iMusic
Anggi Marito luncurkan single remake lagu “Aku Bukan Untukmu” milik Rossa
Published
11 months agoon
By
Frans EkoiMusic.id – Anggi Marito luncurkan single remake dari lagu “Aku Bukan Untukmu” yang pernah di populerkan oleh diva nasional Rossa. Rossa merilis lagu ini di albumnya yang berjudul “Kembali” pada tahun 2004.

Lagu yang temanya bercerita tentang rasa penyesalan karena kita telah menyia-nyiakan cinta dari seseorang ini diciptakan oleh Aji Mirza Hakim atau yang dikenal sebagai Icha Jikustik. Anggi Marito coba mengungkapkan perasaan itu dalam versi terbaru lagu “Aku Bukan Untukmu tersebut.
Dirilis dan di produksi oleh Universal Music Indonesia, Lagu “Aku Bukan Untukmu” dari Anggi marito ini juga menggambarkan perpisahan dan kesadaran bahwa cinta tidak selalu cukup untuk mempertahankan hubungan.
“Aku tuh menerjemahkan lagu ini kayak ada seseorang yang sayang banget sama kita, tetapi entah saat itu kita belum merasakan cintanya, atau memang enggak tertarik aja saat itu. Nah, saat dia deketin kita, dan nunjukkin rasa sayang ke kita, kitanya menjauh. Tapi, saat dia sudah sama yang baru, kitanya malah menyesal, kenapa ya dulu aku nyakitin kamu,” ujar Anggi Marito menceritakan tentang lagu “Aku Bukan Untukmu”.
Mengenai project lagu ini, Anggi Marito mengaku terkejut, karena menurutnya lagu “Aku Bukan Untukmu” sudah sangat melekat dengan karakter Rossa sehingga akan menjadi PR yang sangat berat baginya untuk membawakannya.

“Jujur aja saat dikasih tahu tentang project ini aku tuh deg-degan banget. Gimana enggak, lagu ini tuh karakternya, jiwanya, tuh udah Teh Ocha (panggilan Rossa) banget. Jadi PR banget buat aku untuk bikin lagunya jadi lebih fresh tanpa menghilangkan originalitas lagu ini. Tapi, akhirnya berhasil juga dan aku puas dengan hasilnya,” ungkap Anggi
Seperti yang sudah diduga oleh Anggi Marito bahwa lagu ini enggak semudah itu untuk dinyanyikan ternyata hal itu nyata adanya. Ia mengaku tantangan terberat yang ia hadapi adalah banyaknya improvisasi yang harus ia lakukan di lagu ini.
“Tantangan terberatnya itu improvisasinya banyak banget dari kak Barsena Bestandhi. Karena dia kan vocal director untuk lagu ini, jadi banyak yang gak aku expect dari improvisasinya. Tapi, senang banget akhirnya bisa aku eksekusi dengan baik,” katanya.
Dari sisi aransemen di lagu ini dibuat sedikit berubah, lebih menggunakan beat, dibandingkan originalnya yang menggunakan piano dan string. Lagu ini juga ada penempatan suara strings section dari Budapest Scoring Orchestra dan membuatnya menjadi megah di beberapa bagian. Dikerjakan oleh produser kenamaan Indonesia S/EEK membuat lagu ini terlihat seperti lagu baru yang sangat cocok dengan vokal karakter Anggi Marito.

Secara tidak di sengaja pada saat proses rekaman Anggi bertemu dengan Rossa, sepertinya lagu ini memang suratan takdir buat Anggi. Rossa sendiri mengaku sangat puas setelah mendengar pertama kali lagu “Aku Bukan Untukmu” versi Anggi Marito. Ia sangat tidak menyangka lagu ini ternyata bisa cocok dibawakan oleh Anggi.
“Aku suka banget sama hasilnya, bagus banget. Karakter vokal Anggi bikin lagunya jadi fresh, penuh dengan rasa, aransemennya juga keren banget, enggak menghilangkan nuansa musik lamanya, Bagus, bagus banget,” ujar Rossa tentang lagu tersebut.
Baik Anggi Marito maupun Rossa berharap lagu ini tidak hanya menjadi suatu nostalgia sesaat, namun juga mampu memberikan sesuatu yang baru untuk di generasi baru yang mungkin belum banyak yang tahu tentang lagu tersebut.
“Aku sih senang banget ini bisa dirilis lagi, karena buat mereka yang angkatan lama mungkin ini bisa menjadi suatu yang mengembalikan nostalgia. Tapi, untuk yang generasi sekarang, yang mungkin belum dengar versi lamanya, lagu ini bisa jadi suatu anthem yang baru untuk generasi mereka,” harap Rossa.

“Aku sih berharap lagu ini bisa diterima oleh banyak orang, tanpa harus membandingkan, karena lagu ini apa pun versinya sangat enak buat didengar,” tutup Anggi Marito.
So, jangan lupa dengarkan versi terbaru dari lagu “Aku Bukan Untukmu” di semua layanan musik digital favorit kalian. Dan, selamat menikmati!
You may like
-
Shabrina Leanor rilis single “Sembuh Kembali”
-
Rilis single debut, Ayura Yosih ingin punya album
-
Ernie Zakri dan Anggi Marito luncurkan kolaborasi indah dalam single “Kisah Penuh Kecewa”
-
Adik Tiara Andini, Aurelia Syaharani luncurkan lagu “Mungkin Hanya Kamu”
-
Rilis poster dan trailer, film “Tak Ingin Usai di Sini” di bioskop mulai 5 juni
-
Yovie Widianto dan Tiara Andini berjuang untuk move on di single “Tanpa Cinta”
-
Andi Rianto kembali berkolaborasi dengan Rony Parulian di single “Sampai Disini”
-
Rilis album debut, Nabila Taqiyyah suguhkan lagu – lagu berdasarkan pengalaman pribadi
-
Support sang adik, Keisya Levronka rilis single “Tawa Mu”
-
Pernah di bawakan Rossa, lagu “Kau Untukmu” karya Iszur Muchtar kini di remake oleh trio “Pagi Nyanyi”
iMusic
Band Bandung, Rutinitas Pagi remake lagu hits T-Five bertajuk “Kau”
Published
10 hours agoon
December 30, 2025By
Frans Eko
iMusic.id – Band ‘Rutinitas Pagi’ resmi meremaster lagu legendaris “Kau”, karya Yerri Meiryan yang dipopulerkan oleh T-Five. Dalam versi terbarunya, ‘Rutinitas Pagi’ menghadirkan warna musik yang lebih chill, dan fresh, tanpa menghilangkan nuansa romantis yang menjadi ciri khas lagu tersebut.

Proses re-master dan re-interpretasi ini dilakukan dengan penuh kehati-hatian. ‘Rutinitas Pagi’ ingin menjaga kehangatan dan kesederhanaan notasi asli, namun memberikan sentuhan baru melalui produksi yang lebih halus, harmoni minimalis, serta groove santai yang menjadi identitas musik mereka.
“Kami tumbuh bersama lagu-lagu T-Five, dan ‘Kau’ adalah salah satu lagu yang paling membekas. Lewat versi ini, kami ingin memberi penghormatan dan juga memperkenalkan lagu ini kepada generasi baru,” ujar ‘Rutinitas Pagi’ dalam pernyataan resmi.
Aransemen terbaru dari ‘Rutinitas Pagi’ ini memperkuat sisi emosional lagu dengan penggunaan gitar clean bernuansa smooth, synth pad lembut, serta beat yang laid-back. Semua elemen tersebut berpadu menciptakan suasana yang lebih intim, cocok untuk menemani aktifitas para pendengarnya.

Versi remaster “Kau” dari ‘Rutinitas Pagi’ sudah tersedia di seluruh platform musik digital mulai minggu ini.
Tentang Rutinitas Pagi
Rutinitas Pagi adalah band pop modern yang dikenal dengan karakter musik ringan, hangat, dan mudah dinikmati. Mereka menggabungkan unsur pop, R&B, yang menjadi identitas khas dalam setiap rilisan mereka sehingga terdengar easy listening dan relate untuk para pendengarnya.
iMusic
Tiara Andini eksplorasi berbagai lokasi di Singapura untuk video musik “Cinta Seperti Aku”
Published
1 day agoon
December 29, 2025By
Frans Eko
iMusic.id – Setelah merilis albumstudio kedua yang bertajuk “Edelweiss” pada 17 Oktober 2025 lalu, Tiara Andini perkenalkan video musik single “Cinta Seperti Aku” yang merupakansalah satu single dari delapan lagu yang berada di track list album “Edelweiss” tersebut.

Video musik “Cinta Seperti Aku” menampilkan kedalaman emosi dan kedewasaan Tiara Andini dengan latar keindahan lanskap Singapura yang beragam. Lagu ini juga mendapat apresiasi atas liriknya yang menyentuh dan jujur, dipadukan dengan tempo yang santai serta penyampaian yang ekspresif. Sekali lagi, Tiara berhasil mencuri hati para pendengar lewat suara khasnya.
Dalam video musik terbarunya ini Tiara Andini berkolaborasi dengan Singapore Tourism Board yang memvisualisasikan perjalanan Tiara Andini melalui fase patah hati, refleksi, hingga ‘kelahiran kembali’ lewat lanskap ikonik Singapura sebagai cerminan tahapan emosi dalam cinta dan penyembuhan. Melalui kerja sama ini, diharapkan dapat menginspirasi audiens di Indonesia untuk menemukan momen inspiratif mereka sendiri di berbagai sudut Singapura yang berkesan.

Mohamed Hafez Marican, Area Director Singapore Tourism Board Indonesia, mengatakan:
“Kami senang dapat berkolaborasi dengan Tiara Andini untuk menampilkan Singapura melalui video musiknya. Beragam Lokasi mulai dari area tepi perairan hingga atraksi alam menunjukkan tata kota Singapura yang ringkas, di mana beragam pengalaman dapat dijangkau dengan mudah. Lokasi-lokasi ini menggambarkan bagaimana setiap momen di Singapura selalu dekat dan mudah diakses, sehingga pengunjung dapat menciptakan kenangan bermakna dengan effortless.”
Video musik ini mengambil latar di berbagai lokasi di Singapura, termasuk Marina Barrage, Punggol Waterway, Bird Paradise di Mandai Wildlife Reserve, dan Sentosa Sensoryscape. Setiap lokasi menghadirkan karakter yang berbeda mulai dari pemandangan cakrawala terbuka, ruang hijau yang asri, hingga habitat alami yang kaya menciptakan suasana tenang dan imersif yang memperkuat narasi emosional dan reflektif. Dalam potongan behind-the-scenes, Tiara Andini juga membagikan cerita tentang pengalamannya yang singkat namun berkesan selama berada di Singapura, termasuk momen di SkyHelix Sentosa, Asian Civilisations Museum, serta lokasi-lokasi syuting lainnya.

Tiara turut membagikan antusiasmenya saat melakukan syuting di Singapura dan menemukan sisi-sisi baru Singapura yang belum pernah ia lihat sebelumnya,
“Aku senang banget bisa syuting di sini dan aku baru tahu ternyata di Singapura bisa lihat flamingo dari jarak dekat! Beneran dekat. Seru banget,” ujar Tiara.
Sejak perilisan album terbarunya Edelweiss, “Cinta Seperti Aku” menjadi salah satu lagu favorit penggemar berkat nuansanya yang easy listening, melodi yang catchy, serta lirik yang relatable. Lagu ini menggambarkan perasaan seseorang yang terluka dan menyampaikan satu permohonan terakhir agar pasangannya mau berubah.

Untuk semakin mendekatkan diri dengan para penggemar setianya di Indonesia, Tiara Andini juga membagikan hadiah pilihan pribadi dari lokasi-lokasi berkesan di Singapura. Para penggemar dapat ikut serta untuk berkesempatan memenangkan item spesial tersebut, yang masing-masing dipilih langsung oleh Tiara Andini dan ditampilkan dalam video behind-the-scenes miliknya.
iMusic
Perjalanan panjang Edi Kemput di industri musik Indonesia
Published
2 days agoon
December 28, 2025By
Frans Eko
iMusic.id – Di tengah industri musik yang kerap terjebak pada romantisme panggung dan glorifikasi popularitas, Gitaris rock papan atas Indonesia Triwitarto Edi Purnomo atau Edi Kemput hadir sebagai figur yang melampaui batas estetika bunyi.

Edi Kemput yang adalah juga gitaris dari Grassrock ini memaknai musik bukan sekadar ekspresi seni, tetapi sebagai wadah kepedulian, ruang refleksi, dan tanggung jawab moral seorang seniman terhadap sesama dan negaranya.
Lahir di Samarinda, 10 April 1966, Edi Kemput tumbuh bersama denyut perubahan musik Indonesia sejak awal 1980-an. Perjalanan musikalnya dimulai sejak SMP kelas 2, ketika musik masih ia dekati secara polos dan jujur.
“Lagu pertama yang saya mainkan itu lagu anak-anak ‘Naik-Naik ke Puncak Gunung’,” kenang Edi Kemput sambil tersenyum saat di wawancarai wartawan (27/12/2025).
Dari situ, jari-jarinya mulai akrab dengan Akor, hingga suatu hari memainkan lagu ciptaan Rinto Harahap yang dipopulerkan Hetty Koes Endang, fase awal yang perlahan menuntunnya ke dunia musik yang lebih kompleks.
Memasuki SMA Negeri 2 Surabaya, Edi mulai bersentuhan dengan musik instrumen yang kala itu menjadi tren di kalangan pelajar musik.
Sosok Bujana dan band Squirrel menjadi referensi kuat. Bersama rekan-rekannya, ia memainkan karya-karya Indra Lesmana, Alfonso Mouzon, hingga Casiopea.
“Kalau dibilang jazz terlalu luas. Kami menyebutnya lagu-lagu instrumen,” ujar Edi Kemput.
Selepas SMA, Edi sempat menempuh pendidikan di Universitas Dr. Soetomo (Unitomo), Surabaya, jurusan Ilmu Komunikasi (Jurnalistik).
Namun dunia kampus tak mampu menahan lajunya di musik. Ia tidak menyelesaikan studi—karena pada saat yang sama, pintu industri musik mulai terbuka.
Titik balik datang pada 1984, saat Edi bergabung dengan Grass Rock, band yang kemudian menjelma menjadi salah satu ikon rock Indonesia.
Nama “Grass Rock” menyimpan filosofi tersendiri: grass dimaknai sebagai sesuatu yang tumbuh di mana saja—harapan agar musik mereka dapat diterima lintas lapisan sosial.
Mereka mencatat prestasi penting di Festival Log Zelebour, Festival KMSS Jakarta, hingga akhirnya meraih Juara 1 Log Zelebour 1986.
Prestasi individual pun mengiringi :
Edi Kemput – The Best Guitarist (1985 dan 1987)
Rere – The Best Drummer (beberapa tahun berturut-turut)
Mandau – The Best Keyboardist
Puncaknya, Grass Rock dipercaya menjadi band pembuka tur God Bless di 10 kota Indonesia, sebuah legitimasi tak tertulis bahwa mereka telah masuk jajaran elite rock nasional.
Grass Rock merilis lima album dan dua single. Album debut mereka “Peterson (Anak Rembulan)” diproduksi oleh Ian Antono di bawah label Atlantic Records.
Lagu-lagu ciptaan Edi Kemput seperti “Peterson (Anak Rembulan)”, Prasangka”, dan “Bersamamu” menjadi penanda identitas musikal band : melodis, progresif, dan sarat emosi.
Lagu “Bersamamu” diciptakan bersama almarhum Dayan Zmach, sementara “Peterson” menjelma menjadi lagu lintas generasi yang berkali-kali dire-master.

Pada masanya, Grass Rock berdiri sejajar dengan nama-nama besar seperti God Bless, SAS, Makara, Elpamas, dan AKA.
Ia dikenal sebagai gitaris yang diperhitungkan dan kerap menjadi additional player lintas genre, terlibat dalam berbagai proyek besar bersama: Erwin Gutawa Orchestra, Aminoto Kosim Orchestra, Adi MS – Twilite Orchestra, Andi Rianto – Magenta Orchestra, Chrisye, Krisdayanti, Titik DJ, Ruth Sahanaya, Ari Lasso, hingga Iwan Fals & Iwang Noorsaid Band.
Kolaborasinya bersama Iwan Fals dalam album “Orang Gila” menunjukkan fleksibilitas musikal Edi dari rock keras hingga pop progresif kontemporer.
“Yang paling mempengaruhi saya itu Erwin Gutawa. Dia membuka cara pandang bermusik yang lebih luas,” tuturnya.
Namun hidup Edi Kemput tidak berhenti pada panggung dan tepuk tangan. Di balik citra rocker yang kerap dilekatkan pada alkohol, narkoba, dan gaya hidup hedonis ia mengalami titik jenuh. Tahun 2003 menjadi momentum perubahan.
“Capek.. Jiwa capek,” katanya singkat.
Latar keluarga religious ibunya yang aktif dalam kegiatan Nahdlatul Ulama menjadi jangkar yang menahannya dari kehancuran total.
Pernikahan dan kehadiran keluarga menjadi cermin. Perlahan, Edi meninggalkan dunia gelap. Ia berhijrah.
Transformasi itu tidak berhenti pada diri sendiri. Edi kini aktif berbagi ke lapas, komunitas punk, dan kelompok masyarakat yang termarjinalkan. Ia tidak menggurui. Ia berbagi pengalaman hidup.
“Bukan tausiah, tapi sharing,” ujarnya merendah.
Ia terlibat dalam berbagai kegiatan sosial-keagamaan, termasuk “Hijrah Fest Palu 2018”, serta kajian musisi hijrah di berbagai masjid.
Baginya, musik dan iman tidak harus saling meniadakan. Musik, Kepedulian, dan Keikhlasan untuk Sesama
Dalam berbagai momentum solidaritas—termasuk kepedulian untuk saudara-saudara di Sumatera yang tertimpa musibah Edi menegaskan bahwa musik seharusnya hadir sebagai jembatan empati, bukan sekadar seremoni.
“Yang paling penting bukan seberapa besar nilainya, tapi seberapa ikhlas kita berbagi. Di mata Allah, keikhlasan jauh lebih berharga daripada angka,” ujarnya.
Baginya, musik yang dipersembahkan dengan niat tulus untuk meringankan beban sesama adalah bentuk ibadah sosial. Ia menolak menjadikan penderitaan orang lain sebagai alat pencitraan atau kepentingan kelompok.
Edi Kemput juga menyampaikan kritik terbuka kepada pemerintah sebagai pengelola negara. Menurutnya, bencana yang berulang tidak selalu murni kehendak alam, tetapi sering kali lahir dari ketidakjujuran, kelalaian, dan pengelolaan yang tidak amanah.
“Pemimpin harus jujur dan amanah. Kalau tidak, yang selalu menjadi korban adalah rakyat,” tegasnya. Jabatan, bagi Edi, adalah titipan yang kelak harus dipertanggungjawabkan, bukan hanya kepada manusia, tetapi juga kepada Tuhan.
Kini, di usia hampir 60 tahun, Edi Kemput masih memainkan gitar. Namun distorsi itu kini berpadu dengan kesadaran, empati, dan tanggung jawab sosial.
Di tengah negeri yang terus diuji oleh bencana dan krisis kepercayaan, suara Edi Kemput menjadi pengingat bahwa musik, iman, dan keberpihakan pada kemanusiaan seharusnya berjalan seir ingbukan sebagai topeng, melainkan sebagai komitmen hidup.
“Sebagai musisi atau seniman sebaiknya kita jangan hanya berteriak pada kepentingan golongan atau komunitas saja. Memiliki empati juga harusnya luas karena kita punya hati nurani sebagai manusia untuk berbagi pada segala hal, ” tutup Edi Kemput.
Penulis : Beng Aryanto
