iMusic – HLMN, unit punk rock independen asal Bogor merilis album perdananya
bertajuk “Menolak Padam”. Album perdana
yang menjadi ruang ekspresi keresahan mereka dalammenjalani kehidupan dan
proses berkesenian dari pinggiran urban. Mereka bersuara lantang dalam 10 lagu
yang warna musiknya dominan punk
dan sentuhan rock alternative. Warna
yang mereka pertahankan sejak berdiri dan berkembang hingga saat sekarang.
“Menolak Padam” resmi dirilis pada 20 Januari 2020. Sebuah album yang menjadi
bentuk perlawanan HLMN pada keterbatasan, setelah dua tahun berproses merekam sejak
Maret 2018. Proses panjang nan terjal untuk sebuah band untuk memproduksi
album. Sama keras-nya dengan tema yang mereka usung dalam album ini. Bercerita
tentang kerasnya hidup dan bagaimana keinginan HLMN untuk survive, meloloskan diri dari segala
penolakan dan pergunjingan.
HLMN adalah sebuah proses alami pemuda tongkrongan yang dijalani Calvar (gitar/vokal), Kabow
(bass/vokal) dan Jovi (drum). Dari sekedar hobi dan bersenang-senang
sampai akhirnya menjadi sebuah pertanggung jawaban, sekaligus pembuktian diri kolektif
HLMN sebagai unit band yang mempunyai tujuan nyata.
Tumbuh dari kawasan perbatasan bernama Cigombong yang terpisah batas
administrasi wilayah kota. Barangkali kerasnya
lintas Cigombong di jalur selatan perbatasan Bogor-Sukabumi mendidik meraka
untuk tidak mudah menyerah.
HLMN
berjuang ditengah keterbatasan, bermusik diantara zona permukiman proletar yang
akrab dengan pergaulan pekerja industri.
Memilih memainkan rock alternativedengan
warna punk sebagai jatidiri. Vokalis Calvar menggemari Ramones, Noise for A
Name, Nirvana, Iwan Fals dan The Clash sebagai perekat menuju musik mereka saat
ini. Sementara drummer Jovie, menambahkan Rufio, Topi Jerami, Blink 182, Foo
Fighter dan The Used dalam list band kesukaannya. Sedangkan bassist Kabow
selain hal-hal yang sudah disebutkan koleganya memilih SID dan Green Day
sebagai sound keseharian.
Album “Menolak Padam” menempatkan “Lawan” dan “Penuh Luka” sebagai garda
andalan, trio Calvar, Jovi dan Kabow seperti menyulut bahan bakar tambahan yang
siap mengisi kembali energi HLMN untuk tancap gas ke pijakan berikutnya.
Meneruskan nyala semangat yang sebelumnya telah di kobarkan di lagu “Api” dan
“Escape” yang mereka
perkenalkan dalam format video musik.
“Melalui lagu ‘Lawan’ saya mencoba merangkul siapapun yang satu persepsi, bahwa
perbedaan itu bukanlah sesuatu yang harus dihindari. Sedangkan ‘Penuh Luka’
bercerita tentang kecamuk ambisi kontra batin tentang perjalanan bermusik,”
tutur Calvar tentang lagu yang ditulisnya itu.
Warna senada dengan upaya mereka menemukan tempat rekaman disebuah warung
kelontong yang sesekali terhenti ketika ada pembeli, sebelum akhirnya menemukan
studio untuk merampungkan perekaman.
Proses produksi album dilakukan di dua tempat berbeda, meski dalam
frekuensi yang sama. Track drum
direkam di Fakehero Studio, sementara isian gitar, bass dan vokal dilakukan di
ImahLuhur. Untuk mixing dan mastering diteruskan pengerjaannya
oleh Opus Offrecord. (FE)