iMusic
– HUMBA DREAMS, film terbaru karya Riri
Riza akan ditayangkan secara eksklusif oleh penyedia layanan streaming,
NETFLIX, untuk wilayah Asia Tenggara mulai 9 Juli 2020. Saat
masih dalam tahap ide cerita di tahun 2017, film ini telah memenangkan CJ Entertainment
Award di Asian Project Market (APM) Busan International
Film Festival.
Film ini pertama kali diputar di layar lebar untuk World
Premiere di Shanghai International Film Festival pada Juni
2019, kemudian berlanjut diputar keliling di 5 kota besar
Indonesia bersama komunitas-komunitas film, seperti Jogja–NETPAC
Asian Film Festival (JAFF), Japanese Film Festival (yang
diselenggarakan oleh The Japan Foundation), dan Kineforum serta
menjadi bagian dari ARTJOG 2019, perhelatan seni kontemporer terbesar di Indonesia.
Ajang Piala Maya 2019 memberikan predikat film terbaik pada HUMBA
DREAMS untuk kategori Film Independen Non-Bioskop Reguler Terpilih.
HUMBA DREAMS diceritakan dari sudut pandang seorang anak muda yang
mengantar kita ke sebuah kenangan romantik terhadap hal-hal yang
masih dapat kita sentuh, seperti film seluloid, buku, catatan lama, atau
foto-foto. “Saya merasa ada yang hilang di era digital sekarang ini.
Begitu banyak hal yang terlalu mudah direkam, dibagikan, tapi cepat
dilupakan.
Di Sumba saya menemukan kembali yang hilang itu,” ujar
sutradara Riri Riza tentang tema film ini. “Film ini adalah salah satu dari
film-film saya yang ditulis berdasarkan pada kekayaan cerita di berbagai tempat
di Indonesia dan melanjutkan tradisi film-film karya Miles Films
sebelumnya yang menjelajahi Indonesia. Setelah Timor, Sulawesi,
dan berbagai tempat lain, saya menyuarakan Sumba dalam HUMBA DREAMS,”
tambahnya.
“Kami memulai
distribusi film ini dengan pemutaran keliling bersama komunitas-komunitas
film di mana filmmaker dapat bertemu langsung dengan penonton dalam
ruang-ruang diskusi dengan anak-anak muda di berbagai kota di Indonesia,” ujar produser Mira Lesmana
tentang rencana distribusi HUMBA DREAMS. “Setelah diputar berkeliling, kami berencana untuk
merilisnya di layar terbatas jaringan bioskop nasional.
Namun, ketika pandemi melanda, rencana ini pun harus ditangguhkan. Kabar
baik datang dari NETFLIX yang ingin menayangkan HUMBA DREAMS secara
eksklusif untuk wilayah Asia Tenggara di layanan streaming mereka. Tentunya kami sambut dengan antusias
karena dengan demikian, film ini dapat secepatnya terdistribusikan dan
menjangkau penonton yang lebih luas lagi,” tambah Mira.
Raphael Phang, Netflix Manager Content Acquisition SEA,
menjelaskan,“Di Netflix, kami percaya bahwa cerita terbaik dapat datang dari
mana saja, termasuk Indonesia. Kami telah menjalin kolaborasi bersama banyak
film maker dan studio lokal untuk mencari cerita dari Indonesia dengan karakter
yang relate dengan penonton kami. Kami senang sekali dapat bekerja
sama dengan Miles Films dan menyambut Humba Dreams di Netflix bersama dengan
cerita-cerita terbaik lainnya dari Indonesia. Kini, member Netflix di Indonesia
dan negara-negara Asia Tenggara dapat menikmati keindahan Sumba dengan
pengalaman terbaik Netflix di mana saja dan kapan saja.
Humba Dreams adalah sebuah kisah yang autentik dari Indonesia dan kami
sangat bangga dapat membagikan cerita ini kepada dunia.” HUMBA DREAMS akan
menambah daftar film-film karya Miles Films yang saat ini sedang tayang di
Netflix, seperti Ada Apa Dengan Cinta 1 & 2, Athirah, Gie,
Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Sokola Rimba, dan akan
segera tayang, Pendekar Tongkat Emas, yang juga
akan streaming di Netflix mulai 16 Juli 2020.
Philip Cheah, kritikus film
dan salah satu pendiri Singapore International Film Festival, mengungkapkan
kesannya terhadap film ini. “HUMBA DREAMS, yang dinarasikan sebagai “film
di dalam film”, di saat yang bersamaan menceritakan sebuah kisah romantis yang
sensual dan kecintaan pada sebuah dunia yang belum sepenuhnya terjamah oleh
perkembangan teknologi,” ujarnya.
Film HUMBA DREAMS bercerita tentang MARTIN (J.S Khairen), seorang
mahasiswa sekolah film di Jakarta yang sedang gelisah dengan dirinya.
Mendadak ia diminta pulang ke kampungnya di Sumba untuk sebuah
tugas keluarga yang tak mudah. Perjalanan mempertemukannya dengan ANNA (Ully
Triani), perempuan Sumba yang kesepian dan tengah mencari keberadaan
suaminya. Sensualitas Anna menambah kegelisahannya. Berbagai pertanyaan Martin
tentang Humba dan dirinya perlahan menemukan jawaban. HUMBA DREAMS dapat
disaksikan hanya di NETFLIX mulai 9 Juli 2020. (FE)
iMusic.id – Setelah sukses menggelar penayangan perdana di Indonesia di JAFF20, film produksi BASE Entertainment, Beacon Film, Refinery Media, dan didukung oleh Singapore Film Commission (SFC) dan Infocomm Media Development Authority (IMDA), Film “Esok Tanpa Ibu” (Mothernet) merilis official trailer & poster yang mengharukan dan hangat.
Menggambarkan dinamika hubungan keluarga kecil Cimot atau Rama bersama kedua orangtuanya, official trailer “Esok Tanpa Ibu” menampilkan kedekatan anak remaja bernama Cimot (Ali Fikry) dengan Ibunya (Dian Sastrowardoyo). Semua kegelisahan dan keceriaan, selalu Cimot bagikan ke sang Ibu. Sementara, Cimot lebih memilih rapat-rapat menyimpan rahasia hidupnya dengan sang Bapak (Ringgo Agus Rahman).
Namun, kejadian tragis membuat hari-hari bahagia Cimot berubah. Ibunya mengalami koma. Ia pun kehilangan kasih sayang yang selalu merangkulnya. Sementara hubungannya yang canggung dengan sang Bapak, justru semakin merenggang dan menimbulkan konflik relasi anak-orangtua.
Lagu “Jernih” dari Kunto Aji dan “Raih Tanahmu” dari hara & Nosstres yang ada di official trailer “Esok Tanpa Ibu” juga mampu memberikan dimensi emosi yang semakin menyentuh. Momen dramatis terjadi saat Ibu yang tengah koma, kini kembali bisa berinteraksi dengan Cimot dan Bapak, namun dalam wujud kecerdasan buatan (AI). Mampukah wujud baru itu menggantikan kasih Ibu selamanya?
Di official poster, dengan indah ditampilkan Dian Sastrowardoyo, Ali Fikry, dan Ringgo Agus Rahman berbaring dalam sebuah taman bunga putih, dengan bingkai serupa layar gawai yang menjadi representasi film ini, antara kasih sayang yang tumbuh secara manusiawi dan imitasi yang mencoba mensubstitusi.
Disutradarai oleh sutradara Malaysia Ho Wi-ding dari naskah yang ditulis oleh Gina S. Noer, Diva Apresya, dan Melarissa Sjarief, film “Esok Tanpa Ibu” Ibu diproduseri oleh Shanty Harmayn dan Dian Sastrowardoyo. Film ini juga menjadi kolaborasi internasional.
Selain Ali Fikry, Dian Sastrowardoyo, dan Ringgo Agus Rahman, film ini juga dibintangi oleh Aisha Nurra Datau dan Bima Sena.
Produser Shanty Harmayn mengungkapkan film “Esok Tanpa Ibu” melewati perjalanan yang cukup panjang. Dimulai dari ide yang dibawa oleh Gina dan Diva, film ini akhirnya siap tayang di bioskop Indonesia mulai 22 Januari 2026.
Ikuti perkembangan terbaru film “Esok Tanpa Ibu” melalui akun Instagram @base.id & @filmesoktanpaibu. Tonton film Esok Tanpa Ibu (Mothernet) mulai 22 Januari 2025 di bioskop Indonesia.
iMusic.id – Film drama keluarga terbaru yang dinanti-nantikan, “Dalam Sujudku”, secara resmi diperkenalkan melalui penayangan khusus yang diadakan oleh Project 69 di Queens Head Kemang, Jakarta, pada Jumat (12/12/2025).
Meskipun baru akan tayang serentak di bioskop seluruh Indonesia pada tahun 2026, antusiasme sudah terasa, terutama karena film “Dalam Sujudku” ini menjanjikan narasi yang sangat kuat dan dekat dengan realitas kehidupan sehari-hari, berpusat pada badai yang menguji fondasi sebuah rumah tangga.
Kisah “Dalam Sujudku” ini dengan lugas menyoroti bagaimana goncangan terbesar dalam hubungan suami istri dapat merusak kebahagiaan yang telah dibangun, memaksa pasangan tersebut untuk bergumul dengan keputusan sulit demi mempertahankan ikatan keluarga.
Inti dari cerita “Dalam Sujudku” ini berfokus pada dinamika kehidupan rumah tangga Farid, yang diperankan oleh Marcell Darwin, dan Aisyah, yang dibintangi oleh Vinessa Inez, sepasangan suami istri yang awalnya hidup harmonis bersama dua buah hati mereka. Titik balik dramatis terjadi ketika karir Farid menanjak pesat dan mengharuskannya pindah ke Jakarta, sebuah momentum yang seharusnya menjadi pencapaian namun justru menjadi pemicu keretakan. Di kantor barunya, Farid bertemu dengan rekan kerja, Rina (Naura Hakim), yang lambat laun memikat hatinya setelah sering terlibat dalam proyek kerja bersama, menciptakan sebuah chemistry terlarang yang mulai mengikis kesetiaan dalam pernikahannya.
Walaupun tak selalu mendampingi suaminya di Jakarta, Aisyah di rumah merasakan firasat kuat bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan Farid, mengisyaratkan bahwa ikatan batin mereka masih terhubung meski jarak memisahkan. Sayangnya, kecurigaan Aisyah berujung pada kenyataan pahit, ketika Farid memilih untuk menikahi Rina, meninggalkan Aisyah dalam keadaan luka batin yang mendalam.
Vinessa Inez, yang memerankan Aisyah, menggambarkan peran ini sebagai tantangan emosional yang besar. Mengenai karakternya, ia menyampaikan, “Aisyah berusaha tegar meskipun hatinya diguncang situasi yang rumit. Aku ingin penonton bisa merasakan pergolakan itu, terutama saat ia harus berdamai dengan dirinya sendiri.”
Rico Michael selaku sutradara tertarik menjadikan alur yang rumit ini sebagai film drama yang kuat karena juga ingin menampilkan karakter Rina, orang ketiga, dengan latar belakang trauma psikologis yang mendalam, sehingga “penonton nggak sekedar ‘terima jadi’ karakternya sebagai perebut suami orang,” namun dapat memahami dimensi kemanusiaannya.
Rico Michael menegaskan bahwa film ini lahir dari keinginan untuk mengangkat cerita yang aktual dan relate dengan kehidupan masyarakat, sebuah komitmen yang akan ia lanjutkan pada proyek film berikutnya yang akan mengangkat isu teror video asusila di media sosial. Hal ini menunjukkan ambisi Project 69 untuk menyajikan karya yang tidak hanya menghibur, tetapi juga memicu refleksi sosial.
Keunikan lain dari “Dalam Sujudku” adalah lokasinya yang beragam, meliputi Cimahi, Jakarta, dan Garut, yang turut memperkaya visualisasi dan nuansa cerita, menjauhkan kesan studio semata.
Meskipun judul dan posternya mungkin menyiratkan cerita drama religi, Rico Michael secara spesifik menjelaskan bahwa film ini tidak bermaksud menonjolkan aspek religius, melainkan lebih menekankan pada “usaha mempertahankan keluarga” dalam kondisi yang sangat sulit. Penekanan ini mengarahkan fokus cerita pada nilai-nilai universal tentang komitmen, pengorbanan, dan proses pemulihan. Salah satu adegan yang berhasil membalikkan emosi penonton adalah saat Farid merasakan frustrasi mendalam atas kehancuran keluarganya, momen yang sukses mengubah rasa gemas dan sebal penonton terhadap karakter tersebut menjadi rasa iba.
Sementara itu, Mamu Black Sweet sebagai pengarah musik memberi sentuhan emosional mendalam di film ini. Kontribusi Mamu Black Sweet dalam menggarap musik menjadi elemen krusial yang menyempurnakan atmosfer dramatis film ini.
Film “Dalam Sujudku” diperkuat juga oleh jajaran aktor ternama seperti Riyuka Bunga, Dominique Sandra, Chika Waode, Momo Mariska, hingga Dennis Adhiswara.
iMusic.id – Disutradarai Hadrah Daeng Ratu, film “Musuh Dalam Selimut” menghadirkan cerita tentang pengkhianatan yang muncul dari lingkar paling dekat, mengangkat fenomena yang kerap terjadi di kalangan anak muda dan pasangan pengantin baru masa kini, ketika sosok “teman” justru menjadi ancaman dalam rumah tangga.
Trailer “Musuh Dalam Selimut” memperlihatkan Gadis (Yasmin Napper) dan Andika (Arbani Yasiz) yang sedang membangun rumah tangga dengan rasa percaya yang tampak kokoh di awal. Namun kedekatan pertemanan yang masuk ke wilayah personal perlahan menggeser batas, terutama ketika Suzy (Megan Domani) semakin sering berada di pusat kehidupan mereka.
Hadrah Daeng Ratu menegaskan bahwa “Musuh Dalam Selimut” tidak berdiri sebagai kisah cinta segitiga konvensional. Menurutnya, penguatan latar karakter dan storytelling tiap tokoh menjadi kunci agar penonton memahami alasan di balik keputusan yang diambil setiap karakter.
“Background karakter yang kuat di “Musuh Dalam Selimut” menjadi penting agar penonton tahu alasan yang dilakukan oleh mereka. Kisah perselingkuhan bukan hanya sekadar cinta segitiga biasa, tapi menceritakan trauma-trauma yang dihadapi karakter dalam menjalani hidupnya setelah melewati banyak luka,” ujar Hadrah.
Ia menjelaskan, konflik inti film ini dibangun secara bertahap melalui kedekatan pertemanan yang terasa wajar terlebih dahulu. Dari sana, hubungan itu perlahan masuk ke dalam circle kehidupan tokoh utama, menanamkan berbagai informasi yang memantik kecurigaan hingga mendorong pencarian bukti tentang pengkhianatan yang terjadi.
“Dimulai dari membangun hubungan yang akrab dulu dari sebuah pertemanan, pelan-pelan sahabat itu masuk ke dalam circle kehidupan tokoh utama, membangun banyak planting informasi kecurigaan yang mengarah pada pencarian bukti kebenaran,” katanya.
Hadrah menambahkan, pada akhirnya penonton akan dibawa pada kejelasan posisi konflik, termasuk siapa yang protagonis dan siapa yang antagonis di penghujung cerita.
Poster resmi yang dirilis bersamaan dengan trailer mempertegas nuansa intim sekaligus mencekam, mengisyaratkan bahwa ancaman terbesar tidak selalu datang dari luar, melainkan bisa bersembunyi di balik kehangatan relasi yang selama ini dipercaya.
Dengan tensi psikologis dan emosi yang dibangun perlahan, Musuh Dalam Selimut menawarkan pengalaman menonton yang lebih berlapis tentang cinta, loyalitas, luka, dan batas pertemanan yang bisa berubah menjadi bencana.
Film “Musuh Dalam Selimut” ini akan tayang di bioskop mulai 8 Januari 2026.