iMusic – Melalui Selamat Datang di Ujung Dunia, album perdana
mereka yang dirilis oleh Sun Eater pada 26 Maret 2021 di seluruh layanan musik
digital, Baskara Putra alias Hindia (vokal), Natasha Udu (vokal),
Rayhan Noor (gitar, vokal), Wisnu Ikhsantama (bas, vokal), Tristan
Juliano (kibor, vokal) dan Enrico Octaviano (drum) mempersembahkan
12 lagu yang eklektik tentang suka duka kehidupan di Ibu Kota alias
Ujung Dunia yang terasa dekat sekaligus jauh dari berbagai hal baik di dunia.
“Album ini adalah bagaimana kami, enam anak muda yang tumbuh besar di Jakarta,
mencurahkan pahit manis yang kami rasakan di sini,” kata Udu yang bernyanyi solo
dan menulis lirik di lagu “Apa Ada Asmara” yang menceritakan upaya
pencarian cinta. Di album ini ada juga lagu-lagu tentang tekanan untuk segera
menikah (“Semua Orang Pernah Sakit Hati”), frustrasi mengejar karier (“Polusi
Cahaya”), amarah terhadap pemerintah (“Nirrrlaba”), berbohong demi
mencari aman (“Jalan Tikus”), pedoman untuk bertahan di Jakarta (“Hati
dan Paru-Paru”) dan tema-tema lain yang familier, terutama bagi yang
berusia pertengahan 20-an tahun seperti halnya para anggota Lomba Sihir.
Lomba Sihir sendiri terdiri dari musisi-musisi yang mengiringi Hindia
sejak pertunjukan pertamanya di We The Fest 2019 dan terlibat di
pembuatan album Menari dengan Bayangan. Kini, Lomba Sihir adalah band
yang semua anggotanya berkontribusi secara merata dalam berkarya. “Perjalanan
bersama Lomba Sihir semakin hari semakin melebur. Meski setiap anggota memiliki
bandnya masing-masing, entah bagaimana Lomba Sihir selalu berhasil mengeluarkan
sisi lain yang super fun,” kata Tristan yang juga mendapat kesempatan bernyanyi
bersama Tama di lagu “Cameo”.
Dengan adanya enam kepala di Lomba Sihir, maka musik di tiap lagu Selamat
Datang di Ujung Dunia pun beraneka ragam. Ada lagu rock seperti “Seragam Ketat”
yang mengkritik sistem pendidikan, “Ya Mau Gimana?” yang membahas kenakalan
anak muda diiringi hentakan musik dansa, maupun “Mungkin Takut Perubahan” yang
mengemas keengganan keluar dari zona nyaman dalam balutan pop. “Enam kepala ini
punya warna sendiri-sendiri. Itu yang mau kami sampaikan di album ini. Setiap
lagunya beda-beda. Itu yang bikin seru,” kata Enrico.
Pengerjaan Selamat Datang di Ujung Dunia berlangsung di studio
Soundpole, ditambah sesi rekaman drum di SoundVerve Studio bersama engineer Rama
Harto Wiguna. Prosesnya berjalan relatif cepat, yakni dari Januari hingga
Februari 2021. “Ngebut banget bagaimana caranya? Mayoritas dari anak-anak Lomba
Sihir kan produser, makanya lagunya kami bagi-bagi proses pengerjaannya,” kata
Tama.
Alhasil, Enrico, Tama, Rayhan dan Tristan berbagi tugas sebagai
produser, kemudian Tama, Enrico dan Rayhan mengerjakan mixing sebelum akhirnya
dikirim ke Marcel James untuk mastering. “Album ini kalau dipikir-pikir
seharusnya jadi materi paling sulit,” kata Rayhan. “Kenyataannya ini malah jadi
yang paling menyenangkan dan paling dimudahkan pengerjaannya. Semua di band ini
tahu apa yang dikerjakan dan apa yang mau dituju.”
Selain keenam anggota Lomba Sihir, Selamat Datang di Ujung Dunia juga melibatkan
Mohammed Kamga sebagai pengarah vokal dan pengisi vokal latar di “Selamat
Datang” dan “Tidak Ada Salju di Sini, Pt. 6 (Selamat Jalan)”; Matter Mos yang membantu
aransemen lagu “Ya Mau Gimana?”; serta Kusuma Widhiana yang ikut menggubah
“Polusi Cahaya” dan bermain piano di lagu itu. Tak ketinggalan juga salah satu sosok
penting di awal perjalanan Lomba Sihir, yakni Petra Sihombing yang menyumbang vokal,
gitar dan lirik di lagu penutup “Tidak Ada Salju di Sini, Pt. 6 (Selamat
Jalan)”.
Dari segi visual, kover album Selamat Datang di Ujung Dunia digarap
oleh Sun Eater Studio dan menampilkan para anggota Lomba Sihir bersama rekan-rekannya
yang memerankan berbagai macam warga yang dapat ditemukan di Jakarta. Menyusul
“Hati dan Paru-Paru” dan “Apa Ada Asmara”, pada bulan April mendatang akan
tayang juga videoklip untuk “Nirrrlaba” yang disutradarai oleh Agung Pambudi
dan bekerjasama dengan QUN Films.
“Album ini semacam foto keluarga besar kami ramai-ramai dengan latar
belakang Jakarta untuk dikenang oleh kami berenam dan tim kami selama-lamanya,”
kata Baskara yang juga menulis mayoritas lirik di Selamat Datang di Ujung Dunia.
“Semoga dalam bingkai foto itu, di saat orang lain melihat, mereka juga bisa
mengenang sesuatu.”
Perkenalkan, kami adalah Lomba Sihir. Sebuah grup all-star dari Sun
Eater yang terdiri dari Natasha Udu, Baskara Putra, Rayhan Noor, Wisnu
Ikhsantama, Tristan Juliano, dan Enrico Octaviono. Sebelumnya kami dikenal
sebagai pemain pendukung Hindia. Tetapi sekarang kami membentuk grup ini dan
menyatukan kesenangan kami dalam bermusik.
Dengan latar belakang, kepribadian dan ketertarikan bermusik yang
beraneka ragam, kami mengedepankan suara & keunggulan setiap personilnya.
Penat dari proyek masingmasing, sebagai musisi maupun produser musik, Lomba
Sihir merupakan katarsis bagi semua anggotanya. (FE)