Connect with us

iMusic

“A View From The Inside” Album Solo “REB BEACH” Yang Juga Gitaris WHITESNAKE Dan WINGER, Akan Segera Dirilis.

Published

on

iMusic – Gitaris WHITESNAKE dan WINGER Reb Beach akan merilis album solo instrumentalnya yang sudah lama dikerjakan, “A View From The Inside“, pada 6 November melalui Frontiers Music Srl. Video musik resmi untuk single pertama “Infinito 1122“, sudah dapat dilihat Youtube.

“A View From The Inside” dijelaskan dalam siaran pers sebagai “album yang menampilkan bakat dinamis dari virtuoso gitar, penggemar hard rock akan dibawa kembali ke Jaman Keemasan seperti Steve Vai dan Joe Satriani mendominasi Pengaruh dalam permainan, sekaligus diperlihatkan seorang gitaris yang mendorong dirinya sendiri ke masa depan. “

Reb Beach adalah salah satu gitaris besar yang tak terbantahkan di dunia hard rock saat ini. Resume-nya dengan mega-bintang tahun 80-an / 90-an WINGER saja akan memberinya perbedaan ini, tetapi warisannya diperkuat oleh keanggotaannya saat ini dan bekerja dengan WHITESNAKE yang legendaris, upaya masa lalunya dengan DOKKEN, dan rilisannya baru-baru ini dengan supergrup BLACK SWAN, juga menampilkan Jeff Pilson, Robin MacAuley dan Matt Starr.

Dipengaruhi oleh para hard rocker legendaris tahun 70-an, Reb menghabiskan masa remajanya bersama dengan orang-orang hebat di era itu seperti AEROSMITH dan MONTROSE, tetapi ketika dia menemukan pemain yang lebih progresif seperti Steve Morse, Allan Holdsworth dan Larry Carlton pikiran bermusiknya benar-benar terbuka.

Kompleksitas dan kecepatan gaya bermain yang lebih progresif merupakan tantangan yang unik dibandingkan dengan permainan berbasis blues dari sebagian besar musisi pada masa itu. Penemuan para pemain ini pada akhirnya menjadi katalisator yang mendorong permainannya ke tingkat yang sekarang sangat dikenal oleh penggemar musik di seluruh dunia.

Beach akhirnya lulus dari Berklee College Of Music, tetapi setelah beberapa semester dia pindah dan segera menjadi salah satu pemain additional yang paling dicari di industri musik, bekerja dengan talenta hebat sepanjang masa seperti Eric Clapton, Bob Dylan, Roger Daltrey, Chaka Kahn, Howard Jones dan TWISTED SISTER.

Saat tinggal di New York City, Reb berhubungan dengan calon rekan se-band, bassis dan pentolan Kip Winger. Reb dan Kip membentuk band WINGER dan sisanya adalah sejarah. Keduanya terbukti menjadi mitra penulis yang luar biasa, membuat beberapa rekaman platinum yang menampilkan tidak kurang dari enam single Top 40. dengan musik yang komersil namun kompleks.

Setelah WINGER absen di tahun 90-an, karir Beach terus berlanjut berkat kolaborasi dengan Alice Cooper, DOKKEN dan NIGHT RANGER, dan dia memulai debutnya sebagai artis solo pada tahun 2002 dengan album “Masquerade“.

Setelah reuni WINGER di tahun 2000-an, Reb mendengar bahwa David Coverdale sedang mencari gitaris baru untuk WHITESNAKE. Dia menghubunginya dan sejak tahun 2003, Reb telah melakukan tur dunia dengan band serta merilis beberapa album dengan mereka, termasuk “Good To Be Bad“, “Forevermore“, “The Purple Album” dan “Flesh & Blood“. “, ditambah sejumlah album live.

Album instrumental pertama Beach bukan sekadar latihan untuk memanjakan diri. Ini adalah puncak dari studi selama lebih dari 30 tahun dan kerja keras yang luar biasa untuk keahliannya. Penggemar Steve Morse dan Joe Satriani akan menemukan banyak hal untuk disukai dalam 11 lagu yang ditawarkan di sini, tetapi meskipun pasti ada banyak sisi yang memanjakan telinga untuk jenis musisi, penggemar hard rock pada umumnya akan menemukan banyak melodi dan transenden. saat-saat di mana lagu-lagu itu membuat Anda lupa tidak ada vokal.

Daftar lagu “A View From The Inside”:

01. Black Magic

02. Little Robots

03. Aurora Borealis

04. Infinito 1122

05. Attack Of The Massive

06. The Way Home

07. Whiplash

08. Hawkdance

09. Cutting Loose

10. Sea Of Tranquility

Musisi:

* Reb Beach – gitar, bass pada 4, 9, keyboard pada 4, 6, 11, string pada 10

* David Throckmorton – drum (kecuali pada 6)

* Robert Langley – drum pada 6

* Michele Luppi – piano pada 3, 10

* Phillip Bynoe – bas pada 1, 2, 3, 8, 10, 11

* John Hall – bass pada 5, 6, 7

* Paul Brown – keyboard pada 1, 2, 5, 7

iMovies

Lama menghilang dari dunia nyanyi, Marshanda tampil maksimal di OST “La Tahzan : Cinta, Dosa, Luka…”

Published

on

iMusic.id – MD Pictures merilis Ost dari film “La Tahzan : Cinta, Dosa, Luka…” Jumat (4/7/2025), perilisan OST yang dibarengi dengan peluncuran official poster film tersebut di gelar di MD Place, Jaksel yang juga merupakan headquarter dari MD Pictures. Acara ini di hadiri oleh Manoj Punjabi selaku Eksekutif Produser dan para cast film tersebut dari Marshanda, Ariel Tatum, Patricia Gouw, Reza Nangin, Elmandsipasi, hingga Asri Welas plus Andi Riyanto sebagai composer dan song writer.

Ost dari film “La Tahzan : Cinta, Dosa, Luka…” ini adalah sebuah lagu sedih berjudul “Segalanya” yang diciptakan Andi Rianto bersama Ria Leimena dan dinyanyikan oleh Marshanda. Musik dan lirik yang Andi dan Ria hasilkan berhasil menangkap esensi emosional dari film “La Tahzan : Cinta, Dosa, Luka…” itu sendiri.

“Walaupun Marshanda ini tidak aktif bernyanyi seperti sebelumnya, namun saya tahu bahwa Marshanda pasti akan all out di lagu ini dan saya yakin hasilnya pasti bagus”, terang Andi Riyanto ketika teman – teman media bertanya tentang proses rekaman suara Marshanda di lagu ini.

Sementara Marshanda sendiri mengaku bahagia bisa menjadi pengisi suara di lagu “Segalanya” ini, walaupun dia sudah lama tidak pernah melakukan lagi proses rekaman namun semangatnya tetap terjaga.

“Lagu ini catchy tapi sedih banget. It captured the whole feeling-nya Alina dan cerita filmnya. Aku ngerasa blessed banget bisa nyanyi lagu ini, apalagi setelah lama nggak rekaman,” ungkap Marshanda.

Lagu “Segalanya” ini menggambarkan perasaan mendalam sang tokoh utama, Alina (Marshanda), tentang cinta, pengkhianatan, dan kehancuran. Dengan melodi yang catchy tetapi penuh emosi, lagu ini menjadi cerminan perjalanan batin Alina dalam menghadapi pengorbanan dan kekecewaan.

“Lirik favorit aku adalah, “Hancurnya mimpi hidup, cinta, dan segalanya.” Bait tersebut merangkum kepedihan yang dialami tokoh utama dalam lagu ini”, tambah Marshanda.

Andi Riyanto sendiri mengaku terinspirasi dari saat dia menyaksikan adegan – adegan krusial di film “La Tahzan : Cinta, Dosa, Luka” tersebut,

“Lagu ini adalah segalanya, cinta, pengorbanan, dusta, ketidaktulusan, kesetiaan, dan pengingkaran, Semuanya ada di lagu ini,” ujar Andi Riyanto.

Lagu “Segalanya” memang berisikan curahan hati seorang istri yang menghadapi pengkhianatan oleh kekasih hatinya.

“Saya tuh paling susah untuk appreciate lagu, Lagu yang laku di platform dan enak didengar, belum tentu sesuai dengan layar lebar. Itu ada formulanya, dan pertama kali kerja sama untuk proyek besar ini, saya terima kasih Mas Andi Rianto sudah dapat formulany,” ungkap produser Manoj Punjabi.

“Lagu ini bukan hanya komunikatif, tapi juga bisa jadi soundtrack. Lagunya simple, menyentuh, dan dapat dramanya.” Tambah Manoj Punjabi lagi.

Sementara itu, Final poster “La Tahzan : Cinta, Dosa, Luka” menunjukkan kesinambungan dengan poster yang dirilis pada Februari silam. Pada poster pertama sebelumnya, hanya tampak pemandangan di bawah meja yang menampilkan adegan seorang wanita menggoda seorang pria dengan sebelah kakinya. Dalam poster final ini, adegan yang masih kabur dengan sosok-sosok yang masih misterius tadi diperlihatkan secara gamblang.

Sedangkan di final posternya diperlihatkan adegan penuh di meja makan dari poster pertama. Di tengah meja, duduk Alina (Marshanda) yang berjilbab dan mengenakan pakaian serba biru. Sedangkan putrinya, Rere (Rachel Mikhayla), tampak bergelayut di pundaknya. Mata kedua perempuan itu mengarah ke sosok pria yang duduk di sebelah kiri meja, Reza (Deva Mahenra). Namun, alih-alih membalas tatapan penuh harap dan raut wajah bahagia anak-istrinya, Reza justru menatap lekat wanita berjilbab lain yang duduk di seberangnya yaitu Asih (Ariel Tatum).

Wanita itu pun berbalas pandang dengan Reza diiringi senyuman licik sambil mengangkat segelas jus berwarna merah di tangan kanannya, dan menggendong bayi di tangan kirinya. Sementara itu, di bawah meja, sebelah kaki Asih terlihat mengelus kaki Reza yang agak maju ke depan menyambut kaki Asih.

“La Tahzan : Cinta, Dosa, Luka…” diadaptasi dari kisah viral oleh Elizasifaa. Ini merupakan cerita kedua Eliza yang difilmkan oleh MD Pictures setelah” Ipar adalah Maut”. Seperti pendahulunya, “La Tahzan : Cinta, Dosa, Luka…” yang disutradarai Hanung Bramantyo ini menyoroti kehadiran orang ketiga dalam sebuah keluarga harmonis yang relijius. “La Tahzan : Cinta, Dosa, Luka…” akan mulai tayang di seluruh bioskop tanggal 14 Agustus 2025, sementara itu Lagu “Segalanya” akan tersedia di seluruh platform digital (DSP) serta YouTube mulai 8 Juli 2025.

Continue Reading

iMusic

Unit Emo, Tears Don’t Lie kolaborasi dengan Savira Razak di single “Hancur”

Published

on

iMusic.id – Band modern rock alternative bernuansa emo asal Kota Batik, Tears Don’t Lie, kembali menghadirkan karya emosional yang menyentuh hati. Kali ini, mereka merilis single ketiga bersama dengan musik video berjudul “Hancur” yang secara resmi dirilis pada 30 Juni 2025.

Dalam lagu ini, Tears Don’t Lie menggandeng Savira Razak, mantan vokalis Killing Me Inside, untuk ikut duet mengisi bagian vokal. Kehadiran Savira memberikan warna baru yang kuat, emosional, dan penuh luka, sangat cocok dengan nuansa gelap lagu ini.

“Hancur” bercerita tentang seseorang yang kehilangan cinta sejatinya, bukan karena perpisahan biasa, melainkan karena sang kekasih telah pergi untuk selamanya. Lagu ini membingkai kesedihan mendalam saat seseorang mencoba menerima kenyataan pahit bahwa orang yang dicintai tak akan pernah kembali. Dengan aransemen yang dramatis dan lirik yang menggugah, Tears Don’t Lie berhasil menyampaikan rasa duka dengan cara yang indah namun tetap emosional.

Formasi band Tears Don’t Lie saat ini terdiri dari: Oji (Vocals), Didi (Gitar), Ekky (Gitar + Vokal), Tegar (Bass), Tommy (Gitar), dan Yunan (Drum).

Tak hanya menghadirkan kolaborasi vokal, dalam produksi lagu ini Tears Don’t Lie juga bekerja sama dengan Ian Natha dari PolarityAudio sebagai Co-Producer, yang berhasil menambahkan elemen modern dan kedalaman emosional ke dalam komposisi lagu, menjadikannya salah satu karya paling matang dalam diskografi band ini sejauh ini.

Dengan paduan rock alternatif, sentuhan emo, serta produksi modern, “Hancur” diharapkan bisa menjadi soundtrack bagi mereka yang pernah kehilangan dan masih mencoba untuk bangkit.

“Hancur” is here, a new anthem born from pain, wrapped in distortion and honesty. Only from Tears Don’t Lie. Single dan Music Video “Hancur” sudah tersedia di berbagai platform streaming musik digital, seperti Spotify, Apple Music, dan YouTube Music, mulai tanggal 30 Juni 2025.

Continue Reading

iMusic

Permintaan Maaf “Assia Keva” Lewat Single “Can We Be Friends Again ?”.

Published

on

iMusic.id – Semakin dewasa, semakin banyak belajar bahwa apa yang dilakukan selama ini tidak selalu berhasil, proses ini pasti dilewati banyak orang. Assia Keva merilis sebuah lagu dari pengalaman pribadi tentang hubungan dengan sang ayah.

Lagu ini bikin kita merefleksikan diri dan memulai membuka lembaran baru bagi siapa pun yang pernah mengalami retaknya hubungan karena miskomunikasi, atau mungkin karena ego tak terkendali.

Lagu berjudul “Can We Be Friends Again ?”, ditulis dan diproduseri oleh Pamungkas, Musisi dan Pelantun To The Bone, Kenangan Manis, Monolog.

Ditulis sebagai surat permintaan maaf yang jujur ditujukan untuk ayah, “Can We Be Friends Again?” berbicara tentang keinginan memperbaiki sebuah hubungan  entah itu hubungan cinta, pertemanan, atau keluarga yang sempat hancur karena ketidaksiapan emosional di masa lalu.

“Kadang kita butuh waktu lebih lama untuk mengerti, butuh versi baru dari diri sendiri untuk bisa menghargai apa yang dulu kita abaikan,” ungkap Assia.

Lewat lirik yang reflektif seperti sedang melakukan percakapan, Assia Keva menghadirkan kehangatan yang membalut luka. Lagu ini menjadi semacam pelukan emosional bagi siapa pun yang pernah kehilangan seseorang karena pilihan yang disesali namun diam-diam masih menyimpan harapan untuk memberi ruang kedua.

“Lagu ini bukan tentang kembali ke masa lalu,” lanjutnya, “tapi tentang belajar menjadi versi diri yang lebih baik dan mungkin, membuka kesempatan kedua.”

Dengan “Can We Be Friends Again ?”, Assia Keva sekali lagi menunjukkan kemampuannya merangkum emosi kompleks dalam karya yang sederhana, jujur. (FE)

Continue Reading