Connect with us

iMusic

Hubungan tidak jelas Nadiya Rawil di mini album “Samar”

Published

on

iMusic.id – Satu tahun berlalu sejak Nadiya Rawil merilis single terakhirnya, “Pernah Mengenalmu”. Kini, ia kembali ke industri Tanah Air dengan mempersembahkan karya terbaru, yakni sebuah album mini bertajuk “Samar”.

Lagu berjudul sama menjadi focus track album mini perdananya itu. “Lagu “Samar” berkisah tentang ketidakjelasan sebuah hubungan antara dua insan, apakah mereka pacaran atau hanya berteman saja. Dibilang ada hubungan tapi tanpa status pun tidak juga, karena sosok lelaki di lagu ini juga mengagumi beberapa perempuan lain. Cerita ini tersampaikan lewat kehadiran video musiknya yang digarap oleh kak Angga Gadut, sosok yang menyutradarai single perdana aku, “Satu di Antara Berjuta”,” jelas Nadiya Rawil.

Mini album “Samar” berisi empat lagu, yakni “Sementara Selamanya” yang bercerita tentang memendam rasa, “Melekat” yang cheesy tapi sweet karena ingin dekat dengan sang pujaan hati terus-menerus, “Samar”, dan “Datang untuk Pergi” yang merupakan kisah personal Nadiya Rawil. Keempatnya ditulis oleh dirinya dan beberapa musisi lain seperti Zoelfadly, Rinrin, Gayatri Chandra, Haris Pranowo, hingga Barsena Bestandhi.

Lalu, kenapa “Samar” dipilih menjadi tajuk utama album mini perdana Nadiya Rawil? Sang penyanyi bilang, karena “Samar” ‘mengandung’ aspek kabur atau kurang jelas yang mewakili tiga lagu lainnya. Mulai dari rasa, pertanyaan akan apa yang akan terjadi ke depannya, hingga sosok pria yang dikisahkan.

“Aku sangat menikmati semua lagu dalam album mini pertamaku karena sesuai dengan range vocal aku dan aku juga yang menulis lagu-lagunya. Cerita di beberapa lagu pun pernah aku alami dan berarti bagi aku. Tantangan terbesarnya adalah, memberikan emosi pada setiap lagu ketika menyanyikannya. Karena, ada sebagian lagu yang aku tulis sejak dua tahun lalu. Jadi, aku harus mengingat-ingat momen saat penulisan agar aku bisa merasakan vibes dan build emosinya. Tidak hanya itu, di album mini ini, aku lebih santai cara menyanyinya karena ada perbedaan genre. Kalau dulu aku lebih ke ballad, sekarang lebih ke folk. Semoga teman-teman bisa relate dengan lagu-laguku dan menikmatinya di saat apapun,” kata Nadiya Rawil.

“Nadiya Rawil memiliki musikalitas yang bagus, dan suaranya juga sangat berkarakter. Karakter suaranya ini bisa didengar dengan jelas lewat album mini perdananya, “Samar”. Musiknya kini juga berbeda dengan dua single sebelumnya, karena kami menyesuaikan dengan musik yang Nadiya Rawil suka dan mampu menonjolkan karakter suaranya. Lewat album mini “Samar”, Nadiya Rawil juga membuktikan bahwa ia tak hanya penyanyi, tapi juga musisi yang mumpuni dalam bermusik,” ucap Dwi Santoso, Head A&R (Music Production & Talent Scouting) Trinity Optima Production.

iMusic

Puluhan tahun berpisah, Trio JemSoy reuni lahirkan EP

Published

on

By

iMusic.id – Trio musisi asal Jakarta dengan entitas “JemSoy” hari ini merilis EP bertajuk “JemSoy” dengan dua track list lagu berjudul “Tuang Rasa” dan “Cinta Telah Berlalu”. Berbeda dengan band atau musisi lain yang sedang marak merilis single – single, JemSoy langsung meluncurkan dua lagu sekaligus ke Digital Store Platform.

Lewat dua lagu mereka tersebut, JemSoy memanfaatkan perkenalan mereka dengan industri musik saat ini mengusung dua lagu bergenre citypop dengan sentuhan jazzy dan sedikit rock pada gitar sambil menonjolkan suasana atau vibe musik era tahun 80 – 90an yang lumayan kental. Selain membangkitkan nostalgia bagi penikmat musik era 80 dan 90an, kedua lagu dari JemSoy ini juga sangat bisa dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat lintas usia karena lagu “Tuang Rasa” dan “Cinta Telah Berlalu” sangat ramah di telinga alias easy listening.

“Tuang Rasa” adalah lagu yang bercerita tentang berharganya sebuah cinta, bahwa cinta itu layak dan harus diperjuangkan dengan segala tantangan dan hambatan yang ada, sementara itu lagu “Cinta Telah Berlalu” berkisah tentang tetang seorang yang harus mengalami sakitnya patah hati yang seolah menjadi sebuah luka yang abadi. Rasa sakit yang menjadi trauma ini akhirnya bermanifestasi dalam penolakan akan cinta yang baru”, tutur Josef Yu, Produser sekaligus gitaris yang menciptakan kedua lagu tersebut

“Saya menulis kedua lagu tersebut, tapi untuk lagu “Tuang Rasa” itu Ekky yang menulis liriknya”, tambah Josef Yu lagi.

JemSoy lahir dari persahabatan ketiga personilnya yaitu Josef Yu (gitar), Franky Hediakto alias Ekky (gitar) dan Michael Pattiradjawane (vokal) yang di tahun 1995 sering menghabiskan waktu bermain futsal hingga nongkrong bareng sambil gitaran. Sejalan dengan perjalanan waktu, mereka berpencar mengikuti ‘panggilan hati’ dalam bermusik, Ekky dan Michael memutuskan untuk bekerja secara profesional di dunia musik dengan membentuk group Band Ungu.

Bergabung di dunia professional bagi mereka berarti mendapatkan kesempatan untuk belajar berbagai hal, memperkaya pengalaman yang akhirnya memiliki kontribusi secara signifikan terhadap perkembangan karir musik mereka. Berbeda dengan Ekky dan Michael, Josef Yu memilih bermusik yang lebih fleksibel sambil menjalani usaha di luar musik.

Sempat 30 tahun berpisah dan saling sibuk dengan aktifitas masing – masing, akhirnya ketiga sahabat ini berhasil kumpul lagi dan membuahkan kolaborasi [Josef Yu sebagai komposer, Ekky sebagai music arranger dan Michael sebagai penyanyi) yang menghasilkan karya berupa dua lagu “Tuang Rasa” dan “Cinta Telah Berlalu”.

Berkumpul kembali sambil memuntahkan kerinduan dan kreatifitas mereka bertiga di studio membuat chemistry puluhan tahun mereka berpisah menjadi muncul kembali dan akhirnya Josef, Ekky dan Michael memutuskan untuk membentuk JemSoy yang nama tersebuit diambil dari beberapa kali mereka bertiga melakukan jamming di studio. Nama JemSoy diambil dari kata Jaming Asoy atau Kolaborasi “Asik” Josef, Ekky dan Michael setelah berkumpul kembali.

Karya terbaru dari JemSoy “Tuang Rasa” dan “Cinta Telah Berlalu” yang di produksi oleh label kami sendiri “JemSoy Music” sudah bisa dinikmati di seluruh Digital Store Platform mulai 16 Juli 2025, sedangkan video musiknya rencana akan segera di buat oleh Josef, Ekky dan Michael secepatnya.

“Kedepannya kita tetap akan melahirkan karya – karya baru untuk menjaga eksistensi kembalinya kita di industri musik Indonesia, dan pastinya kita akan mulai manggung – manggung lagi merayakan kembali berkumpulnya kita dalam sebuah rumah musik bernama JemSoy”, tutup Josef Yu.

Continue Reading

iMusic

Pasangan Canti dan Adipati Dolken rilis single kolaborasi “Tak Sempurna”

Published

on

iMusic.id – Setelah lama hiatus, musisi dan aktris, Canti, resmi kembali dengan single berjudul “Tak Sempurna”. Rilisan kali ini istimewa karena merupakan duet bersama sang suami, aktor kenamaan Adipati Dolken, yang untuk pertama kalinya tampil sebagai penyanyi. “Tak Sempurna” sudah tersedia di seluruh digital streaming platforms.

Dalam lagu ini, Canti dan Adipati Dolken menyuarakan dinamika hubungan yang tidak selalu mulus, namun tetap layak diperjuangkan,

“Tak Sempurna” sangat personal. Kami mau menunjukkan bahwa cinta yang nyata itu bukan soal kesempurnaan, melainkan soal bertahan dan tumbuh bersama,” ujar Adipati Dolken dan Canti.

Ditulis oleh Agustin Oendari dan digubah serta diproduksi oleh Ivan Gojaya, “Tak Sempurna” adalah karya kolaboratif dari sepasang musisi yang dikenal lewat karya-karya duet romantis. Canti dan Adipati Dolken berhasil membawakan lagu ini dengan penuh kemesraan.

Ivan Gojaya sendiri sudah beberapa kali terlibat dalam produksi musik Canti dalam lagu “Sanubariku” dan “Mata Hati”. Bersama Agustin Oendari, Ivan Gojaya pun dikenal lewat karya romantis mereka yang jadi bagian dari soundtrack film Indonesia, antara lain “Selamat Pagi Malam” (film Selamat Pagi Malam), soundtrack film Galih & Ratna, lagu “Percaya” (film Pasutri Gaje), dan lagu “Jarak” serta sejumlah lagu lain di album soundtrack “Akhirat : A Love Story” yang juga dibintangi Adipati Dolken.

Aransemen musik sederhana namun penuh emosi menjadikan lagu “Tak Sempurna dekat dengan siapa saja yang pernah jatuh cinta (dan terluka karenanya). Balutan musik akustik yang ringan, aransemen organik, serta lirik penuh emosi membuat lagu ini tepat untuk playlist romantis, galau, maupun akhir pekan,

“Banyak orang melihat kami seperti selalu bahagia di media sosial. Tapi kenyataannya, kami juga punya hari-hari sulit. Lewat “Tak Sempurna, kami mau bilang bahwa cinta tetap bisa tumbuh meski tidak selalu mudah,” ujar Canti.

Sebagai tambahan kejutan, Adipati juga menyutradarai video musik “Tak Sempurna”. Bersamaan perayaan perilisan digitalnya, video musik “Tak Sempurna” tayang perdana dalam sebuah gelaran release party dan konferensi pers bertajuk “Sore yang Sempurna”, yang diadakan di La Moda Café, Plaza Indonesia, pada 11 Juli 2025. Video musik ini dibintangi oleh Jefri Nichol, Lutesha, serta sepasang bintang tamu spesial yang diungkap saat penayangan perdana.

Lebih dari sekadar karya, “Tak Sempurna” merupakan simbol restu dan dukungan Adipati untuk mengantarkan Canti menuju perjalanan karier bermusik, lewat keterlibatannya sebagai rekan duet, sutradara video musik, terlebih sebagai pasangan yang mencurahkan kasih sayang. Perilisan single ini adalah awal dari rangkaian karya menuju album debut Canti yang akan hadir pada awal 2026.

Continue Reading

iMusic

Dua solois asal Semarang, Dipaaa dan Leni rilis single “So What If It’s Not Jakarta”

Published

on

iMusic.id – Dua solois asal Semarang, Dipaaa dan Leni Ibrahim baru saja merilis single kolaborasi bertajuk “So What If It’s Not Jakarta”. Diluncurkan sejak R7 Juli 2025 di semua platform streaming music, musisi elektronik independen Dipaaa berkolaborasi dengan vokalis Leni Ibrahim dalam single terbaru mereka tersebut.

“So What If It’s Not Jakarta” adalah sebuah track elektro penuh warna yang merekam semangat dan dinamika kota Semarang dari Dipaaa. Dengan beat yang enerjik dan vokal dreamy dari Leni Ibrahim, lagu ini menjadi semacam pernyataan : Jakarta bukan satu-satunya pusat kreativitas.

Single ini terinspirasi oleh aliran electro-pop asal Jakarta, White Chorus, yang dikenal dengan gaya synth-layered dan nuansa nostalgia-nya. Pengaruh itu terasa di produksi lagu, tapi tetap dibalut dengan identitas Semarang yang kuat dan orisinal lewat visi Dipaaa dan Leni Ibrahim.

“Awalnya ini project iseng banget, Cuma nyari kegiatan aja, Tapi lama-lama kok lagunya jadi asik, akhirnya kami seriusin dan rilis aja.” Jelas Dipaaa.

Dengan lirik yang secara halus menantang cara pandang yang terlalu Jakarta-sentris, “So What If It’s Not Jakarta” mengajak pendengar untuk membuka mata bahwa kota-kota lain seperti Semarang juga punya kultur, punya keramaian, dan punya karakter sendiri yang layak dirayakan.

Single ini telah didengarkan di semua platform musik digital mulai tanggal 7 Juli 2025. Nyalakan lagunya. Rasakan kotanya. Semarang juga punya cerita.

Continue Reading