iMusic – Muncul setelah lebih dari satu dekade, unit punk
rock perantauan Transheet kembali dengan materi “Spirit Pagi”.
Single perdana yang mereka rekam tahun 2003 silam, saat para personilnya
masih berwujud anak kuliahan.
“Spirit Pagi” membuka kembali hamparan cita-cita merilis
karya yang mereka pendam, setelah sebelumnya cukup puas tampil sebagai band
pembuka aneka acara kampus dan gelaran underground di Jogja.
Kini, unit punk rock Transheet resmi meluncurkan karya
perdananya secara digital. Penanda kebangkitan dari kedalaman rasa dan
kejenuhan, selepas para personilnya terbenam dalam rutinitas sebagai buruh dan
pekerja lepas.
Mereka adalah sekumpulan semangat punk rock yang tak lagi leluasa.
Penikmat hidup yang menerjemahkan spirit Do It Yourself (DIY)
justru setelah kini berumah tangga. Kesibukan domestik dan tanggungan hidup
membuat setiap personilnya lebih banyak menekuni urusan rumah tangga. Profesi
mulia dari segala upaya mereka.
“Spirit Pagi” berkisah tentang semangat hidup
selama sekolah di perantauan. Meski tak melulu tentang pendidikan formal,
banyak catatan seputar proses kehidupan, pergaulan, penyaluran hobi, konflik
perasaan hingga urusan hutang-piutang demi bayar kost-an.
Termasuk rajin ikut kegiatan dan kondangan demi numpang
makan.
“Spirit Pagi” merupakan demo perdana milik kolektif
punk rock sekolahan yang terbentuk di Yogyakarta sekira 15 tahun yang
lalu. Personilnya merupakan mantan mahasiswa musiman yang kini telah berpencar
dipinggiran ibukota.
Suatu waktu, demo yang sempat ‘hilang’ itu kembali ditemukan
salah satu personil pada lembar folder hard drive miliknya yang sempat rusak.
Tiga personil tersisa lantas bersepakat untuk berhubungan
kembali dan merilisnya secara digital.
Secara musikal, gaya punk rock mereka mainkan dengan masih
mengandalkan distorsi efek gitar Metal Zone, bass yang tebal dan permainan drum
minim fil in.
Referensi musik pun bercampur dan terbatas pada Rancid, NOFX,
Red Hot Chili Paper, Greenday, System of Down, Blink 182, Superman Is Dead, Sum
41 dan Goldfinger.
Kecuali pemain drum dadakan mereka, yang sejak SMA
mendengarkan rekaman kaset Sex Pistol, Descendents, Bad Religion, Black Flag
dan The Exploited. Sesekali menyimak penampilan punk rock lokal Blackboot,
Atretz, Kapten Oi dan Runtah.
Transheet kini diperkuat Roy Mart (bass/Vokal), Heri
Purnomo (gitar) dan Anggitane (drum).
Single “Spirit Pagi” bisa didengarkan diseluruh platform
music digital semacam Spotify, Joox, Deezer, Apple Music, Shazam dan lainnya.
Perilisan ini sekaligus cara untuk menemukan sahabat
sepenanggungan, gitaris mereka yang bernama Iwan.
Iwan adalah gitaris yang terlibat saat proses rekamam “Spirit Pagi”. Berasal dari pulau Buton, Bau-Bau, Sulawesi Tenggara. Terakhir berkabar tahun 2004-2005. Masa itu kami banyak menghabiskan waktu latihan dan berkarya di seputaran Jl. Godean (STPN) Yogyakarta. Semoga Iwan menemukan kami dan kami menemukan Iwan. (FE)