iMusic.id – Film “Mendadak Dangdut” nampaknya bakal mendapat sambutan hangat dari para penonton film Indonesia. Hal ini terlihat dari respon hangat para jurnalis yang begitu terpukau saat menyaksikan press screening film ini pada Senin, 22 April 2025 di XXI Epicentrum, Jakarta.
Di produksi oleh Sinemart dan Amadeus Sinemagna, film versi baru dari “Mendadak Dangdut” 2006 ini mampu menyajikan kelucuan – kelucuan yang membuat para jurnalis tertawa lepas sepanjang film ini diputar.
Dihadiri oleh deretan bintang yang membintangi film ini seperti Anya Geraldine, Keanu Angelo, Nurra Datau, Wika Salim, Adi Sudirja, Dwi Sasono, hingga sang sutradara Monty Tiwa, serta produser dan eksekutif produser dari Sinemart dan Amadeus Sinemagna, film “Mendadak Dangdut” versi baru ini mampu memaksimalkan para aktornya masuk kedalam tokoh – tokoh yang mereka perankan.
Film “Mendadak Dangdut” adalah film yang menyajikan cerita tentang perjuangan, mimpi, dan identitas musik dangdut yang sangat lekat dengan budaya Indonesia. Mengusung genre drama komedi, film ini bukan hanya akan mengajak penonton tertawa lewat deretan karakter yang kocak dan kisah yang ringan, tapi juga mengajak mereka menyelami cerita keluarga yang penuh makna. Film ini memperlihatkan bagaimana seseorang bisa terjebak dalam situasi sulit, namun dengan keteguhan hati dan cinta pada keluarga, ia mampu menghadapi segala rintangan.
Film “Mendadak Dangdut” juga menjadi sebuah penghormatan bagi musik dangdut yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas musik Indonesia. Dengan cerita yang mengangkat dangdut sebagai latar, film ini jugamembawa pesan kebanggaan akan budaya lokal dan memperkenalkan dangdut sebagai musik yang bisa dinikmati oleh siapa saja, lintas generasi maupun kelas sosial.
“Lewat film ini kami ingin menunjukkan bahwa dangdut itu bukan hanya tentang musik pinggiran, tapi bagian dari jati diri Indonesia. Harapannya, film ini bisa jadi pionir bagi sinema Indonesia untuk semakin berani mengangkat dangdut sebagai identitas musik bangsa,” ungkap David Setiawan Suwarto selaku Eksekutif Produser.
Film ini juga menjadi ajang pembuktian bagi aktris Anya Geraldine yang dipercaya memerankan karakter Naya, yang hidupnya mendadak jungkir balik ketika terpaksa banting setir menjadi penyanyi dangdut di jalur pantura. Apalagi Anya juga menyanyikan sendiri beberapa lagu yang terdapat di film ini.
Menurut sang sutradara Monty Tiwa, pemilihan Anya bukan semata-mata karena popularitas, melainkan karena kapasitasnya sebagai aktor yang memiliki spektrum emosi luas dan mampu menjangkau kompleksitas cerita.
“Anya adalah aktor dengan jangkauan emosi yang luas. Ia punya kualitas yang dibutuhkan untuk membawakan karakter dalam cerita yang penuh keberagaman,” ujar Monty Tiwa.
Bagi Anya, membawakan lagu-lagu dangdut yang ikonik di film ini juga jadi tantangan tersendiri. Namun, justru dari situ ia menemukan pesan hidup yang begitu dekat dengan realita banyak orang.
“Karena hidup nggak selalu mulus. Roda kehidupan yang terus berputar membuat kita kadang harus berada di kondisi sulit. Tapi, situasi sesulit apapun pasti bisa dihadapi kalau ada kemauan dan keteguhan hari”, ungkap Anya tentang karakter Naya yang ia perankan.
Tak kalah mencuri perhatian, aktor senior Dwi Sasono juga kembali hadir di film ini, memerankan karakter Rizal Maduma yang sempat melegenda di versi film “Mendadak Dangdut” (2006). Monty Tiwa masih menyimpan rapat-rapat kejutan tentang peran Dwi dalam versi terbaru ini.
“Dwi Sasono adalah bagian yang nggak terpisahkan dari “Mendadak Dangdut”, Sosoknya punya ciri khas kuat yang sudah melekat di hati penonton sejak film pertamanya. Di sini penonton akan melihat perkembangan karakternya, yang jelas Dwi akan menghibur dan jadi kejutan bagi penonton,” ujar Monty.
Selain Anya Geraldine sebagai Naya, dan hadirnya Dwi Sasono sebagai Rizal Maduma, film ini juga menghadirkan Keanu Angelo sebagai Wawan, Nurra Datau sebagai Lola, Joshua Pandelaki sebagai Anwar, Wika Salim sebagai Tata, Opie Kumis sebagai Babeh Romli, Fajar Nugra sebagai Wendhoy, Adi Sudirja sebagai Yatno, Putri Patricia sebagai Kompol Rissa, Sadha Triyudha sebagai Thomas, hingga Calvin Jeremy sebagai Zul.
Kehadiran Keanu dan Opie Kumis menjadi kekuatan tersendiri yang membuat film “Mendadak Dangdut” 2025 ini tidak kalah dengan versi tahun 2006 nya dipandang dari sudut komedi. Baik Keanu maupun Opie serta Fajar Nugra mampu membuat film ini sangat menghibur.
“Mendadak Dangdut” akan mulai tayang di seluruh jaringan bioskop Indonesia mulai 30 April 2025. Jangan lewatkan juga keseruan rangkaian special screening dan cinema visit di berbagai kota! Pantau terus jadwal dan informasi terbarunya di Instagram resmi @mendadakdangdut.movie dan @sinemart_ph.
iMusic.id – Awal 2026 dibuka dengan film yang bukan Cuma menguji nyali, tapi juga mengacak-acak perasaan. Film “Musuh Dalam Selimut” hadir sebagai film drama tentang kepercayaan yang retak dari dalam, dan sudah lebih dulu memantik respons emosional penonton saat gala premiere.
Dibintangi Yasmin Napper, Megan Domani dan Arbani Yasiz, film ini digarap sutradara Hadrah Daeng Ratu. Film “Musuh Dalam Selimut” diproduksi oleh Narasi Semesta yang bekerja sama dengan Unlimited Production, Legacy Pictures, A&Z, dan Subtube.
Cerita Film “Musuh Dalam Selimut” mengajak penonton masuk ke kehidupan Gadis (Yasmin Napper), perempuan yang merasa semuanya baik-baik saja: rumah tangga, harapan, dan rutinitas yang berjalan normal. Kehangatan itu makin lengkap ketika Gadis mengandung anak pertamanya. Di saat yang sama, hadir Suzy (Megan Domani), tetangga yang pelan-pelan menjelma sahabat yang sigap membantu, perhatian, dan selalu ada di momen-momen yang seharusnya menenangkan.
Namun kedekatan yang semula terasa hangat, perlahan bergeser menjadi sesuatu yang ganjil: terlalu sempurna, terlalu sering, terlalu “masuk” ke ruang pribadi. Ketika Andika (Arbani Yasiz), suami Gadis, ikut terseret dalam kedekatan yang makin sulit dijelaskan, film Film “Musuh Dalam Selimut” ini mulai memutar emosi penonton dari simpati menjadi ragu, dari ragu menjadi curiga hingga meninggalkan sesak oleh satu pertanyaan yang menggantung : ini Cuma prasangka, atau memang ada yang disembunyikan di depan mata?
Yang membuat Film “Musuh Dalam Selimut” terasa menggigit bukan sekadar konflik rumah tangga, melainkan cara ketegangan lahir dari detail-detail kecil: jeda percakapan, tatapan yang terlalu lama, gestur yang tampak manis tetapi menyisakan dingin. Hadrah Daeng Ratu menyebut, sejak awal ia sengaja menaruh pondasi karakter dan alasan tindakan mereka agar penonton ikut “terjebak” dalam bimbang yang manusiawi.
“Pegangan utama saya saat menyutradarai Film “Musuh Dalam Selimut” adalah membangun background karakter yang kuat. Storytelling setiap karakter menjadi penting, supaya penonton paham alasan di balik setiap tindakan mereka. Saya tidak ingin kisah perselingkuhan ini hanya jadi cinta segitiga biasa, tapi juga menceritakan trauma-trauma yang dihadapi karakter dalam menjalani hidupnya setelah melewati banyak luka,” ujar Hadrah Daeng Ratu.
Ia menambahkan, tensi cerita dibangun bertahap dimulai dari rasa aman yang terlihat wajar, lalu kecurigaan yang tumbuh dari potongan-potongan informasi. “Saya mulai dari membangun hubungan pertemanan dulu, lalu perlahan sahabat itu masuk ke dalam circle kehidupan tokoh utama. Dari situ saya menanam banyak planting informasi yang memicu kecurigaan, sampai mengarah pada pencarian bukti tentang kebenaran pengkhianatan,” katanya. “Tapi pada akhirnya harus jelas: siapa yang protagonis dan siapa yang antagonis.”
Dari sisi pemain, Megan Domani mengungkapkan pendekatan akting yang ia pakai untuk membuat Suzy tetap terasa “manis” di permukaan, tapi pelan-pelan menghadirkan ganjalan. “Kunci akting yang aku pegang adalah membuat Suzy terlihat sangat cheerful dan bahagia saat bersama Gadis. Dia selalu memberi dan melakukan banyak hal untuk Gadis sehingga tampak tulus,” kata Megan. “Namun, justru di situlah muncul rasa tidak nyaman bagi penonton: perhatian Suzy terasa berlebihan, dia tidak tahu batas dan sering ikut campur dalam situasi yang seharusnya bukan urusannya.”
Dengan pendekatan itu, Film “Musuh Dalam Selimut” hadir sebagai pengalaman menonton yang membuat penonton ikut “mengurai” puzzle perasaan: ingin percaya, tapi takut; ingin bertahan, tapi terus merasa ada yang salah. Film ini dijadwalkan tayang di bioskop Indonesia mulai 8 Januari 2026.
iMusic.id – BION Studios dan Spasi Moving Image membuka tahun baru 2026 di layar bioskop Indonesia dengan kisah drama komedi keluarga yang hangat lewat film debut sutradara Aco Tenriyagelli, “Suka Duka Tawa”. Saat press screening bersama insan media, para penonton pun menyambut film ini dengan respons yang begitu hangat dan antusias.
Lebih dari sekadar film pembuka tahun, “Suka Duka Tawa” bisa menjadi ruang refleksi yang mengajak penonton menertawakan luka-luka yang belum selesai sebelum melangkah ke tahun yang baru.
Sebagai film panjang perdananya, Aco Tenriyagelli menghadirkan pendekatan yang sangat personal lewat gagasan “menertawakan luka dengan tawa”. Selain Aco, film “Suka Duka Tawa” ini juga melibatkan Tersi Eva Ranti dan Ajish Dibyo, dengan Ajeng Parameswari sebagai produser eksekutif.
“Rekam jejak Aco lewat film pendek, video musik, hingga serial menunjukkan karakter karyanya yang kuat dan berbeda. Film ini menunjukkan kepekaannya dalam bercerita memberi ruang bagi penonton untuk tertawa, terharu, dan merefleksikan luka masing-masing,” ujar produser Tersi Eva Ranti.
Kedekatan Aco Tenriyagelli dengan musik kembali tercermin lewat soundtrack yang bukan hanya mengiringi, melainkan menghadirkan pengalaman emosional yang kuat. Salah satunya adalah hadirnya kembali karya The Adams di layar lebar, bersama deretan soundtrack lain yang turut membangun suasana reflektif dan nostalgia sepanjang film.
“Lewat film panjang pertama ini, saya ingin bercerita tentang bagaimana luka bisa diolah lewat komedi, dunia stand-up comedy terasa representatif. Menurut saya, Tawa mewakili banyak anak yang tumbuh dengan kehilangan sosok ayah. Harapannya, film ini bisa menghadirkan momen yang personal dan membuat penonton tertawa dan terharu di saat yang bersamaan.” ujar sutradara Aco Tenriyagelli.
Sejak pemutaran perdananya, “Suka Duka Tawa” mendapat respons positif dari Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF), termasuk antusiasme tinggi pada sesi mendadak screening di Depok, yang menunjukkan kedekatan emosional film ini dengan penontonnya.
Banyak penonton merasa dekat dengan perjalanan Tawa (Rachel Amanda), yang harus menghadapi luka masa kecilnya saat beranjak dewasa. Film ini mengajak penonton merefleksikan arti memaafkan dan bertumbuh bersama luka yang pernah dialami.
Chemistry antar pemeran terasa mengalir, terutama antara Tawa dan geng stand-up-nya, Bintang Emon (Iyas), Enzy Storia (Adin), Arif Brata (Nasi), dan Gilang Bhaskara (Fachri) yang menghidupkan nuansa komedi film ini. Kehadiran Abdel Achrian, Nazira C. Noer, dan Mang Saswi turut menambah warna komedi dengan pendekatan yang berbeda.
Sementara itu, interaksi Tawa dengan Ibu Cantik (Marissa Anita) dan Keset (Teuku Rifnu Wikana) menghadirkan drama keluarga yang membumi — tentang relasi orang tua dan anak yang dipenuhi kesalahpahaman, rasa bersalah, dan kasih sayang yang sulit terucap.
“Di film ini, aku bisa berempati dengan apa yang dialami Tawa, tapi juga mencoba memahami posisi ayahnya, Keset, semua karakter membawa emosi yang sangat manusiawi; dari marah, kecewa, dendam, sampai ke titik mencoba membuka pintu maaf. Aku berharap penonton tidak hanya terhibur, tapi juga keluar bioskop dengan perasaan yang berbeda setelah menonton.” kata Rachel Amanda.
“Saya sudah lama berkolaborasi dengan Aco, dan sangat senang bisa kembali bekerja sama di film panjang pertamanya dengan dukungan BION Studios,” ujar produser Ajish Dibyo. “Ini menjadi milestone penting, bukan hanya bagi Aco, tapi juga bagi saya, karena sejak awal berproses bersama kami memang memimpikan debut film panjang ini. Lewat Suka Duka Tawa, Aco menunjukkan pendewasaan yang kuat sebagai pembuat film.”
Tonton film Suka Duka Tawa di bioskop mulai 8 Januari 2026 di bioskop Indonesia. Ikuti perkembangan terbaru dari film Suka Duka Tawa persembahan BION Studios dan Spasi Moving Image melalui akun-akun media sosial resmi.
iMusic.id – Setelah sukses menggelar penayangan perdana di Indonesia di JAFF20, film produksi BASE Entertainment, Beacon Film, Refinery Media, dan didukung oleh Singapore Film Commission (SFC) dan Infocomm Media Development Authority (IMDA), Film “Esok Tanpa Ibu” (Mothernet) merilis official trailer & poster yang mengharukan dan hangat.
Menggambarkan dinamika hubungan keluarga kecil Cimot atau Rama bersama kedua orangtuanya, official trailer “Esok Tanpa Ibu” menampilkan kedekatan anak remaja bernama Cimot (Ali Fikry) dengan Ibunya (Dian Sastrowardoyo). Semua kegelisahan dan keceriaan, selalu Cimot bagikan ke sang Ibu. Sementara, Cimot lebih memilih rapat-rapat menyimpan rahasia hidupnya dengan sang Bapak (Ringgo Agus Rahman).
Namun, kejadian tragis membuat hari-hari bahagia Cimot berubah. Ibunya mengalami koma. Ia pun kehilangan kasih sayang yang selalu merangkulnya. Sementara hubungannya yang canggung dengan sang Bapak, justru semakin merenggang dan menimbulkan konflik relasi anak-orangtua.
Lagu “Jernih” dari Kunto Aji dan “Raih Tanahmu” dari hara & Nosstres yang ada di official trailer “Esok Tanpa Ibu” juga mampu memberikan dimensi emosi yang semakin menyentuh. Momen dramatis terjadi saat Ibu yang tengah koma, kini kembali bisa berinteraksi dengan Cimot dan Bapak, namun dalam wujud kecerdasan buatan (AI). Mampukah wujud baru itu menggantikan kasih Ibu selamanya?
Di official poster, dengan indah ditampilkan Dian Sastrowardoyo, Ali Fikry, dan Ringgo Agus Rahman berbaring dalam sebuah taman bunga putih, dengan bingkai serupa layar gawai yang menjadi representasi film ini, antara kasih sayang yang tumbuh secara manusiawi dan imitasi yang mencoba mensubstitusi.
Disutradarai oleh sutradara Malaysia Ho Wi-ding dari naskah yang ditulis oleh Gina S. Noer, Diva Apresya, dan Melarissa Sjarief, film “Esok Tanpa Ibu” Ibu diproduseri oleh Shanty Harmayn dan Dian Sastrowardoyo. Film ini juga menjadi kolaborasi internasional.
Selain Ali Fikry, Dian Sastrowardoyo, dan Ringgo Agus Rahman, film ini juga dibintangi oleh Aisha Nurra Datau dan Bima Sena.
Produser Shanty Harmayn mengungkapkan film “Esok Tanpa Ibu” melewati perjalanan yang cukup panjang. Dimulai dari ide yang dibawa oleh Gina dan Diva, film ini akhirnya siap tayang di bioskop Indonesia mulai 22 Januari 2026.
Ikuti perkembangan terbaru film “Esok Tanpa Ibu” melalui akun Instagram @base.id & @filmesoktanpaibu. Tonton film Esok Tanpa Ibu (Mothernet) mulai 22 Januari 2025 di bioskop Indonesia.