Connect with us

iMusic

Rilis Mini Album (EP) “New Kid In Town” Kisah Perjalanan Cinta Dead Bachelors.

Published

on

iMusic – Jakarta, 24 Juli 2020 –Sebulan setelah resmi bergabung dengan JUNI Records dan merilis singel Miss The Memories, Dead Bachelors menyempurnakan rilisan mereka dengan mengeluarkan mini album (EP) berjudul New Kid In Town. Mini album ini dilengkapi dengan dua video lirik lagu-lagu terbaru New Kid In Town (Get Up Again) dan I’m Only Good At First Dates.

Duo yang terdiri dari Narendra Pawaka (Eda) dan Mario Pratama (Mario) sebelumnya sempat merilis EP New Lover  di tahun 2019  dan EP teranyar ini adalah lanjutan dari EP terdahulu. EP pertama (New Lover) bercerita tentang kisah cinta Eda, sementara EP New Kid In Town adalah kisah hidup Mario termasuk perjalanannya menemukan jodoh. Kedua EP Dead Bachelors merupakan rangkuman dari pengalaman hidup Mario dan Eda.

Dimulai dari Miss The Memories yang mengisahkan tentang rasa rindu kepada pasangan yang lalu. Dilanjutkan oleh I’m Only Good at First Dates yang bercerita tentang rasa tidak nyaman ketika kencan pertama.

Rasa canggung dan ketidakyakinan terhadap kencan pertama pun dilanjutkan oleh Summertime Fling yang menggambarkan rasa cinta seseorang yang menggebu-gebu setelah akhirnya mencoba berani dan yakin. Pada akhirnya rasa menggebu-gebu itu pun dibalas dengan A Kiss You Can’t Take Back, sebuah memori cinta lama yang terkadang suka kembali saat menjalin hubungan yang baru.

Esensi cinta berlanjut di lagu New Kid In Town (Get Up Again), yang bercerita tentang caranya untuk lebih mencintai diri sendiri, menguatkan dan memberanikan diri untuk melawan bullying.

“New Kid In Town (Get Up Again) itu menyinggung waktu jaman kecil gue di-bully karena punya sepeda yang nggak sebagus sepeda temen-temen gue. Sempet sakit hati sampe dibilang sepedanya kayak sepeda rongsokan,” ujar Mario.

Walaupun berisi pengalaman miris, sajian musik New Kid In Town (Get Up Again) disajikan secara menyenangkan agar yang mendengarkan tetap terhibur. “Kami memang ingin memberikan musik yang seru dan catchy,” timpal Eda.

Lima lagu di EP terbaru Dead Bachelors ini dibuat oleh Eda, Mario, dan Andreas Arianto yang berperan sebagai produser. Dead Bachelors menggabungkan electronic music seperti house, EDM, funk dan juga memadukannya dengan elemen musik pop era 2000-an.

Di salah satu lagu terdapat elemen nggak terduga, yaitu Eda ngerap sehingga menambahkan nuansa hip hop. EP terbaru Dead Bachelors New Kid In Town sudah bisa didengarkan mulai hari ini di digital streaming platforms seperti Spotify, Apple Music, JOOX, Deezer, YouTube Music, Langitmusik dan lain-lain.

Mengenai Dead Bachelors.

Narendra Pawaka (Eda) dan Mario Pratama (Mario) adalah penyiar terbaik saat ini yang membentuk sebuah band dengan nama Dead Bachelors. Sosok Eda lebih ke bernyanyi, menulis lagu, dan bermain ukulele, sementara Mario memainkan instrumen drum.

Duo yang juga dikenal dengan nama Duo Budjang ini memadukan banyak referensi musik dari lintas generasi dan juga genre untuk karyanya, dari mulai synth-pop era 80-an, old school rock 90-an sampai dengan pop terbaik 2000-an. Cakupan referensi musik mereka mulai dari BLEACHERS (Jack Antonoff), The Weeknd, hingga Rex Orange County.

Sekilas terdengar musik Dead Bachelors terasa komedik namun tujuan mereka sebenarnya adalah membuat sesuatu yang dapat dimengerti dan juga mudah dirasakan pendengarnya. Bagi Dead Bachelors yang terpenting dalam bermusik adalah bisa menghibur orang-orang dalam masa gelapnya. “ We want to shed some light  during the darkest of days of someone to remind them there is always a light at the end of everything.” (FE)

iMusic

Unit Emo, Tears Don’t Lie kolaborasi dengan Savira Razak di single “Hancur”

Published

on

iMusic.id – Band modern rock alternative bernuansa emo asal Kota Batik, Tears Don’t Lie, kembali menghadirkan karya emosional yang menyentuh hati. Kali ini, mereka merilis single ketiga bersama dengan musik video berjudul “Hancur” yang secara resmi dirilis pada 30 Juni 2025.

Dalam lagu ini, Tears Don’t Lie menggandeng Savira Razak, mantan vokalis Killing Me Inside, untuk ikut duet mengisi bagian vokal. Kehadiran Savira memberikan warna baru yang kuat, emosional, dan penuh luka, sangat cocok dengan nuansa gelap lagu ini.

“Hancur” bercerita tentang seseorang yang kehilangan cinta sejatinya, bukan karena perpisahan biasa, melainkan karena sang kekasih telah pergi untuk selamanya. Lagu ini membingkai kesedihan mendalam saat seseorang mencoba menerima kenyataan pahit bahwa orang yang dicintai tak akan pernah kembali. Dengan aransemen yang dramatis dan lirik yang menggugah, Tears Don’t Lie berhasil menyampaikan rasa duka dengan cara yang indah namun tetap emosional.

Formasi band Tears Don’t Lie saat ini terdiri dari: Oji (Vocals), Didi (Gitar), Ekky (Gitar + Vokal), Tegar (Bass), Tommy (Gitar), dan Yunan (Drum).

Tak hanya menghadirkan kolaborasi vokal, dalam produksi lagu ini Tears Don’t Lie juga bekerja sama dengan Ian Natha dari PolarityAudio sebagai Co-Producer, yang berhasil menambahkan elemen modern dan kedalaman emosional ke dalam komposisi lagu, menjadikannya salah satu karya paling matang dalam diskografi band ini sejauh ini.

Dengan paduan rock alternatif, sentuhan emo, serta produksi modern, “Hancur” diharapkan bisa menjadi soundtrack bagi mereka yang pernah kehilangan dan masih mencoba untuk bangkit.

“Hancur” is here, a new anthem born from pain, wrapped in distortion and honesty. Only from Tears Don’t Lie. Single dan Music Video “Hancur” sudah tersedia di berbagai platform streaming musik digital, seperti Spotify, Apple Music, dan YouTube Music, mulai tanggal 30 Juni 2025.

Continue Reading

iMusic

Permintaan Maaf “Assia Keva” Lewat Single “Can We Be Friends Again ?”.

Published

on

iMusic.id – Semakin dewasa, semakin banyak belajar bahwa apa yang dilakukan selama ini tidak selalu berhasil, proses ini pasti dilewati banyak orang. Assia Keva merilis sebuah lagu dari pengalaman pribadi tentang hubungan dengan sang ayah.

Lagu ini bikin kita merefleksikan diri dan memulai membuka lembaran baru bagi siapa pun yang pernah mengalami retaknya hubungan karena miskomunikasi, atau mungkin karena ego tak terkendali.

Lagu berjudul “Can We Be Friends Again ?”, ditulis dan diproduseri oleh Pamungkas, Musisi dan Pelantun To The Bone, Kenangan Manis, Monolog.

Ditulis sebagai surat permintaan maaf yang jujur ditujukan untuk ayah, “Can We Be Friends Again?” berbicara tentang keinginan memperbaiki sebuah hubungan  entah itu hubungan cinta, pertemanan, atau keluarga yang sempat hancur karena ketidaksiapan emosional di masa lalu.

“Kadang kita butuh waktu lebih lama untuk mengerti, butuh versi baru dari diri sendiri untuk bisa menghargai apa yang dulu kita abaikan,” ungkap Assia.

Lewat lirik yang reflektif seperti sedang melakukan percakapan, Assia Keva menghadirkan kehangatan yang membalut luka. Lagu ini menjadi semacam pelukan emosional bagi siapa pun yang pernah kehilangan seseorang karena pilihan yang disesali namun diam-diam masih menyimpan harapan untuk memberi ruang kedua.

“Lagu ini bukan tentang kembali ke masa lalu,” lanjutnya, “tapi tentang belajar menjadi versi diri yang lebih baik dan mungkin, membuka kesempatan kedua.”

Dengan “Can We Be Friends Again ?”, Assia Keva sekali lagi menunjukkan kemampuannya merangkum emosi kompleks dalam karya yang sederhana, jujur. (FE)

Continue Reading

iMusic

“Weird Genius” Gaet “PB GLAS” Di Single Terbarunya ”Witch Hunt”.

Published

on

iMusic.id –  Grup musik Elektronik Weird Genius kembali mengguncang industri musik dengan kolaborasi energik bersama rapper naik daun PB GLAS. Sebuah single yang menyuguhkan genre Hard Techno dengan gabungan elemen psytrance. Lagu ini memancarkan nuansa yang gelap, menghipnotis, sangar, dan agresif.

Diproduksi oleh Reza Oktovian, Eka Gustiwana, dan Roy Leonard dan ditulis oleh Natalia Phoebe (PB GLAS), ‘Witch Hunt’ menggambarkan seseorang yang diburu oleh masyarakat, mengekspresikan perkembangan emosi dari kesenangan, kegilaan, amarah, yang semuanya bercampur menjadi satu. Ide ‘Witch Hunt’ menurut PB berasal dari masa ketika perempuan dituduh, dan dituntut sebagai penyihir karena kebencian terhadap marginalisasi sosial & gender.

‘It’s a hunting game’, permainan berburu ini diungkapkan dengan lirik yang padat dan mengalir oleh PB GLAS, mendorong pendengar untuk ikut serta dalam permainan berburu yang disuguhkan dengan alunan musik bertempo tinggi.

Sudah menjadi tradisi bagi Weird Genius dalam mencari talenta baru dan berpotensi tinggi, dan kali ini, trio aneh tapi jenius ini menampilkan ‘PB GLAS’ sebagai kandidat yang memberikan warna baru dalam musik Weird Genius. Dengan memadukan aransemen berintensitas tinggi serta paduan vokal PB GLAS yang intens, menjadikan ‘Witch Hunt’ sebagai pernyataan arah baru mereka. (FE)

Continue Reading