Connect with us

iMusic

“The Foolish”, mengadopsi energi rock era 1970-an di single terbaru “Sentimen”.

Published

on

iMusic – The Foolish merupakan grup band yang mengadopsi beberapa jenis musik dan bermuara pada energi rock era 1970-an. Setelah sukses merilis mini album Bigot pada tahun 2020, mereka kembali dengan single terbarunya.

Punggawa rock asal Jakarta ini resmi merilis single teranyar bertajuk ‘Sentimen‘. Trio yang dimotori Zhaki (Vokal dan Bass), Ringgo (Drum), dan Ravie (Gitar), masih menyoroti kehidupan sosial yang mengilhami karya mereka.

Dalam lagu ini, The Foolish menyentil para petinggi yang keliru menggunakan kuasanya baik secara pribadi maupun untuk keperluan instansi.

Takayal, sikap tersebut kerap mengorbankan banyak pihak yang tak bersalah.

“Orang-orang yang mengetahui sesuatu tentang rahasia yang besar pada akhirnya menjadi target para pendosa karena dianggap akan menjadi ancaman baginya,” ujar sang drummer, Ringgo Ilham, Minggu (22/1/2023).

“Kita menyebut sifat orang yang membungkam ini sebagai sifat sentimen karena menciptakan dendam kepada orang tersebut,” sambungnya.

Hal senada juga disampaikan Ravie selaku gitaris. Dia menilai harmonisasi kehidupan jauh lebih penting ketimbang ego perorangan.

“Dengan begitu, kita bakal tahu hikmah sila kedua yang sudah dirumuskan,” tutur Ravie.

Dikemas dengan aransemen yang cukup agresif, ‘Sentimen’ juga menyoroti makna demokrasi yang kian terkikis. Terlebih, bayang-bayang hukum yang kerap dianggap punya misteri menjadi momok bagi para pencari keadilan. Hal itulah, yang menjadi ihwal lagu tersebut tercipta.

“Kita ingin merangkum segelintir kegelisahan lewat nada, lirik, dan aransemen di dalam lagu. Iwan Fals pernah bilang, ‘Seniman itu enggak ada pensiunnya’. Jadi buat kami, enggak ada yang berhak ngelarang suara hati para musisi,” ungkap Zhaki.

“Paling enggak, kita tahu cara yang elegan buat menyampaikan sebuah pesan untuk si penerima pesan,” lanjutnya.

Menilik aransemennya, ‘Sentimen’ juga sarat dengan jeritan distorsi yang mewakili amarah khas musik rock. 

Perilisan ‘Sentimen’ ini diiringi dengan perayaan delapan tahun The Foolish berkarya di belantika musik Tanah Air.

Mereka pun didukung dengan beberapa orang dibalik layar guna menunjang tumbuh kembang karyanya. Dalam waktu dekat, The Foolish juga bakal menggelar konser intimate khusus perilisan ‘Sentimen’ Juni mendatang.

Mereka juga berencana menelurkan album penuh hingga menjalani rangkaian tur ke beberapa kota besar di Indonesia tahun ini.

Sekedar informasi, The Foolish sebelumnya sukses merilis mini Album bertajuk Bigot pada 2020 lalu.

Bigot sendiri berisi lima track lagu diantaranya, ‘Degradasi Moral’, ‘Ranah Ilusi’, ‘Air Mata Pena’, ‘Radiasi Rock n Roll’, dan ‘I’m Not a Slave’.

Sementara itu, single terbaru The Foolish bertajuk ‘Sentimen’ ini sudah bisa dinikmati di berbagai platform musik seperti Spotify, iTunes, Deezer, Youtube Music, Apple Music, dan sejenisnya. (SPR)

iMusic

Permintaan Maaf “Assia Keva” Lewat Single “Can We Be Friends Again ?”.

Published

on

iMusic.id – Semakin dewasa, semakin banyak belajar bahwa apa yang dilakukan selama ini tidak selalu berhasil, proses ini pasti dilewati banyak orang. Assia Keva merilis sebuah lagu dari pengalaman pribadi tentang hubungan dengan sang ayah.

Lagu ini bikin kita merefleksikan diri dan memulai membuka lembaran baru bagi siapa pun yang pernah mengalami retaknya hubungan karena miskomunikasi, atau mungkin karena ego tak terkendali.

Lagu berjudul “Can We Be Friends Again ?”, ditulis dan diproduseri oleh Pamungkas, Musisi dan Pelantun To The Bone, Kenangan Manis, Monolog.

Ditulis sebagai surat permintaan maaf yang jujur ditujukan untuk ayah, “Can We Be Friends Again?” berbicara tentang keinginan memperbaiki sebuah hubungan  entah itu hubungan cinta, pertemanan, atau keluarga yang sempat hancur karena ketidaksiapan emosional di masa lalu.

“Kadang kita butuh waktu lebih lama untuk mengerti, butuh versi baru dari diri sendiri untuk bisa menghargai apa yang dulu kita abaikan,” ungkap Assia.

Lewat lirik yang reflektif seperti sedang melakukan percakapan, Assia Keva menghadirkan kehangatan yang membalut luka. Lagu ini menjadi semacam pelukan emosional bagi siapa pun yang pernah kehilangan seseorang karena pilihan yang disesali namun diam-diam masih menyimpan harapan untuk memberi ruang kedua.

“Lagu ini bukan tentang kembali ke masa lalu,” lanjutnya, “tapi tentang belajar menjadi versi diri yang lebih baik dan mungkin, membuka kesempatan kedua.”

Dengan “Can We Be Friends Again ?”, Assia Keva sekali lagi menunjukkan kemampuannya merangkum emosi kompleks dalam karya yang sederhana, jujur. (FE)

Continue Reading

iMusic

“Weird Genius” Gaet “PB GLAS” Di Single Terbarunya ”Witch Hunt”.

Published

on

iMusic.id –  Grup musik Elektronik Weird Genius kembali mengguncang industri musik dengan kolaborasi energik bersama rapper naik daun PB GLAS. Sebuah single yang menyuguhkan genre Hard Techno dengan gabungan elemen psytrance. Lagu ini memancarkan nuansa yang gelap, menghipnotis, sangar, dan agresif.

Diproduksi oleh Reza Oktovian, Eka Gustiwana, dan Roy Leonard dan ditulis oleh Natalia Phoebe (PB GLAS), ‘Witch Hunt’ menggambarkan seseorang yang diburu oleh masyarakat, mengekspresikan perkembangan emosi dari kesenangan, kegilaan, amarah, yang semuanya bercampur menjadi satu. Ide ‘Witch Hunt’ menurut PB berasal dari masa ketika perempuan dituduh, dan dituntut sebagai penyihir karena kebencian terhadap marginalisasi sosial & gender.

‘It’s a hunting game’, permainan berburu ini diungkapkan dengan lirik yang padat dan mengalir oleh PB GLAS, mendorong pendengar untuk ikut serta dalam permainan berburu yang disuguhkan dengan alunan musik bertempo tinggi.

Sudah menjadi tradisi bagi Weird Genius dalam mencari talenta baru dan berpotensi tinggi, dan kali ini, trio aneh tapi jenius ini menampilkan ‘PB GLAS’ sebagai kandidat yang memberikan warna baru dalam musik Weird Genius. Dengan memadukan aransemen berintensitas tinggi serta paduan vokal PB GLAS yang intens, menjadikan ‘Witch Hunt’ sebagai pernyataan arah baru mereka. (FE)

Continue Reading

iMusic

“Emma Elliott” Kembali Dengan Single Terbarunya, “Bingkai”.

Published

on

iMusic.id – Setelah merilis “Laut Biru” dan “If I Try” di tahun lalu dan awal 2025, Emma Elliott kini kembali mempersembahkan karya terbarunya single kelima bertajuk “BINGKAI”.

Lagu ini menjadi salah satu karya yang paling personal dan istimewa, karena telah dipersiapkan sejak tahun lalu, baik dari sisi penulisan, produksi, hingga penyusunan konsep visual.

“BINGKAI” diciptakan bersama musisi-musisi hebat yang turut memberi warna dalam proses kreatifnya. Yuli Perkasa (GME) berperan sebagai penulis lagu, sementara SO-IN (Cengar dan Faisal) bertindak sebagai music director. Proses vokal pun kembali dibantu oleh Kamga, yang menjadi vocal director sekaligus pengisi backing vocal, menjadikan hasil akhir lagu ini begitu emosional dan menyentuh.

“BINGKAI” adalah refleksi dari rasa kesepian dan kerinduan yang mendalam akibat kehilangan seseorang yang dikasihi baik itu pasangan, sahabat, maupun anggota keluarga. Lirik lagu ini ditulis secara sederhana namun kuat, dengan pengulangan yang mudah diingat dan mampu menggetarkan perasaan siapa pun yang sedang merindukan sosok tercinta.

Untuk melengkapi rilis lagu ini, “BINGKAI” akan hadir dalam bentuk lyric video dan music video yang dikemas dengan visual yang mendalam dan penuh makna. Konsep video disusun secara personal, menyesuaikan dengan isi dan nuansa emosional dari lagu ini.

Emma berharap visualisasi ini dapat memperkuat pengalaman mendengar, sekaligus menjadi ruang bagi pendengar untuk mengenang orang-orang terkasih dalam hidup mereka.

“Semoga lagu ini bisa menjadi ruang untuk kalian yang sedang merasakan kehilangan, dan semoga ‘BINGKAI’ bisa menjadi wadah bagi perasaan yang belum sempat diungkapkan,”

Tentang Emma Elliott

Emma Elliott adalah penyanyi dan penulis lagu asal Indonesia yang dikenal lewat karya-karyanya yang penuh emosi, lirik yang jujur, dan nuansa musik yang intim. Sejak debutnya, Emma telah merilis beberapa single seperti “Laut Biru” dan “If I Try” yang berhasil menyentuh hati banyak pendengar berkat kepekaan lirik dan kekuatan vokalnya.

Musik Emma banyak terinspirasi dari pengalaman personal, kisah cinta, kehilangan, dan refleksi diri. Ia juga dikenal aktif berkolaborasi dengan berbagai musisi dan produser tanah air, menunjukkan kecintaannya terhadap proses kreatif dan eksplorasi musik lintas genre.

Dengan suara khas dan pendekatan storytelling yang kuat, Emma Elliott terus membangun jejaknya sebagai musisi yang autentik dan relevan di industri musik Indonesia. (FE)

Continue Reading