iMusic.id – Gokil, A.R Rahman, Mozart dari Madras akan hadir digelaran Prambanan Jazz 2024. Menghadirkan AR Rahman di panggung Prambanan Jazz adalah sebuah mimpi yang menjadi kenyataan, bukan sekadar pertunjukan musik, tapi ini adalah peristiwa penting kebudayaan,” terang Anas Alimi.
Talenta dan kejeniusan itu yang Prambanan Jazz Festival tampilkan pada tahun ini. Menghadirkan cahaya terang yang dipancarkan Asia untuk adi musik di panggung berlatar adikarya masa silam yang dipunyai Indonesia: Candi Prambanan.
Direktur Utama PT TWC & Co Promotor Prambanan Jazz, Febrina Intan menyampaikan, “Hadirnya AR Rahman, dengan karakteristik musik yang khas tentunya akan menambah kekayaan ragam budaya di Candi Prambanan.” Candi Prambanan dikenal tidak hanya sebagai destinasi warisan budaya dunia, namun juga sebagai perwujudan berbaurnya kebudayaan di Indonesia, khususnya Yogyakarta dan sekitarnya.
Perpaduan nilai budaya Hindu dan Jawa, dengan mengusung unsur-unsur konservasi dan edukasi dalam pengembangan destinasi menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung.
Traveloka mendapatkan kehormatan ditunjuk sebagai official ticketing partner untuk gelaran Prambanan Jazz Festival. Direktur Utama Rajawali Indonesia menyampaikan, “Konsumen dapat memesan tiket melalui aplikasi atau situs web Traveloka, dimana untuk menyaksikan AR Rahman di panggung special show terdapat 3 kategori kelas meliputi Gold, Diamond dan VIP dengan harga mulai dari Rp 900.000,- di luar tiket masuk Candi Prambanan, pajak dan biaya admin, namun sudah termasuk akses panggung super festival pada hari tersebut.” Konsumen dapat melakukan pembelian tiket dengan mudah melalui pilihan produk kategori ‘Event’ pada platform Traveloka.
Melengkapi pengalaman menikmati Prambanan Jazz Festival yang tak terlupakan, konsumen juga dapat memenuhi kebutuhan perjalanannya, hanya melalui aplikasi Traveloka. Para penggemar musik jazz dapat dengan mudah menemukan beragam produk perjalanan, mulai dari Transportasi, Hotel, hingga Atraksi dan Aktivitas di Candi Prambanan dan sekitarnya.
Siapa A.R Rahman? “Takala majalah prestisius Time di pekan pertama Mei 2004 atau dua dekade silam menyebutnya Mozart dari Madras, saya sangatlah masygul,” ujar Anas Alimi, Founder Prambanan Jazz Festival dan Rajawali Indonesia.
“Bukan apa, India yang datang ke kehidupan saya saat remaja adalah serupa Bronx yang penuh dengan berita kekerasan, bencana alam, tata kelola hidup yang kacau, dan kemiskinan.”
“Bandingkan dengan paragraf pertama Time yang menggambarkan seperti apa AR Rahman. Seperti Gershwin maupun Lennon dan McCartney. AR Rahman adalah perwujudan dari harmoni, kualitas, energi, kerendahan hati; sebuah suara pribadi sekaligus universal, melahap begitu banyak bentuk lama dan mengubahnya menjadi sesuatu yang sangat baru,” lanjut Anas.
Itu kalimat-kalimat bertenaga. Itu kalimat yang optimistis. Tentu saja, pujaan. Bukan kalimat penuh debu, rongsok, kelabu, dan harapan layu lampah.
“Rahman memang India yang saya tidak kenal. Di partitur musik Rahman tertera India yang sangat berbeda. India yang sampai di negeri saya adalah India utara yang berbeda sama sekali dengan dunia Rahman,” terang Anas.
Madras yang disebut Time itu adalah Chennai. Sebuah kota yang beberapa kali dinobatkan sebagai kota teraman dan ternyaman untuk ditinggali. Kota dengan perpustakaan terbaik, ribuan layar bioskop tersedia.
Dan, ini dia, ekosistem geografis di kawasan India selatan menjadi penyumbang kualitas sumber daya manusia terbaik untuk jagat raya terkini.
Jika Anda mendengar ada manusia India menjadi CEO perusahaan teknologi bergengsi di dunia, lacaklah genealogisnya bahwa sosok itu lahir atau tumbuh di poros Madras–Bangalore.
Kota yang disebut terakhir itu adalah kawasan yang mendapat julukan Silicon Valley-nya India. Bangalore adalah India wajah lain. Seperti Bombay, seperti Madras. Dalam struktur geografis seperti itulah lahir dan tumbuh seorang anak muda penuh talenta dari keluarga Islam sufistik dengan nama yang indah: Allah Rakha Rahman atau AR Rahman.
Sampai di sini masih belum mengenal Rahman?
Memang perlu bantuan judul karya komposisinya barulah kita sadar karya macam apa yang berada di lapis dalam AR Rahman yang membuat semua orang takjub.
Mari sebut satu. Chaiyya Chaiyya. Siapa yang tidak kenal karya ini. Sebuah komposisi yang membuat dunia Broadway Eropa dan Amerika terguncang. Masterpiece yang dihidupkan dalam sebuah film ala Broadway yang sangat populer, Dil Se, yang dibintangi, oh Tuhan, Shahrukh Khan.
Broadway mana yang menampilkan adegan musikal yang tak terduga, tampil secara atraktif di atas kereta yang melaju kencang. Ini Bollywood, Bung!
Chaiyya Chaiyya adalah gubahan Rahman yang dalam impian AR Rahman tatkala masih sangat muda, ia bakal berkarya “melampaui bahasa dan budaya”. Bahasa dan budaya mungkin Tamil, tetapi ia melampaui sekadar dunia yang ada dalam lingkup budaya dan bahasa itu.
Karya gubahan Chaiyya Chaiyya membuktikan itu. Yang tidak mengerti bahasa dan budaya Tamil bisa menikmatinya. Kalau tidak percaya, tanyalah anggota polisi dari Gorontalo bernama Norman Kamaru.
Allah Rakha Rahman, sekali lagi menukil Time, adalah wujud dari kejeniusan Mozart yang disumbang oleh India. Dan, AR Rahman mendapatkan apa saja yang diimpikan seorang musisi dalam jagat musik dunia. Ia menyabet Grammy Award untuk karya monumentalnya Jai Ho. Sekaligus, Rahman mengangkat tinggi-tinggi Academy Award untuk Lagu Orisinil Terbaik.
Ya, Jai Ho adalah soundtrack utama film box office Slumdog Millionaire yang berjaya di Amerika dan Inggris; sebuah film yang diangkat dari karya novelis Vikas Swarup.
Jai Ho adalah karya yang jelas menunjukkan kepiawaian dan kejeniusan Rahman yang tidak datang tiba-tiba. Kejeniusan itu sudah menghampirinya sejak kecil yang membuatnya berkesempatan belajar musik di Oxford.
Sepulang dari Inggris itulah ia mencurahkan apa yang ia punyai. Masuk dalam dunia film India itu artinya menjadi penulis lirik, komposer, membuat skoring, dan semua itu bisa dikerjakan dengan sama baik oleh Rahman. (FE)
“Segera dapatkan tiket pertunjukan Prambanan Jazz Festival di Traveloka dan nikmati pertunjukan musik jazz unik dan megah di situs wisata warisan dunia. Seluruh informasi terkait penyelenggaraan Prambanan Jazz Festival 2024 dapat di akses di www.prambananjazz.com dan sosial media @prambananjazz (Instagram, X, Facebook), @prambananjazzfestival (Tiktok, Youtube) dan hotline 082226664343.
iMusic.id – Shakey adalah adalah band asal Yogyakarta yang terbentuk pada 5 Maret tahun 2000. Dalam perjalanan musiknya, Shakey sudah mempunyai dua album kompilasi dimana salah satunya membawa mereka menjadi band yang me-nasional dengan lagu “Miliki Aku” dalam album kompilasi Indie Ten 2 tahun 2002.
Perjalanan panjang itu juga yang membuat mereka mempunyai dua album musik berbentuk kaset dan CD pada tahun 2004 dan 2008. Shakey saat ini adalah format ke 3 dengan beranggotakan empat personil yaitu Dinno (vocal), Opik (Bass), Dionn (keyboard), Andrie (drum).
Genap perjalanan 25 tahun mereka. Shakey meluncurkan single “Yang Ada Padamu” yang menjadi kerinduan tersendiri bagi penggemarnya. Single yang begitu lama ditunggu ini tetap mempertahankan warna dan corak musik Shakey. Rasa otentik timbre vokal Dinno menjadi ciri khas setiap lagu yang dikeluarkan. Nuansa Pop-Rock pada single “Yang Ada Padamu” ini juga tetap memberi sentuhan Shakey tahun 2000-an awal dimana kental dengan distorsi dan ketukan drum yang tight,
Di tahun 2025 ini Shakey, juga merilis album-album terdahulunya di kanal musik digital yang memberikan nafas baru bagi Shakey untuk kembali berkarya. Dinno, vokalis dari Shakey juga adalah penulis lagu dalam single baru shakey dimana ia adalah pencipta lagu-lagu beberapa artist ternama seperti Rossa, Rio Febrian, Nagita Slavina dan memproduseri lagu-lagu seperti Anneth, Armand Maulana, Ruth Sahanaya dan beberapa artist lainnya. Opik, bassis dari band ini juga punya peran bermusik bersama Seventeen, Armada dan banyak musisi lainnya.
“Yang Ada Padamu” jadi lagu pertama yang dirilis Shakey untuk menjadi momentum lahirnya band ini. Di produseri oleh Sasi Kirono, Shakey menunjuk Sasi karena kiprahnya tak main-main dalam memproduseri musisi Jogja seperti Putri Ariani.
“Yang Ada Padamu” bercerita tentang seseorang yang mengagumi seorang lain. Dimana ia belum dapat memilikinya namun dalam hati kecilnya ia akan bisa mendapatkan hati seseorang itu nantinya.
Kali ini, Shakey merilis single ini dengan konsentrasi promo di Radio. Radio adalah platform musik yang membersamai Shakey dalam berkarya sejak dulu. Mereka betul-betul besar di Radio, khususnya di Yogyakarta. Dimana karya pertama mereka di perkenalkan pertama kali oleh Radio di Yogyakarta. Karenanya, bagi Shakey, Radio adalah partner yang sangat berarti bagi perjalanan mereka.
iMusic.id – Sulit rasanya menutup mata dari lagu ini. Ada kejujuran yang berdesir pelan di balik nada riang “Kura-Kura”, kolaborasi antara Stand Here Alone (SHA) dan Tresno, sang vokalis legendaris Tipe-X. Lagu ini bukan sekadar kisah patah hati yang dibungkus jenaka, tapi semacam pengakuan halus bahwa cinta memang kerap berakhir dengan cara yang tidak gagah-gagah amat. Kadang lucu, getir, bahkan absurd. Seperti kisah pria yang ditinggal kekasihnya demi seseorang yang, entah kenapa, “berwajah seperti kura-kura.”
Namun justru di situlah letak keindahannya. “Kura-Kura” adalah cara Stand Here Alone dan Tresno mengubah duka jadi tawa, mengubah kecewa jadi bahan bakar untuk bernyanyi lebih kencang. Mereka seperti ingin bilang: jangan gentar meskipun ditikung reptil, sebab bahkan orang dengan paras hewan melata pun kadang bisa mengajari kita cara menerima nasib dengan elegan, patah hati tidak lagi tentang meneteskan air mata, tapi menghasilkan nada-nada yang membuat dada sesak dan bibir tersenyum di waktu yang sama.
Lagu kolaborasi Stand Here Alone dengan Tresno ini, dengan segala kesederhanaannya, mengingatkan bahwa kita tak berhak untuk dibuat sedih. Dunia sudah terlalu riuh untuk ditambahi keluh kesah yang tidak perlu. “Kura-Kura” hadir seperti kawan lama yang menepuk bahu, berkata pelan: sudahlah, tidak semua janji harus ditepati, tidak semua cinta harus berakhir bahagia, dan tidak semua luka harus disembuhkan, beberapa cukup ditertawakan.
Melalui proyek Album Nusantara, Stand Here Alone menunjukkan bahwa punk dan ska tak melulu soal pemberontakan, tapi juga tentang kelapangan hati. “Kura-Kura” menjadi semacam pernyataan lembut bahwa kehilangan bisa seindah pertemuan, bahwa humor adalah selimut terbaik bagi hati yang pernah robek, dan bahwa hidup, betapapun kejamnya, masih pantas ditertawakan, terutama ketika cinta pergi bersama seseorang yang bahkan kura-kura pun mungkin enggan bercermin padanya.
Single “Kura-Kura” sudah tersedia di seluruh platform digital dan video musiknya dapat disaksikan di kanal YouTube resmi Stand Here Alone.
iMusic.id – Setelah merilis single perdana berjudul “Ku Rindu” ciptaan Andri Ikola, penyanyi sekaligus penulis lagu Sundari Gasong kini memperkenalkan karya terbarunya bertajuk “Sedih” sebagai single kedua. Berbeda dari karya sebelumnya, lagu ini merupakan ciptaan Sundari sendiri.
“Penggarapan single kedua ini tidak jauh berbeda dengan proses single pertama. Aku tetap mempercayakan Debios Ikola sebagai Music Director dan Sis Akbar untuk proses mixing dan mastering. Aku juga tetap berdiskusi dengan kakak kandungku, Andri Ikola, hingga lagu “Sedih” siap dirilis,” ujar Sundari Gasong.
Lagu “Sedih” pertama kali ditulis Sundari Gasong pada tahun 2009. Lagu ini mengangkat kisah tentang kesedihan seorang jomblo yang memendam perasaan cinta tanpa keberanian untuk mengungkapkan.
“Lagu ini sebenarnya dibuat untuk adik kelas aku, Mega F. Yohana, alumni SMAN 1 Boedoet Jakarta angkatan 2008. Terinspirasi dari seorang laki-laki yang dulu menjadi pemujanya,” tutur Sundari Gasong.
Dalam single ini, Sundari sengaja menghadirkan konsep musik yang sederhana, agar pendengar dapat lebih merasakan emosi sedih yang menjadi inti cerita lagu tersebut.
Single “Sedih” resmi dirilis pada 12 Desember 2025 di seluruh digital music platform. Sementara video musiknya akan menyusul dan direncanakan tayang di kanal YouTube resmi Sundari Gasong setelah proses produksi rampung.
Sundari juga menyampaikan pesan khusus kepada pendengar:
“Buat para jomblo, cobain deh dengerin lagu ini pas lagi sedih. Insya Allah sedihnya dapet.”