iMusic – Musisi energetik dan
penuh semangat Dayglow (aka Sloan Struble) baru saja merilis
versi full untuk debut LP Fuzzybrain. Di album ini, para penggemar dapat
mendengarkan single “Can I Call You Tonight” serta lagu baru
“Nicknames” dan “Listerine.” Di album
full-length debutnya ini, musisi asal Austin ini menampilkan bakatnya
yang luar biasa dalam meramu penderitaan emosi — membuatnya tidak hanya
menyentuh, tetapi juga membuat penderitaan itu terasa lebih ringan. Dengan
melodi yang cerah riang, petikan gitar yang menyenangkan, serta vokal yang
bersinar, album ini menghadirkan euforia yang dreamy, meskipun lirik-liriknya
lugas menyentuh tentang isolasi, kecemasan, dan kehilangan.
“Tujuanku bermusik sejak dulu adalah
membuat orang merasa lebih baik, dan harapannya bisa saling membantu juga,”
ungkap penyanyi dan penulis lagu yang nera,a asli Sloan Struble. “Aku percaya
bahwa seni memberikan sesuatu yang baik untuk dunia, selama senimannya dapat
menyadari potensinya dan memahami tanggung jawabnya.”
Versi baru dan full untuk album ini
juga menampilkan dua lagu baru. Bulan lalu, ia meluncurkan “Nicknames”, lagu
yang tajam dan menyentak, dan kini Dayglow kembali dengan “Listerine”, lagu
dengan vokal Struble yang penuh percaya diri dan alunan gitar yang kreatif. “Kedua
lagu ini ditulis di saat yang bersamaan dengan lagu-lagu lain di album ini, dan
bisa dibilang masih di satu universe Fuzzybrain,” ungkap Struble. “Semua lagu
di album ini saling berhubungan dalam satu dunia dan tujuan Fuzzybrain, makanya
aku merasa nggak cocok kalau merilis kedua lagu ini terpisah.”
Lagu-lagu di album Fuzzybrain yang dirangkai dengan piawai
ini menampilkan optimisme yang tulus. Struble sendiri berasal dari Aldeo,
Texas – sebuah kota kecil di Fort Worth yang ia sebut sebagai
“kota kecil yang gila sepak bola”. Ia pun merasa out-of-place selama masa
remajanya, dan akhirnya menjadikan musik sebagai pelarian dari sekelilingnya.
“Aku tidak terlalu nyambung dengan apa yang teman-temanku bicarakan di sekolah.
Makanya, aku mulai terobsesi membuat musik. Ya, jadi terapi untukku juga,”
ungkap Struble yang kini berusia 20 tahun. “Aku menulisnya di kepalaku
sepanjang hari di dalam kelas, kemudian sampai di rumah aku malah membuat lagu
bukannya mengerjakan PR ku. Tanpa kusadari, aku sudah membuat sebuah album.”
Demi mempertahankan nuansa personal
Fuzzybrain, Struble membuat album ini seorang diri. “Biasanya musisi membuat
demo yang dikirimkan ke orang-orang untuk mendapatkan feedback, tapi tidak ada
orang lain kecuali orang tuaku yang mendengarkan lagu ini hingga saat aku
merilisnya,” ungkapnya.
Setelah merilis Fuzzybrain seorang
diri di musim gugur tahun 2018, Struble mendapat banyak perhatian untuk
albumnya, mengumpulkan banyak penggemar yang terpukau oleh aura positif yang
murni dari karya Dayglow. “Banyak yang berkata padaku bahwa album ini membuat
mereka gembira, atau membantu mereka melewati saat sulit,” tuturnya. “Ini
adalah goal terbesarku, aku sangat senang mendengar banyak orang yang merasa
seperti itu.”
Bekerja seluruhnya seorang diri dengan perlengkapan yang
seadanya – gitarnya, komputer, keyboard bekas yang dibeli di Goodwill –
Struble menuangkan pikirannya ke dalam lagu-lagu yang memukau di album
Fuzzybrain ini. Di lagu “Fuzzybrain”, ia menumpahkan lirik dan chord yang
hyper-introspective (“Scattered mind, I call it a friend/I wish I thought a bit
less and spoke up instead”), bersamaan dengan melodi mendayu dan synth yang
cerah, membuat mood lagu ini semakin manis.
Sementara itu, di lagu “Dear Friend,” yang merupakan
momen paling melankolis di Fuzzybrain, ia menawarkan serenade lembut untuk
sahabat pena di masa lalu dengan sensitivitas yang menyentuh hati dan indah (“I
know the world is changing quickly/And I couldn’t tell you why/It’s beyond my
understanding/But I’d love it if we tried”). Kemudian, di lagu “Hot Rod,”
Dayglow memukau pendengarnya lewat pemberontakan yang sopan, mempertajam lagu
ini dengan gitar solo dan lirik yang dinyanyikan dengan lembut (e.g., “I’m
sorry for not wanting to be your décor”).
Meskipun Struble mendeskripsikan Fuzzybrain sebagai “album
yang benar-benar DIY”, album ini tampil selayaknya album profesional lain dan
ini semua merupakan buah dari etos kerjanya yang tinggi. Seperti di lagu “Can I
Call You Tonight?”. “Aku sudah membuat instrumental untuk lagu ini
berbulan-bulan sebelum aku menulis liriknya,” ungkapnya. “Aku berulang kali
memperbaiki lagu ini. Suatu hari, aku baru saja selesai menelepon temanku dan
tiba-tiba mati lampu. Aku pun mulai menulis lirik dari percakapan teleponku dan
mengubahnya menjadi lirik.” Dalam menyelesaikan “Can I Call You Tonight?”,
Struble membuat kurang lebih 30 versi sebelum akhirnya memilih satu versi yang
paling tepat dengan irama lagunya. “Aku bolak-balik dari kamarku ke mobilku,
mendengarkan musiknya berulang kali, dan memastikan semuanya sesuai dengan
tujuan lagu ini sendiri,” ujarnya.
Kini dengan audiens yang berasal dari berbagai belahan dunia,
Dayglow memiliki misi untuk membuat musik yang memberikan harapan, menyerukan
perdamaian, dan yang paling penting untuknya, menanamkan semangat komunitas
yang kuat. “Ketika orang datang ke konserku, tentu aku ingin membuat mereka
bersenang-senang — tapi lebih dari itu, aku ingin membuat mereka semua
berteman,” ungkapnya. “Pengaruh dari satu konser hanya sebentar saja, tapi jika
kamu menemukan teman baru di sana, pengaruhnya akan lebih lama. Aku ingin sekali
orang-orang membagikan pengalaman ini bukan hanya dengan musik.” (FE)
iMusic.id – MD Pictures merilis Ost dari film “La Tahzan : Cinta, Dosa, Luka…” Jumat (4/7/2025), perilisan OST yang dibarengi dengan peluncuran official poster film tersebut di gelar di MD Place, Jaksel yang juga merupakan headquarter dari MD Pictures. Acara ini di hadiri oleh Manoj Punjabi selaku Eksekutif Produser dan para cast film tersebut dari Marshanda, Ariel Tatum, Patricia Gouw, Reza Nangin, Elmandsipasi, hingga Asri Welas plus Andi Riyanto sebagai composer dan song writer.
Ost dari film “La Tahzan : Cinta, Dosa, Luka…” ini adalah sebuah lagu sedih berjudul “Segalanya” yang diciptakan Andi Rianto bersama Ria Leimena dan dinyanyikan oleh Marshanda. Musik dan lirik yang Andi dan Ria hasilkan berhasil menangkap esensi emosional dari film “La Tahzan : Cinta, Dosa, Luka…” itu sendiri.
“Walaupun Marshanda ini tidak aktif bernyanyi seperti sebelumnya, namun saya tahu bahwa Marshanda pasti akan all out di lagu ini dan saya yakin hasilnya pasti bagus”, terang Andi Riyanto ketika teman – teman media bertanya tentang proses rekaman suara Marshanda di lagu ini.
Sementara Marshanda sendiri mengaku bahagia bisa menjadi pengisi suara di lagu “Segalanya” ini, walaupun dia sudah lama tidak pernah melakukan lagi proses rekaman namun semangatnya tetap terjaga.
“Lagu ini catchy tapi sedih banget. It captured the whole feeling-nya Alina dan cerita filmnya. Aku ngerasa blessed banget bisa nyanyi lagu ini, apalagi setelah lama nggak rekaman,” ungkap Marshanda.
Lagu “Segalanya” ini menggambarkan perasaan mendalam sang tokoh utama, Alina (Marshanda), tentang cinta, pengkhianatan, dan kehancuran. Dengan melodi yang catchy tetapi penuh emosi, lagu ini menjadi cerminan perjalanan batin Alina dalam menghadapi pengorbanan dan kekecewaan.
“Lirik favorit aku adalah, “Hancurnya mimpi hidup, cinta, dan segalanya.” Bait tersebut merangkum kepedihan yang dialami tokoh utama dalam lagu ini”, tambah Marshanda.
Andi Riyanto sendiri mengaku terinspirasi dari saat dia menyaksikan adegan – adegan krusial di film “La Tahzan : Cinta, Dosa, Luka” tersebut,
“Lagu ini adalah segalanya, cinta, pengorbanan, dusta, ketidaktulusan, kesetiaan, dan pengingkaran, Semuanya ada di lagu ini,” ujar Andi Riyanto.
Lagu “Segalanya” memang berisikan curahan hati seorang istri yang menghadapi pengkhianatan oleh kekasih hatinya.
“Saya tuh paling susah untuk appreciate lagu, Lagu yang laku di platform dan enak didengar, belum tentu sesuai dengan layar lebar. Itu ada formulanya, dan pertama kali kerja sama untuk proyek besar ini, saya terima kasih Mas Andi Rianto sudah dapat formulany,” ungkap produser Manoj Punjabi.
“Lagu ini bukan hanya komunikatif, tapi juga bisa jadi soundtrack. Lagunya simple, menyentuh, dan dapat dramanya.” Tambah Manoj Punjabi lagi.
Sementara itu, Final poster “La Tahzan : Cinta, Dosa, Luka” menunjukkan kesinambungan dengan poster yang dirilis pada Februari silam. Pada poster pertama sebelumnya, hanya tampak pemandangan di bawah meja yang menampilkan adegan seorang wanita menggoda seorang pria dengan sebelah kakinya. Dalam poster final ini, adegan yang masih kabur dengan sosok-sosok yang masih misterius tadi diperlihatkan secara gamblang.
Sedangkan di final posternya diperlihatkan adegan penuh di meja makan dari poster pertama. Di tengah meja, duduk Alina (Marshanda) yang berjilbab dan mengenakan pakaian serba biru. Sedangkan putrinya, Rere (Rachel Mikhayla), tampak bergelayut di pundaknya. Mata kedua perempuan itu mengarah ke sosok pria yang duduk di sebelah kiri meja, Reza (Deva Mahenra). Namun, alih-alih membalas tatapan penuh harap dan raut wajah bahagia anak-istrinya, Reza justru menatap lekat wanita berjilbab lain yang duduk di seberangnya yaitu Asih (Ariel Tatum).
Wanita itu pun berbalas pandang dengan Reza diiringi senyuman licik sambil mengangkat segelas jus berwarna merah di tangan kanannya, dan menggendong bayi di tangan kirinya. Sementara itu, di bawah meja, sebelah kaki Asih terlihat mengelus kaki Reza yang agak maju ke depan menyambut kaki Asih.
“La Tahzan : Cinta, Dosa, Luka…” diadaptasi dari kisah viral oleh Elizasifaa. Ini merupakan cerita kedua Eliza yang difilmkan oleh MD Pictures setelah” Ipar adalah Maut”. Seperti pendahulunya, “La Tahzan : Cinta, Dosa, Luka…” yang disutradarai Hanung Bramantyo ini menyoroti kehadiran orang ketiga dalam sebuah keluarga harmonis yang relijius. “La Tahzan : Cinta, Dosa, Luka…” akan mulai tayang di seluruh bioskop tanggal 14 Agustus 2025, sementara itu Lagu “Segalanya” akan tersedia di seluruh platform digital (DSP) serta YouTube mulai 8 Juli 2025.
iMusic.id – Band modern rock alternative bernuansa emo asal Kota Batik, Tears Don’t Lie, kembali menghadirkan karya emosional yang menyentuh hati. Kali ini, mereka merilis single ketiga bersama dengan musik video berjudul “Hancur” yang secara resmi dirilis pada 30 Juni 2025.
Dalam lagu ini, Tears Don’t Lie menggandeng Savira Razak, mantan vokalis Killing Me Inside, untuk ikut duet mengisi bagian vokal. Kehadiran Savira memberikan warna baru yang kuat, emosional, dan penuh luka, sangat cocok dengan nuansa gelap lagu ini.
“Hancur” bercerita tentang seseorang yang kehilangan cinta sejatinya, bukan karena perpisahan biasa, melainkan karena sang kekasih telah pergi untuk selamanya. Lagu ini membingkai kesedihan mendalam saat seseorang mencoba menerima kenyataan pahit bahwa orang yang dicintai tak akan pernah kembali. Dengan aransemen yang dramatis dan lirik yang menggugah, Tears Don’t Lieberhasil menyampaikan rasa duka dengan cara yang indah namun tetap emosional.
Formasi band Tears Don’t Lie saat ini terdiri dari: Oji (Vocals), Didi (Gitar), Ekky (Gitar + Vokal), Tegar (Bass), Tommy (Gitar), dan Yunan (Drum).
Tak hanya menghadirkan kolaborasi vokal, dalam produksi lagu ini Tears Don’t Lie juga bekerja sama dengan Ian Natha dari PolarityAudio sebagai Co-Producer, yang berhasil menambahkan elemen modern dan kedalaman emosional ke dalam komposisi lagu, menjadikannya salah satu karya paling matang dalam diskografi band ini sejauh ini.
Dengan paduan rock alternatif, sentuhan emo, serta produksi modern, “Hancur” diharapkan bisa menjadi soundtrack bagi mereka yang pernah kehilangan dan masih mencoba untuk bangkit.
“Hancur” is here, a new anthem born from pain, wrapped in distortion and honesty. Only from Tears Don’t Lie. Single dan Music Video “Hancur” sudah tersedia di berbagai platform streaming musik digital, seperti Spotify, Apple Music, dan YouTube Music, mulai tanggal 30 Juni 2025.
iMusic.id – Semakin dewasa, semakin banyak belajar bahwa apa yang dilakukan selama ini tidak selalu berhasil, proses ini pasti dilewati banyak orang. Assia Keva merilis sebuah lagu dari pengalaman pribadi tentang hubungan dengan sang ayah.
Lagu ini bikin kita merefleksikan diri dan memulai membuka lembaran baru bagi siapa pun yang pernah mengalami retaknya hubungan karena miskomunikasi, atau mungkin karena ego tak terkendali.
Lagu berjudul “Can We Be Friends Again ?”, ditulis dan diproduseri oleh Pamungkas, Musisi dan Pelantun To The Bone, Kenangan Manis, Monolog.
Ditulis sebagai surat permintaan maaf yang jujur ditujukan untuk ayah, “Can We Be Friends Again?” berbicara tentang keinginan memperbaiki sebuah hubungan entah itu hubungan cinta, pertemanan, atau keluarga yang sempat hancur karena ketidaksiapan emosional di masa lalu.
“Kadang kita butuh waktu lebih lama untuk mengerti, butuh versi baru dari diri sendiri untuk bisa menghargai apa yang dulu kita abaikan,” ungkap Assia.
Lewat lirik yang reflektif seperti sedang melakukan percakapan, Assia Keva menghadirkan kehangatan yang membalut luka. Lagu ini menjadi semacam pelukan emosional bagi siapa pun yang pernah kehilangan seseorang karena pilihan yang disesali namun diam-diam masih menyimpan harapan untuk memberi ruang kedua.
“Lagu ini bukan tentang kembali ke masa lalu,” lanjutnya, “tapi tentang belajar menjadi versi diri yang lebih baik dan mungkin, membuka kesempatan kedua.”
Dengan “Can We Be Friends Again ?”, Assia Keva sekali lagi menunjukkan kemampuannya merangkum emosi kompleks dalam karya yang sederhana, jujur. (FE)