Connect with us

iMusic

Iconic Tourist perkenalkan dua single dari album “If There Were A Band At The Opera”

Published

on

iMusic.id – Grup band rock alternatif, Iconic Tourist kembali hadir memperkenalkan diri ke industri musik Indonesia lewat dua single bertajuk “Give it to Me” dan “Oh Honey“. Lagu tersebut, merupakan bagian dari album “If There Were A Band At The Opera” yang dilepas pada Februari 2025.

Lewat keterangan tertulisnya, Jova Rangkuti (vocal/gitar) dan Reno Rendragraha (drum) yang menjadi motor unit ini menjelaskan bahwa dua lagu tersebut merupakan kelanjutan proyek musik Iconic Tourist yang sudah berjalan sejak 2020 silam.

“Berdirinya Iconic Tourist bermula sewaktu saya dan Reno memiliki wacana untuk membuat satuan band dengan konsep menggabungkan inspirasi dan selera musik masing-masing,” tutur Jova Rangkuti.

Dengan riff gitar yang catchy dan latar ambient yang kaya, Jova memulai perjalanan Iconic Tourist dengan menuliskan lagu pertama mereka bertajuk “No One is Going to Know the Difference” pada 2020. Lagu ini, dipasang menjadi semacam benang merah atau warna pertama yang akan menggambarkan genre/mood band tersebut.

Di tahun yang sama, Iconic Tourist kemudian melepas lagu “Too Tired” yang memiliki warna berbeda, tetapi tidak menghilangkan nuansa ‘dark’ seperti lagu pertama mereka.

Dari Cibubur, Jova dan Reno terus berupaya menjaga eksistensi Iconic Tourist dengan memperkenalkan dua lagu awal mereka. Kerap bergonta-ganti personel, keduanya kemudian menggarap lagu “Oh Honey” yang menjadi terobosan dan semangat baru untuk tetap melanjutkan produksi album mereka dengan formasi 2 orang saja.

Baru pada 2023, Jova Rangkuti dan Reno Rendragraha sepakat mendaulat Ananda Viguno untuk mengisi departemen gitar dan Tyo Priohutomo di instrumen bass. Dengan formasi baru ini, Iconic Tourist seolah mendapat gairah baru untuk menyelesaikan materi album mereka.

Single “Give it to Me” menjadi lagu pertama yang diciptakan dengan formasi lengkap Iconic Tourist. Mencoba menggambarkan suasana “marah” dengan sedikit permainan tempo, lagu ini akhirnya diputuskan untuk menjadi single pertama mereka untuk menyambut album perdana.

Pada akhir tahun 2024 single “Give it to Me” dan “Oh Honey” mengudara dan sudah tersedia di platform-platform musik daring.

Tak hanya dilepas dalam format audio, Iconic Tourist juga merilis video live session dari kedua single tersebut, bertujuan untuk memberikan sedikit gambaran terhadap energi dan permainan lampu maupun visual yang bisa diharapkan dari penampilan live mereka. Video live session sudah dapat dinikmati di Youtube: Iconic Tourist.

Album perdana Iconic Tourist bertajuk “If There Were A Band At The Opera” meluncur ke pasaran pada Februari 2025. Berisikan 12 lagu dengan dominasi genre alternative dan alternative-rock, karya ini mencampur berbagai warna dan mood untuk menciptakan nuansa yang abstrak.

Lirik-lirik lagu dalam album ini lahir dari keresahan dan pikiran penulis tentang kehidupan pribadi hingga kritik sosial.

“Dibanding sebuah pesan, album ‘If There Were A Band At The Opera’ lebih bisa disimpulkan sebagai wadah untuk menuangkan emosi dan perasaan,” ucap Jova Rangkuti dalam keterangannya.

“Liriknya lahir dari keresahan dan isi pikiran penulis yang menceritakan tentang kehidupan pribadi sampai kritik sosial. Sementara dari segi musik, album ini cukup mencampur banyak warna dan mood, sehingga menciptakan nuansa yang sedikit abstrak jika didengarkan secara keseluruhan,” katanya.

Selain merilis album, Iconic Tourist juga berencana menggelar showcase pada pertengahan tahun 2025. Showcase ini bertujuan untuk memperkenalkan album baru mereka dan memberikan gambaran energi serta visual dari penampilan live mereka.

iMusic

Permintaan Maaf “Assia Keva” Lewat Single “Can We Be Friends Again ?”.

Published

on

iMusic.id – Semakin dewasa, semakin banyak belajar bahwa apa yang dilakukan selama ini tidak selalu berhasil, proses ini pasti dilewati banyak orang. Assia Keva merilis sebuah lagu dari pengalaman pribadi tentang hubungan dengan sang ayah.

Lagu ini bikin kita merefleksikan diri dan memulai membuka lembaran baru bagi siapa pun yang pernah mengalami retaknya hubungan karena miskomunikasi, atau mungkin karena ego tak terkendali.

Lagu berjudul “Can We Be Friends Again ?”, ditulis dan diproduseri oleh Pamungkas, Musisi dan Pelantun To The Bone, Kenangan Manis, Monolog.

Ditulis sebagai surat permintaan maaf yang jujur ditujukan untuk ayah, “Can We Be Friends Again?” berbicara tentang keinginan memperbaiki sebuah hubungan  entah itu hubungan cinta, pertemanan, atau keluarga yang sempat hancur karena ketidaksiapan emosional di masa lalu.

“Kadang kita butuh waktu lebih lama untuk mengerti, butuh versi baru dari diri sendiri untuk bisa menghargai apa yang dulu kita abaikan,” ungkap Assia.

Lewat lirik yang reflektif seperti sedang melakukan percakapan, Assia Keva menghadirkan kehangatan yang membalut luka. Lagu ini menjadi semacam pelukan emosional bagi siapa pun yang pernah kehilangan seseorang karena pilihan yang disesali namun diam-diam masih menyimpan harapan untuk memberi ruang kedua.

“Lagu ini bukan tentang kembali ke masa lalu,” lanjutnya, “tapi tentang belajar menjadi versi diri yang lebih baik dan mungkin, membuka kesempatan kedua.”

Dengan “Can We Be Friends Again ?”, Assia Keva sekali lagi menunjukkan kemampuannya merangkum emosi kompleks dalam karya yang sederhana, jujur. (FE)

Continue Reading

iMusic

“Weird Genius” Gaet “PB GLAS” Di Single Terbarunya ”Witch Hunt”.

Published

on

iMusic.id –  Grup musik Elektronik Weird Genius kembali mengguncang industri musik dengan kolaborasi energik bersama rapper naik daun PB GLAS. Sebuah single yang menyuguhkan genre Hard Techno dengan gabungan elemen psytrance. Lagu ini memancarkan nuansa yang gelap, menghipnotis, sangar, dan agresif.

Diproduksi oleh Reza Oktovian, Eka Gustiwana, dan Roy Leonard dan ditulis oleh Natalia Phoebe (PB GLAS), ‘Witch Hunt’ menggambarkan seseorang yang diburu oleh masyarakat, mengekspresikan perkembangan emosi dari kesenangan, kegilaan, amarah, yang semuanya bercampur menjadi satu. Ide ‘Witch Hunt’ menurut PB berasal dari masa ketika perempuan dituduh, dan dituntut sebagai penyihir karena kebencian terhadap marginalisasi sosial & gender.

‘It’s a hunting game’, permainan berburu ini diungkapkan dengan lirik yang padat dan mengalir oleh PB GLAS, mendorong pendengar untuk ikut serta dalam permainan berburu yang disuguhkan dengan alunan musik bertempo tinggi.

Sudah menjadi tradisi bagi Weird Genius dalam mencari talenta baru dan berpotensi tinggi, dan kali ini, trio aneh tapi jenius ini menampilkan ‘PB GLAS’ sebagai kandidat yang memberikan warna baru dalam musik Weird Genius. Dengan memadukan aransemen berintensitas tinggi serta paduan vokal PB GLAS yang intens, menjadikan ‘Witch Hunt’ sebagai pernyataan arah baru mereka. (FE)

Continue Reading

iMusic

“Emma Elliott” Kembali Dengan Single Terbarunya, “Bingkai”.

Published

on

iMusic.id – Setelah merilis “Laut Biru” dan “If I Try” di tahun lalu dan awal 2025, Emma Elliott kini kembali mempersembahkan karya terbarunya single kelima bertajuk “BINGKAI”.

Lagu ini menjadi salah satu karya yang paling personal dan istimewa, karena telah dipersiapkan sejak tahun lalu, baik dari sisi penulisan, produksi, hingga penyusunan konsep visual.

“BINGKAI” diciptakan bersama musisi-musisi hebat yang turut memberi warna dalam proses kreatifnya. Yuli Perkasa (GME) berperan sebagai penulis lagu, sementara SO-IN (Cengar dan Faisal) bertindak sebagai music director. Proses vokal pun kembali dibantu oleh Kamga, yang menjadi vocal director sekaligus pengisi backing vocal, menjadikan hasil akhir lagu ini begitu emosional dan menyentuh.

“BINGKAI” adalah refleksi dari rasa kesepian dan kerinduan yang mendalam akibat kehilangan seseorang yang dikasihi baik itu pasangan, sahabat, maupun anggota keluarga. Lirik lagu ini ditulis secara sederhana namun kuat, dengan pengulangan yang mudah diingat dan mampu menggetarkan perasaan siapa pun yang sedang merindukan sosok tercinta.

Untuk melengkapi rilis lagu ini, “BINGKAI” akan hadir dalam bentuk lyric video dan music video yang dikemas dengan visual yang mendalam dan penuh makna. Konsep video disusun secara personal, menyesuaikan dengan isi dan nuansa emosional dari lagu ini.

Emma berharap visualisasi ini dapat memperkuat pengalaman mendengar, sekaligus menjadi ruang bagi pendengar untuk mengenang orang-orang terkasih dalam hidup mereka.

“Semoga lagu ini bisa menjadi ruang untuk kalian yang sedang merasakan kehilangan, dan semoga ‘BINGKAI’ bisa menjadi wadah bagi perasaan yang belum sempat diungkapkan,”

Tentang Emma Elliott

Emma Elliott adalah penyanyi dan penulis lagu asal Indonesia yang dikenal lewat karya-karyanya yang penuh emosi, lirik yang jujur, dan nuansa musik yang intim. Sejak debutnya, Emma telah merilis beberapa single seperti “Laut Biru” dan “If I Try” yang berhasil menyentuh hati banyak pendengar berkat kepekaan lirik dan kekuatan vokalnya.

Musik Emma banyak terinspirasi dari pengalaman personal, kisah cinta, kehilangan, dan refleksi diri. Ia juga dikenal aktif berkolaborasi dengan berbagai musisi dan produser tanah air, menunjukkan kecintaannya terhadap proses kreatif dan eksplorasi musik lintas genre.

Dengan suara khas dan pendekatan storytelling yang kuat, Emma Elliott terus membangun jejaknya sebagai musisi yang autentik dan relevan di industri musik Indonesia. (FE)

Continue Reading