iMusic.id – Unit EDM asal Jakarta, Sun of Monday, baru saja merilis lagu terbaru berjudul “Why, U?”. Lagu “Why, U?” ini merupakan single kedua setelah tahun 2024 lalu trio Cathyn Hartanesthy (vokal), Ridzky Surya (Rap, Vokal, Gitar) dan Andree Stroo / DJ Stroo (DJ, Producer. Squencing, Vokal latar) ini meluncurkan single debut mereka yang berjudul “OK!”.
Berbeda dengan single sebelumnya yang di rilis secara indie, pada single kedua ini Sun of Monday mempercayakan AFE Records sebagai label yang merilis single mereka secara resmi. Ketiga personil Sun of Monday percaya kehadiran label disini akan membawa kekuatan tambahan buat mereka.
“Kehadiran label di single kedua Sun of Monday saya yakin bakal memberi hal yang positif. Paling tidak sekarang ada pihak lain selain kita bertiga yang bisa diajak diskusi untuk menghasilkan karya yang terbaik”, terang Cathyn, wanita berdarah Aceh yang berprofesi sebagai komposer musik, penyanyi sekaligus songwriter saat jumpa pers Jumat 14/02/25 di Rendezvoo Coffee & Eatery, Jaksel.
Sedikit berbeda dengan single sebelumnya, yang kuat dengan nuansa Electronic Dance Music (EDM) dan banyak menampilkan sound-sound digital, di lagu “Why, U?” ini Sun of Monday justru lebih menonjolkan analog sound, seperti gitar, bass dan keyboard.
“Jika pada lagu “OK!” menghadirkan sound kekinian dengan genre Tropical House, justru di lagu “Why, U?’ hadir dengan balutan sound yang lebih lawas (90an), walaupun karakter sound digital modern masih tetap ditampilkan. Lagu teranyar ini, masih hadir dengan nuansa dance music, tapi kali ini melibatkan unsur blues (gitar) dan jazz (bass) untuk melebarkan aransemen musik yang ditampilkan”, Bahkan di penampilan panggung kita nanti Ridzky bakalan merangkap sebagai pemain gitar kalau di perlukan”, tutur Andre Stroo, DJ, songwriter, musisi, produser musik, dan juga masih aktif sebagai seorang Jurnalis ini.
Lagu “Why, U?” diciptakan oleh DJ Stroo pada 2 tahun lalu, berkisah tentang rasa cinta yang akhirnya berubah. Saat seseorang berusaha dekat dengan orang yang disukainya, tapi endingya justru lebih menyukai teman dari orang tersebut. Cerita di lagu ini diakui pernah dialami oleh DJ Stroo sendiri, yang diharapkan bisa relate dengan kisah banyak orang.
Proses produksi lagu ini sebenarnya memakan waktu yang tidak terlalu lama. Tapi menjadi lebih lama karena kesibukan masing-masing personil. Terutama pada saat proses editing, mixing dan mastering. Dalam penggarapan lagu ini melibatkan beberapa nama, misalnya Echal Gumilang (Bass, keyboard), John Will Darma (gitar) dan mixing mastering yang ditangani oleh Anto Yohanes.
Saat mulai memproduksi lagu ini, awalnya Andre Stroo yang juga merangkap sebagai produser banyak mengambil referensi dari girls group K-Pop, misalnya Secret Number, NewJeans hingga Blackpink, Hal ini untuk bisa menyesuaikan dan sekaligus mengeksplorasi karakter vocal Cathyn. Tapi pada perkembangan lebih lanjut beberapa nama juga menjadi referensi, misalnya Modjo, Techotronic, hingga Purple Disco Machine, yang semuanya merujuk pada sound yang lebih lawas.
Andre Stroo mengaku, saat perjalanan dalam memproduksi lagu ini justru mengalami banyak perubahan dari sisi aransemen.
“Saat perjalanan mengaransemen musik, menurutku jika benar-benar mengadaptasi K-Pop musik sepertinya kurang pas buat lagu ini. Aku ingin melebarkan lagi karakternya yang mencampurkan modern dance sound dengan analog sound. Jadinya malah nuansanya lebih pas, apalagi saat sound analognya lebih ditonjolkan, ambience-nya justru melengkapi. Akan tetapi tidak menghilangkan mood dance yang menjadi dasar dari karakter lagu ini.” Ungkap DJ ini lebih lanjut.
Sedangkan menurut Cathyn proses recording tidak banyak menemukan kendala dan cukup lancar, walaupun harus beberapa kali revisi untuk mendapatkan hasil terbaik.
“Lagunya seru, dengan tema cinta yang ada dilema-dilemanya. Hasil akhir dari revisi malah menjadi musiknya semakin asik. Jadi happy dan naikin mood saat dengerin lagu ini.” Imbuh musisi yang sebelumnya pernah merilis dua single solo berjudul “Mencoba Mengalah” (2017) dan “Virus Mantan” (2018) dibawah naungan Label MyMusic Records.
“Proses recording termasuk cepat, hanya dua kali take saja untuk vokal. Yang agak lama proses finishingnya. Secara keseluruhan, lancar-lancar saja sih. Semoga lagu ini bisa diterima penikmat musik di tanah air.” Ungkap Ridzky menambahkan.
Berkaitan dengan pemilihan nama Sun of Monday, Ridzky menjelaskan bahwa hari Senin adalah hari penting bagi para personil Sun of Monday, dimana disaat banyak orang agak membenci hari Senin karena merupakan hari kita harus memulai aktifitas setelah weekend, namun Cathyn, Ridzky dan Andre Stroo justru banyak menemukan kemudahan untuk berkumpul, miting dan mencipta karya musik di hari itu.
“Lagu “Why, U?” dari Sun of Monday resmi dirilis pada 14 Februari 2025 yang bertepatan dengan hari Valentine. “Why, U?” sudah bisa dinikmati di semua digital music platform kesayangan. Dan semoga bisa menjadi soundtrack yang bisa relate bagi yang mendengarkannya’, tutup Sun of Monday.
iMusic.id – Semakin dewasa, semakin banyak belajar bahwa apa yang dilakukan selama ini tidak selalu berhasil, proses ini pasti dilewati banyak orang. Assia Keva merilis sebuah lagu dari pengalaman pribadi tentang hubungan dengan sang ayah.
Lagu ini bikin kita merefleksikan diri dan memulai membuka lembaran baru bagi siapa pun yang pernah mengalami retaknya hubungan karena miskomunikasi, atau mungkin karena ego tak terkendali.
Lagu berjudul “Can We Be Friends Again ?”, ditulis dan diproduseri oleh Pamungkas, Musisi dan Pelantun To The Bone, Kenangan Manis, Monolog.
Ditulis sebagai surat permintaan maaf yang jujur ditujukan untuk ayah, “Can We Be Friends Again?” berbicara tentang keinginan memperbaiki sebuah hubungan entah itu hubungan cinta, pertemanan, atau keluarga yang sempat hancur karena ketidaksiapan emosional di masa lalu.
“Kadang kita butuh waktu lebih lama untuk mengerti, butuh versi baru dari diri sendiri untuk bisa menghargai apa yang dulu kita abaikan,” ungkap Assia.
Lewat lirik yang reflektif seperti sedang melakukan percakapan, Assia Keva menghadirkan kehangatan yang membalut luka. Lagu ini menjadi semacam pelukan emosional bagi siapa pun yang pernah kehilangan seseorang karena pilihan yang disesali namun diam-diam masih menyimpan harapan untuk memberi ruang kedua.
“Lagu ini bukan tentang kembali ke masa lalu,” lanjutnya, “tapi tentang belajar menjadi versi diri yang lebih baik dan mungkin, membuka kesempatan kedua.”
Dengan “Can We Be Friends Again ?”, Assia Keva sekali lagi menunjukkan kemampuannya merangkum emosi kompleks dalam karya yang sederhana, jujur. (FE)
iMusic.id – Grup musik Elektronik Weird Genius kembali mengguncang industri musik dengan kolaborasi energik bersama rapper naik daun PB GLAS. Sebuah single yang menyuguhkan genre Hard Techno dengan gabungan elemen psytrance. Lagu ini memancarkan nuansa yang gelap, menghipnotis, sangar, dan agresif.
Diproduksi oleh Reza Oktovian, Eka Gustiwana, dan Roy Leonard dan ditulis oleh Natalia Phoebe (PB GLAS), ‘Witch Hunt’ menggambarkan seseorang yang diburu oleh masyarakat, mengekspresikan perkembangan emosi dari kesenangan, kegilaan, amarah, yang semuanya bercampur menjadi satu. Ide ‘Witch Hunt’ menurut PB berasal dari masa ketika perempuan dituduh, dan dituntut sebagai penyihir karena kebencian terhadap marginalisasi sosial & gender.
‘It’s a hunting game’, permainan berburu ini diungkapkan dengan lirik yang padat dan mengalir oleh PB GLAS, mendorong pendengar untuk ikut serta dalam permainan berburu yang disuguhkan dengan alunan musik bertempo tinggi.
Sudah menjadi tradisi bagi Weird Genius dalam mencari talenta baru dan berpotensi tinggi, dan kali ini, trio aneh tapi jenius ini menampilkan ‘PB GLAS’ sebagai kandidat yang memberikan warna baru dalam musik Weird Genius. Dengan memadukan aransemen berintensitas tinggi serta paduan vokal PB GLAS yang intens, menjadikan ‘Witch Hunt’ sebagai pernyataan arah baru mereka. (FE)
iMusic.id – Setelah merilis “Laut Biru” dan “If I Try” di tahun lalu dan awal 2025, Emma Elliott kini kembali mempersembahkan karya terbarunya single kelima bertajuk “BINGKAI”.
Lagu ini menjadi salah satu karya yang paling personal dan istimewa, karena telah dipersiapkan sejak tahun lalu, baik dari sisi penulisan, produksi, hingga penyusunan konsep visual.
“BINGKAI” diciptakan bersama musisi-musisi hebat yang turut memberi warna dalam proses kreatifnya. Yuli Perkasa (GME) berperan sebagai penulis lagu, sementara SO-IN (Cengar dan Faisal) bertindak sebagai music director. Proses vokal pun kembali dibantu oleh Kamga, yang menjadi vocal director sekaligus pengisi backing vocal, menjadikan hasil akhir lagu ini begitu emosional dan menyentuh.
“BINGKAI” adalah refleksi dari rasa kesepian dan kerinduan yang mendalam akibat kehilangan seseorang yang dikasihi baik itu pasangan, sahabat, maupun anggota keluarga. Lirik lagu ini ditulis secara sederhana namun kuat, dengan pengulangan yang mudah diingat dan mampu menggetarkan perasaan siapa pun yang sedang merindukan sosok tercinta.
Untuk melengkapi rilis lagu ini, “BINGKAI” akan hadir dalam bentuk lyric video dan music video yang dikemas dengan visual yang mendalam dan penuh makna. Konsep video disusun secara personal, menyesuaikan dengan isi dan nuansa emosional dari lagu ini.
Emma berharap visualisasi ini dapat memperkuat pengalaman mendengar, sekaligus menjadi ruang bagi pendengar untuk mengenang orang-orang terkasih dalam hidup mereka.
“Semoga lagu ini bisa menjadi ruang untuk kalian yang sedang merasakan kehilangan, dan semoga ‘BINGKAI’ bisa menjadi wadah bagi perasaan yang belum sempat diungkapkan,”
Tentang Emma Elliott
Emma Elliott adalah penyanyi dan penulis lagu asal Indonesia yang dikenal lewat karya-karyanya yang penuh emosi, lirik yang jujur, dan nuansa musik yang intim. Sejak debutnya, Emma telah merilis beberapa single seperti “Laut Biru” dan “If I Try” yang berhasil menyentuh hati banyak pendengar berkat kepekaan lirik dan kekuatan vokalnya.
Musik Emma banyak terinspirasi dari pengalaman personal, kisah cinta, kehilangan, dan refleksi diri. Ia juga dikenal aktif berkolaborasi dengan berbagai musisi dan produser tanah air, menunjukkan kecintaannya terhadap proses kreatif dan eksplorasi musik lintas genre.
Dengan suara khas dan pendekatan storytelling yang kuat, Emma Elliott terus membangun jejaknya sebagai musisi yang autentik dan relevan di industri musik Indonesia. (FE)