Connect with us

iMusic

“Antartick” Merilis Album Perdana “The Lone White Wolf”.

Published

on

iMusic – Empat tahun berjalan di skema indie, tiba saatnya Antartick merilis album perdana mereka bertajuk ‘The Lone White Wolf‘. Sebagai pembuka band asal Bogor ini mengemas albumnya dalam format digital sebelum dikeluarkan dalam kepingan cakram padat.

Album ini berisikan 9 track single yang pernah dirilis Antartick sebelumnya beserta lagu lainnya. Beberapa pun dikemas dalam bahasa Inggris dengan tema dan nuansa yang beragam.

“Album pertama kami ini adalah awal perjalanan. Terima kasih untuk yang selalu menunggu karya-karya terbaru Antartick. Selamat menikmati album pertama kami,’ ujar Helvi sang bassis.

Untuk mengemas visual di album ini, band yang digawangi Anang (gitar), Joean (vokal), Sandy (drum) dan Helvi itu bekerjasama dengan seniman sekaligus ilustrator Monica Hapsari. Tema serigala putih menjadi karakter yang tepat mewakili karya perdana ini.

“Biarlah gambar ini menjadi tanda pengingat, untuk tidak pernah menyerah dan selalu sangat percaya pada tujuan hidup kita. Meskipun kamu harus menjalaninya sendiri. Meskipun kamu tidak memiliki siapa pun untuk mendukungmu. Meskipun tidak ada yang mengerti dirimu. Meskipun kamu direndahkan sekalipun. Meskipun kamu merasa sendirian. Kamu tidak akan pernah benar-benar sendirian. Karena sahabat sejatimu sampai hari kematianmu, …adalah Dirimu sendiri.”

Kira-kira begitulah Monica yang juga seniman dari film Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini tersebut menggambarkan karyanya dalam puisi.

Single baru ‘Every Hello Has A Sweet Goodbye’ feat. Cute Papa

Sebagai penanda album, Antartick pun merilis sebuah single berbahasa Inggris bertajuk ‘Every Hello Has A Sweet Goodbye‘. Ini kali pertamanya bagi Antartick mencoba bereksplorasi dengan lirik yang berbeda.

“Lagu ini terinspirasi dari siklus yang dialami setiap orang dalam kehidupan sosialnya, terutama hubungannya dengan orang lain. Setiap salam perjumpaan akan selalu bertemu salam perpisahan. Atau setiap ucapan selamat tinggal akan mempertemukan dengan perjumpaan-perjumpaan lainnya. Selalu ada hal dan pelajaran baru yang bisa kita ambil untuk membuat diri kita menjadi pribadi yang lebih baik,” tutur Anang.

Musisi Cute Papa pun dilibatkan dalam single ini. Baginya proyek kolaborasi single ini memberi tantangan baru. Karena tidak mudah untuk nge-blend dengan sebuah band yang sudah memiliki karakter sendiri.

“Sebuah hal yang menyenangkan PAPA bisa bekerjasama dengan band keren Antartick, dengan musiknya yang sangat berkarakter. Apalagi menerapkan style permainan PAPA pada musik Antartick bukanlah hal yang mudah. Menjadi tantangan dan pengalaman tersendiri. Semoga menghibur,” jelas Cute Papa.

Kenapa akhirnya menyelipkan satu lagu berbahasa inggris dalam album, Antartick mengaku ingin menggapai lebih banyak pendengar. Walaupun musik adalah bahasa universal, Antartick ingin mengakomodasi mereka yang di luar Indonesia.

Seluruh lagu dalam album The Lone White Wolf ini sudah bisa diakses melalui platform digital streaming. (FE)

iMusic

Unit Emo, Tears Don’t Lie kolaborasi dengan Savira Razak di single “Hancur”

Published

on

iMusic.id – Band modern rock alternative bernuansa emo asal Kota Batik, Tears Don’t Lie, kembali menghadirkan karya emosional yang menyentuh hati. Kali ini, mereka merilis single ketiga bersama dengan musik video berjudul “Hancur” yang secara resmi dirilis pada 30 Juni 2025.

Dalam lagu ini, Tears Don’t Lie menggandeng Savira Razak, mantan vokalis Killing Me Inside, untuk ikut duet mengisi bagian vokal. Kehadiran Savira memberikan warna baru yang kuat, emosional, dan penuh luka, sangat cocok dengan nuansa gelap lagu ini.

“Hancur” bercerita tentang seseorang yang kehilangan cinta sejatinya, bukan karena perpisahan biasa, melainkan karena sang kekasih telah pergi untuk selamanya. Lagu ini membingkai kesedihan mendalam saat seseorang mencoba menerima kenyataan pahit bahwa orang yang dicintai tak akan pernah kembali. Dengan aransemen yang dramatis dan lirik yang menggugah, Tears Don’t Lie berhasil menyampaikan rasa duka dengan cara yang indah namun tetap emosional.

Formasi band Tears Don’t Lie saat ini terdiri dari: Oji (Vocals), Didi (Gitar), Ekky (Gitar + Vokal), Tegar (Bass), Tommy (Gitar), dan Yunan (Drum).

Tak hanya menghadirkan kolaborasi vokal, dalam produksi lagu ini Tears Don’t Lie juga bekerja sama dengan Ian Natha dari PolarityAudio sebagai Co-Producer, yang berhasil menambahkan elemen modern dan kedalaman emosional ke dalam komposisi lagu, menjadikannya salah satu karya paling matang dalam diskografi band ini sejauh ini.

Dengan paduan rock alternatif, sentuhan emo, serta produksi modern, “Hancur” diharapkan bisa menjadi soundtrack bagi mereka yang pernah kehilangan dan masih mencoba untuk bangkit.

“Hancur” is here, a new anthem born from pain, wrapped in distortion and honesty. Only from Tears Don’t Lie. Single dan Music Video “Hancur” sudah tersedia di berbagai platform streaming musik digital, seperti Spotify, Apple Music, dan YouTube Music, mulai tanggal 30 Juni 2025.

Continue Reading

iMusic

Permintaan Maaf “Assia Keva” Lewat Single “Can We Be Friends Again ?”.

Published

on

iMusic.id – Semakin dewasa, semakin banyak belajar bahwa apa yang dilakukan selama ini tidak selalu berhasil, proses ini pasti dilewati banyak orang. Assia Keva merilis sebuah lagu dari pengalaman pribadi tentang hubungan dengan sang ayah.

Lagu ini bikin kita merefleksikan diri dan memulai membuka lembaran baru bagi siapa pun yang pernah mengalami retaknya hubungan karena miskomunikasi, atau mungkin karena ego tak terkendali.

Lagu berjudul “Can We Be Friends Again ?”, ditulis dan diproduseri oleh Pamungkas, Musisi dan Pelantun To The Bone, Kenangan Manis, Monolog.

Ditulis sebagai surat permintaan maaf yang jujur ditujukan untuk ayah, “Can We Be Friends Again?” berbicara tentang keinginan memperbaiki sebuah hubungan  entah itu hubungan cinta, pertemanan, atau keluarga yang sempat hancur karena ketidaksiapan emosional di masa lalu.

“Kadang kita butuh waktu lebih lama untuk mengerti, butuh versi baru dari diri sendiri untuk bisa menghargai apa yang dulu kita abaikan,” ungkap Assia.

Lewat lirik yang reflektif seperti sedang melakukan percakapan, Assia Keva menghadirkan kehangatan yang membalut luka. Lagu ini menjadi semacam pelukan emosional bagi siapa pun yang pernah kehilangan seseorang karena pilihan yang disesali namun diam-diam masih menyimpan harapan untuk memberi ruang kedua.

“Lagu ini bukan tentang kembali ke masa lalu,” lanjutnya, “tapi tentang belajar menjadi versi diri yang lebih baik dan mungkin, membuka kesempatan kedua.”

Dengan “Can We Be Friends Again ?”, Assia Keva sekali lagi menunjukkan kemampuannya merangkum emosi kompleks dalam karya yang sederhana, jujur. (FE)

Continue Reading

iMusic

“Weird Genius” Gaet “PB GLAS” Di Single Terbarunya ”Witch Hunt”.

Published

on

iMusic.id –  Grup musik Elektronik Weird Genius kembali mengguncang industri musik dengan kolaborasi energik bersama rapper naik daun PB GLAS. Sebuah single yang menyuguhkan genre Hard Techno dengan gabungan elemen psytrance. Lagu ini memancarkan nuansa yang gelap, menghipnotis, sangar, dan agresif.

Diproduksi oleh Reza Oktovian, Eka Gustiwana, dan Roy Leonard dan ditulis oleh Natalia Phoebe (PB GLAS), ‘Witch Hunt’ menggambarkan seseorang yang diburu oleh masyarakat, mengekspresikan perkembangan emosi dari kesenangan, kegilaan, amarah, yang semuanya bercampur menjadi satu. Ide ‘Witch Hunt’ menurut PB berasal dari masa ketika perempuan dituduh, dan dituntut sebagai penyihir karena kebencian terhadap marginalisasi sosial & gender.

‘It’s a hunting game’, permainan berburu ini diungkapkan dengan lirik yang padat dan mengalir oleh PB GLAS, mendorong pendengar untuk ikut serta dalam permainan berburu yang disuguhkan dengan alunan musik bertempo tinggi.

Sudah menjadi tradisi bagi Weird Genius dalam mencari talenta baru dan berpotensi tinggi, dan kali ini, trio aneh tapi jenius ini menampilkan ‘PB GLAS’ sebagai kandidat yang memberikan warna baru dalam musik Weird Genius. Dengan memadukan aransemen berintensitas tinggi serta paduan vokal PB GLAS yang intens, menjadikan ‘Witch Hunt’ sebagai pernyataan arah baru mereka. (FE)

Continue Reading