” menandai langkah baru Reza Arfandy sebagai seorang solois. Sejumlah karya telah disiapkan untuk dilepas dalam waktu dekat, baik dalam bentuk single maupun album penuh.
Single terbaru milik Reza Arfandy bertajuk “Perfect” resmi dirilis secara independen dalam format digital pada 7 Februari 2025 tanpa melibatkan label rekaman manapun.