Connect with us

iLive

Musisi Jakarta, Semarang dan Solo ramaikan konser Solo City Jazz 2023

Published

on

iMusic.idC-Pro Production dan Pemerintah Kota Solo kembali akan menyelenggarakan event musik Solo City Jazz (SCJ) yang ke 12 kalinya. Ini menjadi lanjutan perjalanan panjang sebuah event tak berbayar yang selalu konsisten digelar setiap tahunnya di tempat-tempat unik kota Solo.

Cerita panjang ini menyisakan kenangan indah yang tak terlupakan di setiap tahunnya. Tahun ini rencananya Solo City Jazz akan dilaksanakan di Pamedan Pura Mangkunegaran pada tanggal 4 & 5 Agustus 2023, dengan beberapa pengisi acara dari Jakarta, Semarang dan tuan rumah Solo.

Salah satu line up Solo City Jazz yang paling banyak ditunggu adalah Ardhito Pramono seorang penyanyi, penulis lagu, dan musisi Indonesia yang sangat berbakat. Musisi yang lahir pada tanggal 22 Maret 1995 di Jakarta ini dikenal karena vokalnya yang unik dan gaya musik yang beragam, mencakup genre seperti pop, soul, dan jazz.

Salah satu karyanya yang berjudul ‘Wijaya Kusuma‘ dinyanyikan secara kolaborasi dengan Peni Candra Rini salah satu vokalis kontemporer asal Solo yang namanya sudah mendunia. Lalu ada hadir juga Tompi, seorang singing doctor yang cukup piawai memainkan cengkok irama yang menjadi trademark nya lewat lagu-lagunya bernuansa jazz. Ini merupakan kali kedua dirinya tampil di ajang Solo City Jazz dan akan tampil dihari ke dua.

Solo City Jazz sendiri cukup beruntung karena di tengah kesibukan Tompi sebagai dokter kecantikan dan pemilik klinik Beyoutiful di Jakarta, masih menyempatkan untuk menyapa penggemarnya di melalui penampilannya di SCJ ke 12 ini.

Hadirnya bintang muda yang berasal dari kota Semarang akan menjadi salah satu magnet SCJ kali ini. Siapa yang tak kenal dengan Soegi Bornean, trio yang terbentuk pada April 2019 dan beranggotakan Fanny Soegiarto (vokal), Aditya Ilyas (gitar), dan Bagas Prasetyo (gitar). Cukup berhasil mencuri perhatian publik musik dengan rilisan album mini (EP) berjudul “Atma” pada 2020.

Salah satu single mereka berjudul ‘Asmalibrasi‘ mampu mengangkat mereka ke puncak tenar. Single ‘Asmalibrasi’ sendiri menempati posisi kedua di Spotify Weekly Top Songs Indonesia pada tanggal 7 Oktober 2022. Nama Soegi diambil dalam kata bahasa Jawa yakni ‘sugih’ yang berarti kaya. Sementara itu, Bornean berarti Kalimantan, yang merupakan kampung halaman sang vokalis Fanny Soegiarto.

Dari Solo ada Elizabeth Sudira, mantan Putri Solo ini beberapa kali didapuk menjadi MC SCJ. Salah satu karyanya yang berjudul ‘Rindu Solo’ dinyanyikan pertama kali di SCJ tahun 2018 silam. Sebuah lagu yang mengingatkan betapa tentram dan nyamannya kota Solo, lagu tersebut merupakan salah satu lagu hits di kota Bengawan ini.

Pecas Ndahe dan Yan Vellia adalah nama-nama lain yang akan manggung di SCJ 2023 kali ini. Walau terkadang muncul pertanyaan bagaimana penampil diluar genre jazz bisa tampil di panggung SCJ? Hal tersebut pernah beberapa kali diungkapkan oleh founder Solo City Jazz, Wenny Purwanti bahwa ini bukan sebuah hal yang tabu untuk dilakukan.

Panggung SCJ memberikan porsi yang cukup besar untuk seniman-seniman asli kota Solo yang harus punya panggung di kotanya sendiri.

“Sejak awal SCJ kerap memasukkan unsur lain di luar jazz, baik merangkul musik budaya seperti mendiang Slamet Gundhono dengan wayang suket nya, Sruti Respati ataupun Peni Candra Rini dengan kekuatan budaya Solo dan yang lebih ekstrim beberapa tahun yang lalu bahkan music cadas Down for Life juga pernah mengisi line up SCJ,” ungkap Wenny.

Wenny juga melanjutkan seperti kehadiran Yan Vellia di SCJ ke 12 yang merupakan istri mendiang Didi Kempot ini ternyata menyimpan banyak bakat. Yan Vellia dengan putranya saat ini melanjutkan bakat ayahnya. Sementara Pecas Ndahe adalah group serba bisa yang cukup diminati oleh berbagai kalangan, penampilan mereka juga dinanti karena akan membuat penonton ger ger an.

Selanjutanya terdapat nama Jungkat Jungkit yang merupakan duo folk-pop beranggotakan Safina Nadisa sebagai vokalis-gitaris, dan Said Abdullah dengan gitarnya. Lewat suara Safina yang khas menjadikan duo ini memiliki ciri tersendiri dan layak untuk disimak. Kedua personel Jungkat Jungkit ini tergolong kaya pengalaman dalam kancah musik Kota Bengawan. Jungkat Jungkit sempat menarik perhatian publik ketika didaulat menjadi satu-satunya penampil musik dalam pesta pernikahan putra Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming yang sekarang menjadi Walikota Solo dengan Selvi Ananda pada Juni 2015 lalu.

Salah satu penampil “paling jazz”, sebut saja begitu, di SCJ adalah Alfado Jacob Trio, mereka akan membawakan komposisi-komposisi jazz yang cukup menarik. Leader dari group ini adalah Alfado yang saat ini mempunyai group jazz Kartabaya, talenta muda dari Solo ini akan tampil sebagai pembuka SCJ ke 12.

Bagi penonton pun tak perlu bersusah hati untuk menikmati pesta musik SCJ di dua malam peyelenggaraannya. Terdapat 50 tenant F&B dan Fashion yang akan meramaikan arena di sekitar panggung SCJ 2023 ini. Lewat beragam sajian F&B yang telah dikurasi kehadirannya, tentunya akan memuaskan pengunjung dan juga pecinta kuliner untuk menemukan jenis makanan lezat yang siap disantap. Sekaligus untuk menyambut 78 tahun Indonesia Merdeka, maka tag line SCJ kali ini adalah “Jazz Merdeka” dan menghimbau kepada semua penonton agar menggunakan baju dengan nuansa merah putih.

Untuk terus mendapatkan informasi ter-update mengenai persiapan Solo City Jazz, yang juga menjadi anggota dari Forum Festival Jazz di Indonesia ini. Termasuk mengetahui segala aktifitas pada Hari-H nya publik bisa mengikuti instagram official @solocityjazz. Terima kasih atas atensinya. Salam JAZZ! Solo City Jazz Official/i

iLive

Indonesia Music Summit 2025 di gelar 19 – 20 November

Published

on

iMusic.id – Sashana.ID dengan bangga mempersembahkan Indonesia Music Summit 2025 atau disingkatIMUST, sebuah forum dua hari yang didedikasikan sebagai ruang diskusi empatik bagi seluruh pemangku kepentingan ekosistem musik Indonesia.

Acara Indonesia Music Summit 2025atauIMUST ini akan digelar pada 19–20 November 2025, pukul 13.00–21.00 WIB di Gedung Ali Sadikin dan Gedung Teater Wahyu Sihombing, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat, menghadirkan perbincangan mendalam, pertukaran gagasan, serta inisiatif kolaboratif untuk merumuskan solusi dan rekomendasi bersama bagi masa depan industri musik nasional.

“Indonesia Music Summit 2025 kami hadirkan sebagai ruang temu yang jujur, inklusif, dan setara bagi seluruh pemangku kepentingan musik. Di tengah perubahan ekosistem yang begitu cepat, kita membutuhkan tempat untuk berhenti sejenak, mendengar, lalu merumuskan langkah bersama. IMUST adalah upaya kami membangun budaya diskusi yang lebih sehat, yang memberi ruang bagi suara musisi, pekerja industri, dan komunitas kreatif untuk benar-benar didengar.” Jelas Dhani ‘Pette’ Widjanarko, Founder Sashana Indonesia & Project Director IMUST 2025.

Sebagai ajang yang memadukan dialog kreatif lintas disiplin, Imust mengusung semangat kolaborasi antara musisi, pekerja industri, kreator, penggiat seni, institusi pendidikan, komunitas, hingga pelaku usaha. Forum ini dirancang untuk membuka ruang aman bagi seluruh peserta dalam membahas tantangan ekosistem musik sekaligus menggali peluang di era digital yang terus berkembang.

“Industri musik Indonesia saat ini berada dalam fase penting. Banyak peluang baru, tapi juga banyak kebingungan, terutama bagi musisi dan pelaku industri skala kecil. Forum seperti Indonesia Music Summit sangat diperlukan untuk menyamakan perspektif, memahami tantangan nyata di lapangan, dan mencari terobosan bersama. Saya berharap IMUST bisa menjadi jembatan yang memperkuat ekosistem musik kita dari hulu ke hilir.” Terang Harry “Koko” Santoso, Pelaku Industri Musik Indonesia

Indonesia Music Summit 2025 menggelar beberapa agenda seperti Music Discourse, sebuah Sesi diskusi utama yang membahas isu-isu strategis mulai dari hak intelektual, distribusi digital, keberlangsungan musisi independen, hingga peran teknologi dalam produksi musik. Sesi ini menghadirkan sosok-sosok berpengaruh dalam industri musik Indonesia sebagai pembicara seperti : Ariel ‘NOAH’, Satrio ‘Piyu’ Yudi Wahono, Giring Ganesha, Once Mekel, Adi Adrian, Endah Widiastuti, Harry Koko Santoso, David Karto, Ravel Junardy, Anas Syahrul Alimi, Wendi Putranto, Ricky Bya, dan Ferry Dermawan dengan melibatkan moderator seperti : Ronal Surapradja, Widya Saputra, Yosi Mokalu.

Agenda acara berikutnya adalah Exhibition. Kegiatan ini merupakan sebuah pameran karya dan dokumentasi musik Indonesia yang menampilkan transformasi industri dari masa ke masa. Kegiatan ini melibatkan partisipan seperti Lokananta, Musicapture oleh Firdaus Fadlil, Musigraphic Dawai Dewa Budjana, Jay Subyakto Video Music Indonesia, serta SAE. Para peserta dapat menikmati koleksi arsip, instalasi visual, hingga karya eksperimental.

Agenda lainnya ada Workshop : Videoclip & Music Photography, ini adalah sesi praktis yang menghadirkan para profesional untuk berbagi teknik, pengalaman, dan praktik terbaik dalam pembuatan video musik serta fotografi musik.

Dua agenda lainnya adalah digelarnya Special Show yang menampilkan Efek Rumah Kaca : 10 Tahun Album Sinestesia dimana showcase ini merupakan perayaan satu dekade album ikonik Sinestesia dalam format panggung intim dan reflektif. Sementara itu agenda acara terakhir adalah Music Store, area ritel yang menghadirkan rilisan fisik dan merchandise eksklusif dari musisi dan brand kreatif.

Seluruh tokoh yang tergabung dalam team kreatif IMUST berharap Indonesia Music Summit 2025 bisa menjadi motor penggerak kolaborasi antarpelaku industri musik, memperkuat jejaring, serta melahirkan gagasan-gagasan baru untuk membangun ekosistem musik Indonesia yang lebih sehat, berkelanjutan, dan adaptif terhadap perkembangan zaman.

Sashana percaya bahwa musik adalah ruang budaya yang selalu hidup dan melalui diskusi yang empatik serta kolaborasi yang setara, Indonesia dapat menghadirkan ekosistem musik yang lebih progresif untuk masa depan.

Continue Reading

iLive

Tur ke Eropa, ‘Prison Of Blues’ setia mempromokan hantu lokal

Published

on

By

iMusic.idPrison Of Blues sukses menyelesaikan total 50 Gigs Tour selama 3 bulan di Indonesia dan Eropa. “Untuk Tour Eropa ini kami adalah kali ke 5 memenuhi undangan salah satu festival Psychobilly terbesar dunia, yang diadakan di Oberhausen-Jerman, dan kali ini kami juga mengajak kolaborator untuk vokal yaitu Dellu Uyee”, kata Bayu Randu gitaris dan juga produser dari Prison Of Blues.

Band Psychobilly Punk ini menyambangi 6 Negara Eropa sekaligus, yaitu German, Ceko, Belgia, Hungaria, Austria, dan Belanda, serta beberapa kota di indonesia dengan total 50 gigs, dan ini tentunya menjadi pencapaian tersendiri dari band dengan genre minoritas ini.

Prison Of Blues adalah band beraliran Psychobilly yang lahir di kota tembakau Temanggung pada 2007, Kali ini Prison Of Blues lebih fresh dengan masuknya Endy Barock pada drum, Topan Murdox pada gitar 2, Dhana pada Contra Bass, 2 personil lama yaitu Bowo pada Vocal & gitar, serta Bayu Randu pada gitar 1 yang juga merangkap sebagai produser.

Hingga saat ini sudah mempunyai 11 album kompilasi yang release di Eropa dan Amerika, dan 4 album solo Prison Of Blues. “Kan saya baru pertama ikut di tour eropa bareng POB, jujur kaget banget, band ini disini besar dan sangat banyak penggemarnya, sampai ada yang bela belain dari California, Spanyol, Italia datang buat nonton POB”, cerita Dellu Uyee.

“Tour 50 titik Indonesia-Eropa ini juga sebagai promo album ke 4 kami, dan seperti biasa kami membawa misi promosi untuk Indonesia, selain bawa atribusi kain Indonesia kami juga secara khusus mempromosikan hantu-hantu Indonesia, seperti Pocong, Kuntilanak, Santet, dll”, ujar Bowo sang vokalis dan founder band ini.

Band ini melakukan tour Eropa mulai tanggal 3-31 Oktober, titik terakhir sukses memukau fans Prison Of Blues di Festival “Psychobilly Earthquake 2025”. Sebelumnya Prison Of Blues sudah langganan memenuhi undangan festival Psychobilly, pada tahun 2016 Bedlam Breakout Festival di Inggris, 2017 Psychobilly Meeting Festival  di Spanyol, 2018 tour 7 negara Eropa, 2024 kembali bermain di Psychobilly Meeting Festival  di Spanyol, dan 2025 Pyschobilly Earthquake di German.

“Ada hal yang unik dan selalu membuat kami selalu ingin kembali ke festival ini di Eropa, yaitu fanbase kami yang di Eropa, ini unik karena kami sendiri di Indonesia masih kurang diminati, mungkin karena genrenya ga ada yang memainkan di Indonesia sekarang. Lucunya banyak yang mengira kami di Indonesia adalah band besar, setelah kami ceritakan tentang tidak adanya scene Psychobilly di Indonesia baru mereka kaget, haha” tambah Endy Barock, sang drummer.

Prison Of Blues juga memberikan gambaran tentang bagaimana sistem royalti di Eropa berjalan, “tiap titik disini, sebelum main kami harus isi form dari Gema, CMO atau LMK nya Eropa, isi detail lagu yang akan dibawakan lengkap dengan pencipta lagunya, sangat tertib, bahkan kami bawakan lagu artis besar seperti Motorhead atau Queen pun tidak perlu repot dan takut ijin ijin” cerita Dhana dan Topan.

Tour ini disupport oleh kementerian kebudayaan dan juga beberapa sponsor swasta.

Continue Reading

iLive

Bintang Radio Indonesia 2025 tampilkan 3 format putaran

Published

on

iMusic.id – Ajang kompetisi menyanyi nasional tertua di Indonesia, Bintang Radio Indonesia, kembali digelar tahun ini dengan format yang lebih segar dan dinamis. Setelah sukses diselenggarakan di Surabaya tahun lalu, Bintang Radio Indonesia 2025 kini hadir di Jakarta dengan rangkaian pertunjukan spektakuler yang akan berlangsung pada 4, 5, dan 6 November 2025, dan ditutup dengan Result Show pada 8 November 2025.

Sejak pertama kali diselenggarakan pada 1951, Bintang Radio Indonesia telah menjadi wadah lahirnya para penyanyi legendaris tanah air seperti Titiek Puspa, Bing Slamet, dan Vina Panduwinata. Di era modern, ajang ini terus melahirkan bintang-bintang baru seperti Josh Florentino, Maria Pudesa, dan Shabrina Leanor, yang membuktikan bahwa semangat Bintang Radio tetap relevan lintas generasi.

Tahun ini, Bintang Radio Indonesia hadir dengan format tiga putaran penampilan, di mana para finalis akan menunjukkan kemampuan terbaik mereka dalam tiga genre musik: pop, rock, dan lagu daerah. Tak hanya menonjolkan vokal, para peserta juga akan dinilai dari karakter, penghayatan, dan kemampuan beradaptasi dalam berbagai gaya musik.

Menariknya, tahun ini Bintang Radio juga memperkenalkan sistem voting, yang memungkinkan publik ikut menentukan siapa yang akan menjadi bintang baru Indonesia.

Rangkaian Grand Final akan diakhiri dengan penampilan spesial dari Maliq & D’Essentials pada malam puncak tanggal 6 November 2025, serta Result Show spektakuler pada 8 November 2025 yang akan menampilkan Shabrina Leanor, salah satu bintang muda hasil ajang ini, dalam pertunjukan istimewa.

Melalui format dan konsep baru ini, Bintang Radio Indonesia 2025 tidak hanya menjadi ajang kompetisi, tetapi juga perayaan keberagaman musik Indonesia dan bukti bahwa semangat Bintang Radio terus menyala, dari generasi ke generasi.

Tentang Bintang Radio Indonesia

Diselenggarakan pertama kali pada tahun 1951 oleh RRI (Radio Republik Indonesia), Bintang Radio Indonesia merupakan kompetisi menyanyi nasional tertua di tanah air. Selama lebih dari tujuh dekade, ajang ini telah menjadi batu loncatan bagi banyak penyanyi yang kini menjadi ikon musik Indonesia. Dengan semangat inovasi dan regenerasi, Bintang Radio terus beradaptasi mengikuti perkembangan zaman, menggabungkan tradisi, kreativitas, dan teknologi untuk mencari talenta terbaik bangsa.

Continue Reading