Connect with us

iMusic

Berkumpul Lagi “Batiga Berkarya Dengan “Narasi”.

Published

on

iMusic.id – Setelah enam tahun ‘beristirahat’ dan tak ada aktivasi musikal bersama, Batiga kini kembali mengeluarkan satu karya barunya. Unit sweet pop asal Yogyakarta ini merilis single anyar berjudul ‘Narasi Sunyi‘.

Versi audionya serentak mengudara gerai-gerai musik digital, seperti Spotify, Apple Music, Deezer, dll. Sedangkan untuk format audio visualnya berupa video lirik yang bisa dinikmati di channel YouTube BatigaOfficial pada hari yang sama.

Lirik lagu ‘Narasi Sunyi’ diciptakan oleh Yunan Patrajuangga dibantu Faber Hutabarat. Lagu ini mencoba menerjemahkan fase legawa dalam menyikapi segala problem dalam kehidupan manusia, seperti adanya seseorang yang tidak bisa dilupakan karena tak bisa bersama.

“Pemaknaan tentang siapa orang tersebut juga luas. Bisa pacar, pasangan, sahabat, bahkan orang tua yang mungkin tidak akan lagi bisa bersama kita dalam pemaknaan nyata atau kiasan, baik secara fisik ataupun rasa,” ujar Yunan Patrajuangga mengawali.

Untuk pengerjaan aransemennya, ‘Narasi Sunyi’ melewati proses berbeda dari lagu-lagu Batiga sebelumnya. Jika biasanya dikerjakan bersama-sama di dalam sebuah studio, kali ini mereka harus merasakan proses kreatif secara jarak jauh.

“Semua proses produksinya juga kami lakukan secara mandiri dengan peralatan home recording sederhana,” ujar Riosa Oktaf.

Saat itu mereka tak bisa berkumpul bersama karena adanya pandemi. Selain itu domisili personelnya juga sedang terpencar di empat kota sekaligus, yakni Jakarta, Bekasi, Medan, dan Jogja. Oleh sebab itu step pembuatan lagu ini dilakukan terpisah antar kota antar provinsi, baik dalam proses penulisan, diskusi, hingga proses rekaman.

Konsep awal ‘Narasi Sunyi’ pertama kali dibawa Yunan kemudian dikirimkan kepada Andreas DC. Kala itu Yunan hanya mengirimkan voice note (VN) sederhana yang berisi chorus line saja. Lalu oleh Andreas DC dikonversi ke digital audio workstation (DAW) untuk membuat bagan aransemen musiknya.

Proses kreatif Andreas DC juga tak dikerjakan sendiri. Selain mengisi bass, Andreas DC juga dibantu oleh rekan satu kosnya, Ayla Adjie, untuk memberi sentuhan perkusi pada draf awal ‘Narasi Sunyi’.

“Setelah jadi bagan lagu, langsung aku kirim guide-nya ke Riosa untuk isi vokal. Selanjutnya draf itu dibagikan ke anak-anak lainnya untuk brainstorming, bedah lirik, dan bagan,” kata Andreas DC.

Setelah dirasa cukup, proses rekaman sesungguhnya mulai dilakukan di kota masing-masing. Perekaman drum Talcha diabadikan Cornelius Christyan di Rumah Tua Record, Yogyakarta. Untuk perekaman instrumen gitar dilakukan Luke Ottaviandri secara mandiri di Medan.

Luke pun juga meminta bantuan adiknya, Aza Ardito, untuk mengisi elemen filler/synth dan voicing lainnya pada lagu tersebut. Lalu proses akhir audio, mixing dan mastering diserahkan kepada Sasi Kirono di Satrio Piningit Studio, Yogyakarta.

Selain mereka yang membantu dalam proses audio, ada dua orang yang turut andil menyelesaikan visual ‘Narasi Sunyi’. Arga Radikun didapuk untuk menggarap artwork dan Wedhar PJ mengerjakan video lirik.

Berkumpul lagi, merayakan 13 tahun persahabatan, pada 16 Agustus 2024 lalu, Batiga sudah memasuki usia 13 tahun. Kelima personelnya pun masih tetap sama, yakni Riosa Oktaf, Yunan Patrajuangga, Talcha Sultanik, Luke Ottaviandri, dan Andreas DC.

Bagi Batiga, tahun 2024 juga jadi tahun yang sentimentil untuk mereka. Batiga pun sempat membuat perhelatan showcase sederhana di Jogja. Mereka memainkan 14 repertoar yang terdiri dari 12 lagu baru dan dua lagu lama. Showcase ini jadi penanda bahwa mereka kembali berkarya lagi setelah enam tahun terpisah.

Merilis ‘Narasi Sunyi’ pun jadi bukti persahabatan musikal Batiga tetap solid meski sudah melampaui dasawarsa. Selain itu, alasan utama mereka adalah kangen. Kelimanya memang merindukan bermusik bareng lagi meski kini tak muda lagi dan sudah berbeda domisili.

Bagi mereka, implementasi kerinduan yang sudah tidak terbendung membuat Batiga bersepakat menentukan cara. Bukan hanya sekadar sapaan verbal, namun cara tersebut harus terwujud nyata melalui karya lagu.

“Kami menyadari tidak mudah berproses dalam keterbatasan jarak, namun harapan kami setidaknya sapaan melalui lagu ini masih ada untuk sahabat semua. Batiga masih ada untuk kalian semua,” kata Riosa Oktaf.

“Kami memutuskan merilis karya baru lagi karena merasa bertanggung jawab atas apa yang menjadi passion kami semua yaitu berkarya dengan tulus dari dalam hati,” timpal Yunan Patrajuangga.

Tentang rencana masa depan, kelimanya tak punya keinginan muluk-muluk kecuali tetap konsisten berkarya lagi. Setelah ‘Narasi Sunyi’, Batiga merancang banyak rencana yang akan direalisasikan pelan-pelan.

“Paling dekat untuk rencana berikutnya kami akan merilis beberapa lagu baru lainnya. Mungkin juga akan merilis karya-karya lama kami yang belum sempat terabadikan di gerai-gerai musik digital,” ujar Luke Ottaviandri.

“Mengingat kondisi saat ini dengan kesibukan kami masing-masing, kami akan kembali saat 2011, di mana Batiga lahir hanya untuk berkarya, sesederhana itu saja,” pungkas Talcha Sultanik.

Batiga merupakan grup band yang lahir pada 16 Agustus 2011 di Yogyakarta. Batiga merupakan singkatan dari ‘balada hati galau’.

Sejak awal berdiri, Batiga masih bertahan dengan kelima personelnya sampai saat ini. Mereka adalah Riosa Oktaf (vokal), Yunan Patrajuangga (kibor), Talcha Sultanik (drum), Luke Ottaviandri (gitar), dan Andreas DC (bass).

Nama Batiga cukup populer di skena pop karena kerap manggung di berbagai pensi, panggung musik lokal, hingga menjadi grup band pembuka musisi-musisi ternama.

Karier Batiga semakin moncer ketika berhasil menjadi pemenang Levi’s Band Hunt 2017. Saat itu Batiga sempat dikontrak oleh Universal Music Indonesia sekaligus mendapat coaching langsung dari Ilman dan Lale (Maliq & D’Essentials). Batiga akhirnya makin dikenal di industri musik nasional setelah melahirkan single ‘Cinta Bertuan’ pada 2018. (FE)

iMusic

Permintaan Maaf “Assia Keva” Lewat Single “Can We Be Friends Again ?”.

Published

on

iMusic.id – Semakin dewasa, semakin banyak belajar bahwa apa yang dilakukan selama ini tidak selalu berhasil, proses ini pasti dilewati banyak orang. Assia Keva merilis sebuah lagu dari pengalaman pribadi tentang hubungan dengan sang ayah.

Lagu ini bikin kita merefleksikan diri dan memulai membuka lembaran baru bagi siapa pun yang pernah mengalami retaknya hubungan karena miskomunikasi, atau mungkin karena ego tak terkendali.

Lagu berjudul “Can We Be Friends Again ?”, ditulis dan diproduseri oleh Pamungkas, Musisi dan Pelantun To The Bone, Kenangan Manis, Monolog.

Ditulis sebagai surat permintaan maaf yang jujur ditujukan untuk ayah, “Can We Be Friends Again?” berbicara tentang keinginan memperbaiki sebuah hubungan  entah itu hubungan cinta, pertemanan, atau keluarga yang sempat hancur karena ketidaksiapan emosional di masa lalu.

“Kadang kita butuh waktu lebih lama untuk mengerti, butuh versi baru dari diri sendiri untuk bisa menghargai apa yang dulu kita abaikan,” ungkap Assia.

Lewat lirik yang reflektif seperti sedang melakukan percakapan, Assia Keva menghadirkan kehangatan yang membalut luka. Lagu ini menjadi semacam pelukan emosional bagi siapa pun yang pernah kehilangan seseorang karena pilihan yang disesali namun diam-diam masih menyimpan harapan untuk memberi ruang kedua.

“Lagu ini bukan tentang kembali ke masa lalu,” lanjutnya, “tapi tentang belajar menjadi versi diri yang lebih baik dan mungkin, membuka kesempatan kedua.”

Dengan “Can We Be Friends Again ?”, Assia Keva sekali lagi menunjukkan kemampuannya merangkum emosi kompleks dalam karya yang sederhana, jujur. (FE)

Continue Reading

iMusic

“Weird Genius” Gaet “PB GLAS” Di Single Terbarunya ”Witch Hunt”.

Published

on

iMusic.id –  Grup musik Elektronik Weird Genius kembali mengguncang industri musik dengan kolaborasi energik bersama rapper naik daun PB GLAS. Sebuah single yang menyuguhkan genre Hard Techno dengan gabungan elemen psytrance. Lagu ini memancarkan nuansa yang gelap, menghipnotis, sangar, dan agresif.

Diproduksi oleh Reza Oktovian, Eka Gustiwana, dan Roy Leonard dan ditulis oleh Natalia Phoebe (PB GLAS), ‘Witch Hunt’ menggambarkan seseorang yang diburu oleh masyarakat, mengekspresikan perkembangan emosi dari kesenangan, kegilaan, amarah, yang semuanya bercampur menjadi satu. Ide ‘Witch Hunt’ menurut PB berasal dari masa ketika perempuan dituduh, dan dituntut sebagai penyihir karena kebencian terhadap marginalisasi sosial & gender.

‘It’s a hunting game’, permainan berburu ini diungkapkan dengan lirik yang padat dan mengalir oleh PB GLAS, mendorong pendengar untuk ikut serta dalam permainan berburu yang disuguhkan dengan alunan musik bertempo tinggi.

Sudah menjadi tradisi bagi Weird Genius dalam mencari talenta baru dan berpotensi tinggi, dan kali ini, trio aneh tapi jenius ini menampilkan ‘PB GLAS’ sebagai kandidat yang memberikan warna baru dalam musik Weird Genius. Dengan memadukan aransemen berintensitas tinggi serta paduan vokal PB GLAS yang intens, menjadikan ‘Witch Hunt’ sebagai pernyataan arah baru mereka. (FE)

Continue Reading

iMusic

“Emma Elliott” Kembali Dengan Single Terbarunya, “Bingkai”.

Published

on

iMusic.id – Setelah merilis “Laut Biru” dan “If I Try” di tahun lalu dan awal 2025, Emma Elliott kini kembali mempersembahkan karya terbarunya single kelima bertajuk “BINGKAI”.

Lagu ini menjadi salah satu karya yang paling personal dan istimewa, karena telah dipersiapkan sejak tahun lalu, baik dari sisi penulisan, produksi, hingga penyusunan konsep visual.

“BINGKAI” diciptakan bersama musisi-musisi hebat yang turut memberi warna dalam proses kreatifnya. Yuli Perkasa (GME) berperan sebagai penulis lagu, sementara SO-IN (Cengar dan Faisal) bertindak sebagai music director. Proses vokal pun kembali dibantu oleh Kamga, yang menjadi vocal director sekaligus pengisi backing vocal, menjadikan hasil akhir lagu ini begitu emosional dan menyentuh.

“BINGKAI” adalah refleksi dari rasa kesepian dan kerinduan yang mendalam akibat kehilangan seseorang yang dikasihi baik itu pasangan, sahabat, maupun anggota keluarga. Lirik lagu ini ditulis secara sederhana namun kuat, dengan pengulangan yang mudah diingat dan mampu menggetarkan perasaan siapa pun yang sedang merindukan sosok tercinta.

Untuk melengkapi rilis lagu ini, “BINGKAI” akan hadir dalam bentuk lyric video dan music video yang dikemas dengan visual yang mendalam dan penuh makna. Konsep video disusun secara personal, menyesuaikan dengan isi dan nuansa emosional dari lagu ini.

Emma berharap visualisasi ini dapat memperkuat pengalaman mendengar, sekaligus menjadi ruang bagi pendengar untuk mengenang orang-orang terkasih dalam hidup mereka.

“Semoga lagu ini bisa menjadi ruang untuk kalian yang sedang merasakan kehilangan, dan semoga ‘BINGKAI’ bisa menjadi wadah bagi perasaan yang belum sempat diungkapkan,”

Tentang Emma Elliott

Emma Elliott adalah penyanyi dan penulis lagu asal Indonesia yang dikenal lewat karya-karyanya yang penuh emosi, lirik yang jujur, dan nuansa musik yang intim. Sejak debutnya, Emma telah merilis beberapa single seperti “Laut Biru” dan “If I Try” yang berhasil menyentuh hati banyak pendengar berkat kepekaan lirik dan kekuatan vokalnya.

Musik Emma banyak terinspirasi dari pengalaman personal, kisah cinta, kehilangan, dan refleksi diri. Ia juga dikenal aktif berkolaborasi dengan berbagai musisi dan produser tanah air, menunjukkan kecintaannya terhadap proses kreatif dan eksplorasi musik lintas genre.

Dengan suara khas dan pendekatan storytelling yang kuat, Emma Elliott terus membangun jejaknya sebagai musisi yang autentik dan relevan di industri musik Indonesia. (FE)

Continue Reading