Connect with us

iMovies

Diangkat dari kisah nyata “Indonesia Dari Timur” Film Garapan “Ari Sihasale & Nia Sihasale”.

Published

on

iMusic.idIndonesia Dari Timur adalah sebuah film yang diangkat dari kisah nyata, menyampaikan semangat dan kebersamaan Indonesia lewat sepak bola terinspirasi dari sebuah perjuangan menuju ke masa depan yang penuh harapan.

Film garapan produser Ari Sihasale & Nia Sihasale ini disutradarai oleh Ari Sihasale, diperankan oleh Ibnu Jamil, Ari Sihasale, Donny Alamsyah, Marcellino Lefrandt, Dinda Ghania. memperkenalkan bintang-bintang muda sepak bola dari Papua, Yesaya Kogoya, Richardo Youwe, Yulianus Yual, Karel Fonataba, Michael Twenty

Indonesia Dari Timur menyuguhkan sebuah karya yang bisa dinikmati baik dari para pecinta Film Nasional dan sepak bola tanah air untuk seluruh kalangan dan usia. Dibalut dalam nuansa keindahan alam Indonesia yang ada di provinsi Papua, Papua  Tengah, Papua Pegunungan.

Helmalia Putri (Eksekutif Produser)

Kehangatan sebuah keluarga, kebersamaan dan kesetiaan yang menjadi unggulan FILM INDONESIA TIMUR terbukti dapat melewati persoalan yang begitu hebat dalam cerita ini. Film ini mampu mengobarkan api yang “Manyala” untuk generasi muda Indonesia yang terinspirasi dari semangat Indonesia dari Timur.

Nia Sihasale Zulkarnaen (Produser)

FILM INDONESIA DARI TIMUR adalah bentuk cinta kami kepada Tanah Air Indonesia. Terinspirasi dari olah raga sepak bola sebagai olah raga pemersatu bangsa yang dicintai seluruh rakyat Indonesia, cerita FILM INDONESIA DARI TIMUR  diangkat dari sebuah kisah nyata dari tanah Papua. FILM INDONESIA DARI TIMUR adalah Film mengenai sepak bola yang diperankan oleh bintang bintang muda sepak bola dari Papua.

Ari Sihasale (Produser & Sutradara)

Kepercayaan ini diawali dengan sebuah ide kreatif dalam sebuah cerita diatas kertas, serta dukungan dari banyaknya pihak yang sangat penting ikut mensupport total film ini, FILM INDONESIA DARI TIMUR ini menyuarakan gudang talenta sepak bola di Indonesia yang di wakilkan Papua.

Produksi FILM INDONESIA DARI TIMUR yang diselenggarakan di Wamena, Timika, dan Jayapura disertai stadion yang megah, dengan penokohan yang kuat dengan banyaknya adegan yang begitu mengagumkan dalam keindahan tanah Papua. Film ini dibuat untuk diingat oleh banyak khalayak, khususnya anak anak muda Indonesia dengan segudang talenta.

“FILM INDONESIA DARI TIMUR adalah bentuk karya untuk mengobarkan semangat persatuan, karena kitorang Manyala!”

Ahmad Syahrul Fadhil (Co Produser)

Menjadi bagian dari Tim pembuatan FILM INDONESIA DARI TIMUR adalah suatu kehormatan dan hal yang sangat membanggakan dimana kita memiliki kesempatan untuk mengekspos keindahan Tanah Papua Indonesia dan bekerja sama dengan bintang-bintang muda sepak bola dari Papua untuk Tanah Air tercinta.

Indonesia Dari Timur akan mengingatkan kita untuk terus bersama dalam membangun sebuah keluarga. Film ini juga diharapkan menjadi film pemersatu bangsa lewat sepak bola yang akan terkenang di dalam kepala setiap orang Indonesia.

Film produksi Bhinneka Multi Media bersama dengan Alenia Pictures, INDONESIA DARI TIMUR ini bisa dinikmati segera di Bioskop-bioskop seluruh tanah air dari Sabang sampai Merauke, #PapuaManyala #Manyala #BersamaManyala! (FE)

iMovies

Film “Suka Duka Tawa” tampilkan akting berkelas para aktornya

Published

on

iMusic.id – BION Studios dan Spasi Moving Image membuka tahun baru 2026 di layar bioskop Indonesia dengan kisah drama komedi keluarga yang hangat lewat film debut sutradara Aco Tenriyagelli, “Suka Duka Tawa”. Saat press screening bersama insan media, para penonton pun menyambut film ini dengan respons yang begitu hangat dan antusias.

Lebih dari sekadar film pembuka tahun, “Suka Duka Tawa” bisa menjadi ruang refleksi yang mengajak penonton menertawakan luka-luka yang belum selesai sebelum melangkah ke tahun yang baru. 

Sebagai film panjang perdananya, Aco Tenriyagelli menghadirkan pendekatan yang sangat personal lewat gagasan “menertawakan luka dengan tawa”. Selain Aco, film “Suka Duka Tawa” ini juga melibatkan Tersi Eva Ranti dan Ajish Dibyo, dengan Ajeng Parameswari sebagai produser eksekutif.

“Rekam jejak Aco lewat film pendek, video musik, hingga serial menunjukkan karakter karyanya yang kuat dan berbeda. Film ini menunjukkan kepekaannya dalam bercerita memberi ruang bagi penonton untuk tertawa, terharu, dan merefleksikan luka masing-masing,” ujar produser Tersi Eva Ranti.

Kedekatan Aco Tenriyagelli dengan musik kembali tercermin lewat soundtrack yang bukan hanya mengiringi, melainkan menghadirkan pengalaman emosional yang kuat. Salah satunya adalah hadirnya kembali karya The Adams di layar lebar, bersama deretan soundtrack lain yang turut membangun suasana reflektif dan nostalgia sepanjang film.

“Lewat film panjang pertama ini, saya ingin bercerita tentang bagaimana luka bisa diolah lewat komedi, dunia stand-up comedy terasa representatif. Menurut saya, Tawa mewakili banyak anak yang tumbuh dengan kehilangan sosok ayah. Harapannya, film ini bisa menghadirkan momen yang personal dan membuat penonton tertawa dan terharu di saat yang bersamaan.” ujar sutradara Aco Tenriyagelli.  

Sejak pemutaran perdananya, “Suka Duka Tawa” mendapat respons positif dari Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF), termasuk antusiasme tinggi pada sesi mendadak screening di Depok, yang menunjukkan kedekatan emosional film ini dengan penontonnya.

Banyak penonton merasa dekat dengan perjalanan Tawa (Rachel Amanda), yang harus menghadapi luka masa kecilnya saat beranjak dewasa. Film ini mengajak penonton merefleksikan arti memaafkan dan bertumbuh bersama luka yang pernah dialami. 

Chemistry antar pemeran terasa mengalir, terutama antara Tawa dan geng stand-up-nya, Bintang Emon (Iyas), Enzy Storia (Adin), Arif Brata (Nasi), dan Gilang Bhaskara (Fachri) yang menghidupkan nuansa komedi film ini. Kehadiran Abdel Achrian, Nazira C. Noer, dan Mang Saswi turut menambah warna komedi dengan pendekatan yang berbeda.

Sementara itu, interaksi Tawa dengan Ibu Cantik (Marissa Anita) dan Keset (Teuku Rifnu Wikana) menghadirkan drama keluarga yang membumi — tentang relasi orang tua dan anak yang dipenuhi kesalahpahaman, rasa bersalah, dan kasih sayang yang sulit terucap.

“Di film ini, aku bisa berempati dengan apa yang dialami Tawa, tapi juga mencoba memahami posisi ayahnya, Keset, semua karakter membawa emosi yang sangat manusiawi; dari marah, kecewa, dendam, sampai ke titik mencoba membuka pintu maaf. Aku berharap penonton tidak hanya terhibur, tapi juga keluar bioskop dengan perasaan yang berbeda setelah menonton.” kata Rachel Amanda.

“Saya sudah lama berkolaborasi dengan Aco, dan sangat senang bisa kembali bekerja sama di film panjang pertamanya dengan dukungan BION Studios,” ujar produser Ajish Dibyo. “Ini menjadi milestone penting, bukan hanya bagi Aco, tapi juga bagi saya, karena sejak awal berproses bersama kami memang memimpikan debut film panjang ini. Lewat Suka Duka Tawa, Aco menunjukkan pendewasaan yang kuat sebagai pembuat film.”

Tonton film Suka Duka Tawa di bioskop mulai 8 Januari 2026 di bioskop Indonesia. Ikuti perkembangan terbaru dari film Suka Duka Tawa persembahan BION Studios dan Spasi Moving Image melalui akun-akun media sosial resmi.

Continue Reading

iMovies

Film “Esok Tanpa Ibu” sajikan kolaborasi internasional

Published

on

iMusic.id – Setelah sukses menggelar penayangan perdana di Indonesia di JAFF20, film produksi BASE Entertainment, Beacon Film, Refinery Media, dan didukung oleh Singapore Film Commission (SFC) dan Infocomm Media Development Authority (IMDA), Film “Esok Tanpa Ibu” (Mothernet) merilis official trailer & poster yang mengharukan dan hangat.

Menggambarkan dinamika hubungan keluarga kecil Cimot atau Rama bersama kedua orangtuanya, official trailer “Esok Tanpa Ibu” menampilkan kedekatan anak remaja bernama Cimot (Ali Fikry) dengan Ibunya (Dian Sastrowardoyo). Semua kegelisahan dan keceriaan, selalu Cimot bagikan ke sang Ibu. Sementara, Cimot lebih memilih rapat-rapat menyimpan rahasia hidupnya dengan sang Bapak (Ringgo Agus Rahman). 

Namun, kejadian tragis membuat hari-hari bahagia Cimot berubah. Ibunya mengalami koma. Ia pun kehilangan kasih sayang yang selalu merangkulnya. Sementara hubungannya yang canggung dengan sang Bapak, justru semakin merenggang dan menimbulkan konflik relasi anak-orangtua. 

Lagu “Jernih” dari Kunto Aji dan “Raih Tanahmu” dari hara & Nosstres yang ada di official trailer “Esok Tanpa Ibu” juga mampu memberikan dimensi emosi yang semakin menyentuh. Momen dramatis terjadi saat Ibu yang tengah koma, kini kembali bisa berinteraksi dengan Cimot dan Bapak, namun dalam wujud kecerdasan buatan (AI). Mampukah wujud baru itu menggantikan kasih Ibu selamanya?

Di official poster, dengan indah ditampilkan Dian Sastrowardoyo, Ali Fikry, dan Ringgo Agus Rahman berbaring dalam sebuah taman bunga putih, dengan bingkai serupa layar gawai yang menjadi representasi film ini, antara kasih sayang yang tumbuh secara manusiawi dan imitasi yang mencoba mensubstitusi.

Disutradarai oleh sutradara Malaysia Ho Wi-ding dari naskah yang ditulis oleh Gina S. Noer, Diva Apresya, dan Melarissa Sjarief, film “Esok Tanpa Ibu” Ibu diproduseri oleh Shanty Harmayn dan Dian Sastrowardoyo. Film ini juga menjadi kolaborasi internasional. 

Selain Ali Fikry, Dian Sastrowardoyo, dan Ringgo Agus Rahman, film ini juga dibintangi oleh Aisha Nurra Datau dan Bima Sena.

Produser Shanty Harmayn mengungkapkan film “Esok Tanpa Ibu” melewati perjalanan yang cukup panjang. Dimulai dari ide yang dibawa oleh Gina dan Diva, film ini akhirnya siap tayang di bioskop Indonesia mulai 22 Januari 2026.

Ikuti perkembangan terbaru film “Esok Tanpa Ibu” melalui akun Instagram @base.id & @filmesoktanpaibu. Tonton film Esok Tanpa Ibu (Mothernet) mulai 22 Januari 2025 di bioskop Indonesia.

Continue Reading

iMovies

Tayang di 2026, film “Dalam Sujudku” hadirkan konflik tragis

Published

on

iMusic.id – Film drama keluarga terbaru yang dinanti-nantikan, Dalam Sujudku, secara resmi diperkenalkan melalui penayangan khusus yang diadakan oleh Project 69 di Queens Head Kemang, Jakarta, pada Jumat (12/12/2025).

Meskipun baru akan tayang serentak di bioskop seluruh Indonesia pada tahun 2026, antusiasme sudah terasa, terutama karena film “Dalam Sujudku” ini menjanjikan narasi yang sangat kuat dan dekat dengan realitas kehidupan sehari-hari, berpusat pada badai yang menguji fondasi sebuah rumah tangga.

Kisah “Dalam Sujudku” ini dengan lugas menyoroti bagaimana goncangan terbesar dalam hubungan suami istri dapat merusak kebahagiaan yang telah dibangun, memaksa pasangan tersebut untuk bergumul dengan keputusan sulit demi mempertahankan ikatan keluarga.

Inti dari cerita “Dalam Sujudku” ini berfokus pada dinamika kehidupan rumah tangga Farid, yang diperankan oleh Marcell Darwin, dan Aisyah, yang dibintangi oleh Vinessa Inez, sepasangan suami istri yang awalnya hidup harmonis bersama dua buah hati mereka. Titik balik dramatis terjadi ketika karir Farid menanjak pesat dan mengharuskannya pindah ke Jakarta, sebuah momentum yang seharusnya menjadi pencapaian namun justru menjadi pemicu keretakan. Di kantor barunya, Farid bertemu dengan rekan kerja, Rina (Naura Hakim), yang lambat laun memikat hatinya setelah sering terlibat dalam proyek kerja bersama, menciptakan sebuah chemistry terlarang yang mulai mengikis kesetiaan dalam pernikahannya.

Walaupun tak selalu mendampingi suaminya di Jakarta, Aisyah di rumah merasakan firasat kuat bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan Farid, mengisyaratkan bahwa ikatan batin mereka masih terhubung meski jarak memisahkan. Sayangnya, kecurigaan Aisyah berujung pada kenyataan pahit, ketika Farid memilih untuk menikahi Rina, meninggalkan Aisyah dalam keadaan luka batin yang mendalam.

Vinessa Inez, yang memerankan Aisyah, menggambarkan peran ini sebagai tantangan emosional yang besar. Mengenai karakternya, ia menyampaikan, “Aisyah berusaha tegar meskipun hatinya diguncang situasi yang rumit. Aku ingin penonton bisa merasakan pergolakan itu, terutama saat ia harus berdamai dengan dirinya sendiri.”

Rico Michael selaku sutradara tertarik menjadikan alur yang rumit ini sebagai film drama yang kuat karena juga ingin menampilkan karakter Rina, orang ketiga, dengan latar belakang trauma psikologis yang mendalam, sehingga “penonton nggak sekedar ‘terima jadi’ karakternya sebagai perebut suami orang,” namun dapat memahami dimensi kemanusiaannya.

Rico Michael menegaskan bahwa film ini lahir dari keinginan untuk mengangkat cerita yang aktual dan relate dengan kehidupan masyarakat, sebuah komitmen yang akan ia lanjutkan pada proyek film berikutnya yang akan mengangkat isu teror video asusila di media sosial. Hal ini menunjukkan ambisi Project 69 untuk menyajikan karya yang tidak hanya menghibur, tetapi juga memicu refleksi sosial.

Keunikan lain dari “Dalam Sujudku” adalah lokasinya yang beragam, meliputi Cimahi, Jakarta, dan Garut, yang turut memperkaya visualisasi dan nuansa cerita, menjauhkan kesan studio semata.

Meskipun judul dan posternya mungkin menyiratkan cerita drama religi, Rico Michael secara spesifik menjelaskan bahwa film ini tidak bermaksud menonjolkan aspek religius, melainkan lebih menekankan pada “usaha mempertahankan keluarga” dalam kondisi yang sangat sulit. Penekanan ini mengarahkan fokus cerita pada nilai-nilai universal tentang komitmen, pengorbanan, dan proses pemulihan. Salah satu adegan yang berhasil membalikkan emosi penonton adalah saat Farid merasakan frustrasi mendalam atas kehancuran keluarganya, momen yang sukses mengubah rasa gemas dan sebal penonton terhadap karakter tersebut menjadi rasa iba.

Sementara itu, Mamu Black Sweet sebagai pengarah musik memberi sentuhan emosional mendalam di film ini. Kontribusi Mamu Black Sweet dalam menggarap musik menjadi elemen krusial yang menyempurnakan atmosfer dramatis film ini.

Film “Dalam Sujudku” diperkuat juga oleh jajaran aktor ternama seperti Riyuka Bunga, Dominique Sandra, Chika Waode, Momo Mariska, hingga Dennis Adhiswara.

Continue Reading